Iklan

Setiap Gedung Punya Cerita

Blog Sejarah Gedung-Gedung Indonesia

Gajah Mada Plaza (Jakarta)

Gajah Mada Plaza (GMP) merupakan salah satu “pionir” dari budaya belanja modern Kota Jakarta, berada di koridor Jalan Gajah Mada, Kec. Gambir, Jakarta Pusat (tapi lumrahnya dianggap bagian dari Harmoni), yang sudah ada sejak awal 1980an – iya, karena gedung ini agak simpang siur sejarahnya – dan kini dikelola oleh Lippo Malls Indonesia Retail Trust, setelah lama dipegang dan dikembangkan oleh Grup Harapan.

Gajah Mada Plaza juga merupakan salah satu superblok awal yang berdiri di kota metropolitan terakbar di Tanah Air, selain Ratu Plaza dan Hotel Jayakarta. Proyek perkantoran dan pusat perbelanjaan itu sudah melakukan pemancangan sejak akhir 1978. Namun, di tahun 1979, Grup Harapan sudah membeberkan banyak informasi mengenai pusat belanja tersebut – informasinya di bagian lain artikel ini.

Podium Gajah Mada Plaza pra-renovasi. Foto oleh resedagboken dot cc/Panoramio (RIP)

Iklan

Pembangunannya berlangsung dari 1979 hingga selesai dalam dua tahap; mal sekitar Oktober 1982 (data dari Majalah Properti Indonesia, April 1996) dan perkantorannya masuk di tahun 1984 (Real Estat Indonesia 1986). Namun, pembangunan gedung perkantorannya sempat mengalami musibah kebakaran pada 8 Agustus 1982, yang melahap lantai 6 dan 7, dan hampir menyambar proyek pertokoan yang secara eksterior dan interior tinggal menunggu waktu bukanya pada 15 Agustus 1982 – yang sepertinya molor gegara kejadian yang diduga dipicu masalah klasik bernama konslet listrik, walau PLN belum mampir ke gedung ini. Seorang buruh bangunan terjatuh dari lantai 7 ke lantai 2 karena sesak nafas, tapi mujurnya ia selamat. November 1982, tiga bulan pasca-kebakaran, terjadi kecelakaan kerja dimana seorang kuli bangunan tewas terjatuh dari lantai 16 ke lantai 8.

Kebakaran Gajah Mada Tower, 8 Agustus 1982. Jakarta tempo dulu.
Gajah Mada Tower saat terbakar, 8 Agustus 1982. Foto oleh Dinas Pemadam Kebakaran DKI/Majalah Konstruksi ed. Februari 1985

Ketika dibuka di masing-masing periode pembukaannya, Gajah Mada Plaza dan Gajah Mada Tower punya nasib berbeda. Ketika dibuka, seluruh ruang toko Plaza (sekitar 45 ribu meter persegi) diwartakan TEMPO sudah cepat terisi penuh karena momennya pas dengan tingginya pertumbuhan ekonomi; tetapi gedung kantornya yang berlantai 27 butuh waktu agak lama untuk diisi karena berdiri di tengah banjir ruang kantor dan menurunnya kondisi perekonomian nasional. Per awal 1985, menurut media yang sama, baru terisi 30 persen.

Ketiadaan info presisi dari pembukaan inilah yang membuat mal ini ternyata tidak merayakan HUT-nya, baik di medsos maupun dunia nyata. Di sisi lain, salah satu tenant dari Gajah Mada Plaza/Tower ternyata menjadi tuan rumah gelaran olahraga nasional maupun regional, yaitu PON 1985 dan SEA Games 1987 untuk cabang snooker dan bilyar, dilatari oleh faktor keefektifan biaya sewa.

Selama dekade awal eksistensi Gajah Mada Plaza/Tower, mal ini mencatat 98 persen keterisian, dibantu oleh popularitas di kalangan anak muda yang tergiur fasilitas lengkap, sekaligus lokasinya yang dekat dengan gedung perkantoran sehingga pegawai maupun pengunjung kantor bisa berbelanja dalam satu langkah. Hal ini dicatat oleh advertorial mal ini di majalah SWA pada 1991.

Notasi lantai di mall ditulis miring di dalam kurung. Lantai yang ada di artikel ini adalah lantai struktur. Beberapa referensi diambil dari Sejarah Pusat Perbelanjaan Jakarta versi lama yang SGPC tarik dari peredaran. Bacalah SPPJ versi SGPC bagian pertamanya disini.


Iklan

Bertransformasi tiga kali

Gajah Mada Plaza setelah renovasi
Setelah renovasi. Gajah Mada Tower punya “rok” berlapis emas. Foto oleh mimin SGPC

Seperti halnya mal senior lain di Jakarta, Gajah Mada Plaza perlu polesan yang lebih segar untuk bersaing dengan mal-mal baru yang menyerbu daerah metropolitan. Untuk konteks daerah Gambir di dekade 1990an – saat renovasi dimulai, saingan terberat datang dari Grogol, yaitu Matahari Mall di Daan Mogot, dan Mal Ciputra Jakarta. Mulai 1994 hingga 1996, Gajah Mada Plaza menerima beberapa perubahan internal dan juga eksternal seperti penggantian kaca eksterior, pelapisan eskalator dengan besi antikarat, hingga menghapus keberadaan koridor kedua. Renovasi ini, yang melibatkan Grahacipta Hadiprana dan sebuah arsitek asal Amerika yang tidak disebut jati dirinya diperkirakan menghabiskan biaya Rp. 20 milyar (1996).


Iklan

Pasca-kerusuhan 1998 yang menghanguskan salah satu sentra elektronik ibukota, Glodok Plaza, untuk sementara waktu GMP menjadi salah satu pusat pertokoan elektronik ibukota yang baru, dengan nama “Computrade Centre” yang ada di lantai 3A. Namun, di masa-masa sulit ini, terjadi peralihan kepemilikan dari Grup Harapan ke perusahaan bernama J.O. Tahta GMP, yang selanjutnya kembali merenovasi fasilitas, menambah kanopi dan mengubah citranya menjadi sebuah “mal komunitas” alias “community mall“. Dalam catatan ex-TGUPP Marco Kusumawijaya di harian KOMPAS, mal ini dulunya terbuka ke lingkungan, namun karena adanya kerusuhan saat itu, akses bebas ke mal akhirnya dipagar.

Pada 2007, Gajah Mada Plaza dioper ke pemilik saat ini, Lippo Malls Indonesia Retail Trust, anak usaha Lippo spesialis pengelola mal, yang artinya GMP kini “seatap” dengan mal seangkatannya, Kramat Jati Indah dan Bandung Indah Plaza. Secara kasat mata, GMP di bawah Lippo memang tidak begitu banyak berubah, kecuali ganti warna panel eksteriornya yang awalnya cokelat gelap, menjadi putih.

Renovasi terakbar di GMP terjadi di tahun 2022, dimana perubahannya begitu menyeluruh. Tidak hanya meng-“oplas” penampilan eksterior era DMJM, interiornya kini disegarkan dan mengikuti desain mal-mal kekinian. Dengan penyegaran tersebut, beberapa alokasi tematik mal juga dibuka kembali, mulai dari toko hewan pada 1 April 2022, disusul pusat perhiasan 17 hari kemudian dan di bulan November 2022, pujasera bertema Pecinan (1 November) dan 5ky Swimpool (16 November).


Iklan

Gajah Mada Plaza, Arsitektur Kerjasama Indonesia-Jepang-Amerika

Gajah Mada Plaza Tower
Gajah Mada Tower. Foto oleh mimin SGPC

Gajah Mada Plaza dirancang oleh tim arsitek dari Daniel, Mann, Johnson & Mendenhall (DMJM) bersama dengan Meiji Watanabe & Associates dan J. Heru Gunawan – arsitek yang juga membantu klien asing yang sama merancang Wisma Harapan dan Gedung Yamaha, sementara perancangan strukturnya dilakukan Wiratman & Associates. Gedung ini memiliki luas lantai total 116.830 m2 (Dicacah dari data Lippo Malls, 2023 untuk mall dan Real Estat Indonesia, 1986 untuk kantor) yang fungsinya dibagi menjadi tiga, yaitu mal berlantai delapan, perkantoran dengan tinggi 105 meter dan 27 lantai, dan gedung parkir berlantai maksimal 13 dengan kapasitas 885 kendaraan roda empat dan 900 roda dua.

Konsep perancangannya berlangsung sejak 1977-1978 dengan beberapa penyesuaian terhadap kondisi lahan dan regulasi yang ada di Jakarta. Eksterior pra-renovasinya sarat dengan penggunaan baja dan kaca berwarna gelap, yang menurut J. Heru Gunawan merupakan sesuatu yang unik. Interiornya juga mengadopsi gabungan modern dan kontemporer, seperti memakai lantai teraso, keramik, dan beton.


Iklan

Ketika pertama dibangun, Gajah Mada Plaza direncanakan tidak hanya berupa sebuah pertokoan biasa melainkan menjadi sentra berkegiatan dengan bioskop, bowling, diskotik, lapangan tenis, kolam renang, taman bermain, dan taman bilyar. Tenant yang diketahui pernah menempati ruangan toko mal ini – per 1996 – terdiri dari Hero Supermarket, Rimo Department Store, Combi Furniture Centre, Gramedia, dan Toko Gunung Agung. Hero Supermarket membuka gerainya di GMP pada 1983, sementara Rimo sempat mengisi 5.000 m2 ruang toko sejak renovasi di tahun 1994. Bahkan mal ini sempat punya balai sidangnya sendiri. Lima tahun sebelumnya (1991), Rizeta Department Store tercatat pernah menempati mal ini.

Pasca-renovasi, seluruh lantai yang berkaitan dengan Gajah Mada Plaza dirombak total. Bila merujuk foto-foto yang diedarkan melalui blog Speand (arsip) – seorang pecinta mal, interior malnya kini terlihat lebih kontemporer, macam mal berorientasi gaya hidup umumnya di kota-kota besar Indonesia, dari lantai hingga penggunaan dekorasi dan pencahayaannya yang banyak mengandalkan warna hangat dan elemen garis dan gelombang. Sementara eksteriornya mulai terlihat lebih kaku dan berwarna keemasan, berani menampilkan dirinya beda dibanding rancangan DMJM.

Tenant yang mengisi mall Gajah Mada Plaza saat ini terdiri dari Hypermart (sejak 2005), Cinepolis (bekas bioskop Galaxy, Century, dan diskotik Millennium), Matahari Department Store (menggantikan Rimo) dan Mr. DIY. Sementara toko perhiasan dan hewan yang menjadi ciri khas dari mal ini masing-masing dijatah lantai 2 (1) dan 7 (6), serta pujasera/food court di lantai 3 (2). Tidak hanya kembalinya penjatahan toko berdasarkan lantai, kolam renang di lantai enam (5) pun sudah direnovasi dan menjadi 5ky Swimpool.


Iklan

Data dan fakta

AlamatJalan Gajah Mada No. 19-26 Gambir, Jakarta Pusat, Jakarta
ArsitekDaniel, Mann, Johnson & Mendenhall (arsitektur)
Meiji Watanabe & Associates (arsitektur)
J. Heru Gunawan (arsitektur)
Wiratman & Associates (struktur)
PemborongArta Buana Sakti Real Estate
Lama pembangunan1979 – 1984
Jumlah lantai27 lantai
1 semibasement
Tinggi gedung (majalah Konstruksi)105 meter
SignifikasiArsitektur (sejarah superblok)

Referensi

  1. “Gajah Mada Plaza dengan disain yang memenangkan penghargaan tertinggi Persatuan Arsitek Amerika 1977.” Majalah Konstruksi, Mei 1979, hal. 64-75
  2. Joko Yuwono (1995). “Yang Tertahan dan Berjaya”. Majalah Properti Indonesia No. 17, Juni 1995, hal. 74-76
  3. Nurhajati Kurnia; Wong Tung To (2003). “Perintis Ritel Modern Indonesia: Memoar Pendiri Grup Hero.” Jakarta: Yayasan Kurnia Jakarta. Halaman 118-119
  4. “Beberapa pusat perbelanjaan di Jabotabek.” Majalah Properti Indonesia No. 27, April 1996, hal. bonus 12-15
  5. “Proyek singkat: Gajah Mada Plaza dengan lift kaca dan helipad.” Majalah Konstruksi, November-Desember 1977, hal. 114
  6. “Gejala Plaza”. TEMPO, 2 Maret 1985, hal. 73-74
  7. tom; yos (1987). “Gedung Mewah buat Bilyar.” KOMPAS, 8 September 1987
  8. Marco Kusumawijaya (2000). “Gedung Jangkung di Poros Jakarta”. KOMPAS, 19 Maret 2000
  9. yos; efix; y; pr (1982). “Gajah Mada Plaza terbakar.” KOMPAS, 9 Agustus 1982, hal. 3
  10. “Jatuh dari tingkat 16.” KOMPAS, 17 November 1982, hal. 3
  11. ss (1979). “Lagi dibangun di Jakarta: Pusat Perbelanjaan “Gajah Mada Plaza” dengan 27 lantai.” KOMPAS, 19 Maret 1979, hal. 2
  12. Persatuan Pengusaha Real Estate Indonesia (1986). “Gedung Perkantoran di Jakarta 1986.” Jakarta: Persatuan Pengusaha Real Estate Indonesia. Hal. 41
  13. Arsip halaman resmi Gajah Mada Plaza, diarsip 19 Desember 2007
  14. Halaman resmi Lippo Malls Indonesia Retail, diakses 11 Maret 2023 (arsip 30 Juni 2022)
  15. Hypermart Buka di Gajah Mada Plaza“. SWA, 3 Februari 2005. Diakses 11 Maret 2023 (arsip)
  16. Indah Handayani (2022). “New Pet Shop lengkapi rencana re-konsep Gajah Mada Plaza.” Investor Daily, 7 April 2022. Diakses 12 Maret 2023 (arsip)
  17. Wisnubrata (2022). “Gajah Mada Plaza berbenah, apa yang baru?” KOMPAScom, 21 April 2022. Diakses 12 Maret 2023 (arsip)
  18. Feriawan Hidayat (2022). “Tampil beda, Food Court Gajah Mada Plaza usung tema Pecinan.” BeritaSatu, 1 November 2022. Diakses 12 Maret 2023 (arsip)
  19. Diana Rafikasari (2022). “The 5ky Swimpool Gajah Mada Plaza dibuka untuk umum.” Seputar Indonesia, 16 September 2022. Diakses 12 Maret 2023 (arsip)
  20. Advertorial (1991). “Industri properti dan real estate: Menyongsong Era Baru Pertumbuhan Ekonomi Nasional.” Majalah SWA No. 5/VII, Agustus 1991, hal. 94

Lokasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *