Google Translation avaliable here. Use at your own risk; some translation may be incorrect or misleading:

Kunjungilah Trakteer SGPC untuk mendapatkan konten-konten akses dini dan eksklusif, serta mendukung blog ini secara saweran. Support us through SGPC’s Trakteer and get early access and exclusive content.

Ratu Plaza merupakan gedung pertama di Indonesia yang merupakan sebuah superblok, yaitu kompleks yang menggabungkan – dalam konteks ini – pusat perbelanjaan, apartemen dan perkantoran. Dimiliki oleh perusahaan PT Ratu Sayang Internasional, superblok Ratu Plaza terdiri dari perkantoran, pusat perbelanjaan dan apartemen, yang dirancang oleh sayap arsitek dari pemborong Jepang Kajima Corporation, bersama dengan PT Indramaya sebagai partner lokal. Untuk strukturnya digarap oleh Institut Mekanika Struktur Muto (Muto Institute of Structural Mechanics, pimpinan Kiyoshi Muto, yang juga orang Kajima) bersama dengan Wiratman Wangsadinata, dan Roosseno sebagai penasihat teknis struktur.

Ratu Plaza
Superblok pertama di Indonesia. Mungkin? Foto oleh mimin SGPC

Kompleks ini lahir sebagai imbas dari perkembangan kota Jakarta yang semakin padat dan kompleks, dengan laporan adanya kemacetan yang menjadi masalah kronis di bilangan Jenderal Sudirman hingga kini, membuat Ratu Sayang Internasional mengembangkan ide menyatukan keseluruhan mall, perkantoran, rekreasi dan apartemen ke dalam sebuah kompleks, sebuah prototipe dari superblok yang kita kenal selama ini.

Ratu Plaza dalam pembangunan. Gedung Apartemen berwarna putih, gedung kantor berwarna putih, lantai teratas sedang dalam tahap konstruksi. Foto Jakarta tempo dulu, 1980an
Ratu Plaza dalam tahap finishing akhir, sekitar bulan Agustus 1980.
Sumber: Construction Engineering Metode Pelaksanaan Struktur Ratu Plaza, Waskita Kajima, 1980
Iklan Ratu Plaza, Desember 1980
Iklan Ratu Plaza yang mencantumkan nama penghuni mall.
Sumber: Sinar Harapan, 12 Desember 1980 (koleksi Perpustakaan Nasional RI)

Konstruksi proyek Ratu Plaza mulai diadakan pada bulan April 1977 dengan penggarapan pondasi dan basement, dan keseluruhan pembangunan selesai mulai Februari 1980 untuk apartemen, April 1980 untuk pusat perbelanjaan dan Juli 1980 untuk gedung perkantoran. Adapun pemborong pembangunan Ratu Plaza adalah Waskita Kajima untuk struktur bangunan, dan tak kurang dari 80 perusahaan lain ikut menggarap dan menyalurkan materialnya untuk proyek terakbar di Indonesia di akhir dekade 1970an.

 Pemasaran awal dari kompleks Ratu Plaza dimulai sejak sekitar Juni 1978, untuk mengejar target awal pembukaan tahun 1979 untuk pertokoan. Tetapi proyek tersebut molor dari jadwal karena pada Januari 1979, Jakarta dilanda hujan deras. Keseluruhan, proyek Ratu Plaza diresmikan pada tanggal 12 Desember 1980 oleh Gubernur DKI Jakarta Tjokropranolo, dengan biaya pembangunan 47 juta dolar Amerika Serikat, setara dengan 29,4 milyar rupiah nilai 1980, bila dihitung dengan inflasi, setara dengan 830 milyar rupiah nilai 2019.

Sepertinya, PT Ratu Sayang Internasional selaku pengelola terlalu percaya diri untuk mengembalikan modal sebesar hampir 30 milyar rupiah kala itu. Pengelola Ratu Plaza dilaporkan rugi gara-gara tingginya bunga pinjaman saat itu, dan pada September tahun 1985, pengelola terpaksa menaikkan harga sewanya hingga dua kali lipat, menyebabkan para penghuni protes.


Iklan

Arsitektur, Struktur dan Fitur

Ratu Plaza dalam pembangunan. Gedung Apartemen ditutupi perancah, konstruksi gedung kantor terlihat. Foto Jakarta tempo dulu 1970an, 1979
Dalam tahap pembangunan, 1979?
Sumber: Majalah Konstruksi, Agustus 1980

Apartemen Ratu Plaza

Sepertinya komponen ini yang paling jarang dibahas di dunia maya bila membicarakan Ratu Plaza. Apartemen dengan 13 lantai (18 bila termasuk lantai ritel) ini menampung 44 unit apartemen yang terdiri dari 36 unit apartemen biasa dan 8 unit maisonette – unit apartemen berlantai 2. Total luas lantai kasar apartemen setinggi 59 meter[mfn]Terdapat tiga versi dari tinggi apartemen ini: 65,75 meter (CIPTA hal 32), 63,55 meter (Konstruksi hal 21) dan 58,75 meter (Konstruksi hal 16, CIPTA hal 35). Versi 58,75 meter digunakan karena kedua sumber memiliki angka yang sama[/mfn] ini adalah 9.833 meter persegi. Eksterior bangunan menggunakan lapis beton biasa.

Gedung Perkantoran Ratu Plaza/Ratu Plaza Office Tower

Ratu Plaza Office
Foto oleh Ronniecoln, CC-BY-SA 2.0

Sebenarnya gedung inilah yang paling menonjol diantara kompleks Ratu Plaza, dan yang paling terakhir dibangun, karena baru rampung dibangun pada bulan Juli 1980. Gedung berlantai 32 lantai ini memiliki ketinggian 108 meter – terdapat empat versi dari tinggi gedung ini: 109,7 meter (Konstruksi hal 17 dan 21), 107,9 meter (Konstruksi hal 21, gambar), 107,0 meter (CIPTA hal 34) dan 106,4 meter (Konstruksi hal 16), namun kami memakai versi di halaman 21 Majalah Konstruksi edisi Agustus 1980 – menjadikannya gedung tertinggi ketiga di Jakarta saat itu setelah Balai Kota DKI Jakarta dan Wisma Nusantara.

Awalnya direncanakan lebih tinggi dari Balai Kota DKI, rencana tersebut ditolak Pemerintah. Dengan luas lantai total 30.662 meter persegi, gedung yang pernah bernama AXA Centre suatu hari di dekade 2000an ini dibangun dengan sistem konstruksi tube-in-tube yang terdiri dari rangka frame luar dan core dalam – konsep yang bakalan diimplementasikan kembali oleh Wiratman selaku perancang struktur gedung ini kepada gedung-gedung lainnya seperti Menara Thamrin, Wisma Keiai, Graha CIMB Niaga dan tetangga Ratu Plaza, trio perkantoran Plaza Senayan. Eksterior gedung ini memanfaatkan panel precast dan lapis jendela. Tujuh buah lift yang dipasang di gedung ini merupakan yang termaju di zamannya dengan komputerisasi dan kecepatan 210-310 meter per menit.

Struktur Ratu Plaza
Tube-in-tube dan tinggi gedung. Klik untuk melihat lebih detil
Sumber: Majalah Konstruksi, Agustus 1980

Tenant-tenant yang tercatat pernah berkantor di bangunan berbentuk kotak ini pada tahun 1980an terdiri dari Stanvac, Mobil (ExxonMobil), Mitsubishi Group, Union Oil (Unocal), hingga Marubeni Corporation. Di era modern, AXA (kini di Kuningan City), Hanwha Life (kini di WTC Jakarta), Wall Street English, dan stasiun radio di bawah naungan grup Masima juga pernah berkantor di gedung ini.

Hingga tulisan ini dimuat, tak banyak instansi yang berkantor di gedung ini, contohnya Indosterling dan KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru 4.


Iklan

Mall Ratu Plaza

Ratu Plaza, 1995
Penampilan arsitektur podium pra-renovasi pada tahun 1995. Foto: Tatan Rustandi/Properti Indonesia

Dan terakhir adalah Mall Ratu Plaza yang sangat populer dan berjaya di dekade 1980an. Mall ini memiliki luas lantai total 58.084 meter persegi dengan 5 lantai dan 2 basement, dihuni oleh nama-nama besar seperti Supermarket Gelael, Toko Gunung Agung, Batik Keris, Revlon, Lancome, Sepatu Bata, Rudy Hadisuwarno bahkan Etienne Aigner. Mall ini juga memiliki lift kaca pertama di Indonesia; sayangnya lift tersebut dicabut saat renovasi.

Tapi kejayaan tersebut tak bertahan lama. Dekade Dilan adalah masa surutnya Ratu Plaza. Laporan majalah Properti Indonesia edisi Juni 1995 menyebutkan bahwa department store Matahari (yang datang sedikit belakangan) dan Levi’s pernah menempati ruang ritel mall yang saat itu baru berusia 15 tahun. Sementara supermarket Hero, yang menempati ruang supermarket mal ini sejak 1989, tutup sejak 30 November 1995, menyusul toko lain yang mendahului keluar.

Interior Ratu Plaza, 1980
Interior mall, 1980. Dengan lift kaca
yang sayangnya sudah dibongkar.
Sumber: Majalah Konstruksi, Agustus 1980

Laporan dari majalah Properti Indonesia menyebut luas lantai bersih yang relatif kecil terhadap mall-mall rival, sebesar 16 ribu meter persegi, dan dengan ketatnya persaingan mall-mall besar turut menjadi penyebab tumbangnya kejayaan Ratu Plaza di tahun 1990an dan tutup pada tahun 1995 untuk penyegaran total.

Pada tahun 1996, department store asal Perancis, Printemps, berencana menggelar tokonya di Indonesia, bahkan sampai membonceng firma arsitektur mall terkemuka Amerika, Tucci Segrete & Rosen, untuk merenovasi eksterior pusat perbelanjaan itu demi kehadiran Printemps.

Sayangnya, pada bulan Desember 1997, Jeffrey K.S. Hong dari Jones Lang Wooton mengatakan bahwa Printemps batal ke Indonesia karena adanya perubahan di internal Printemps, setidaknya mematahkan anggapan bahwa Printemps tidak jadi ke Indonesia akibat dari kerusuhan 1998. Krisis moneter juga membuat renovasi molor sampai tahun 2000, dan baru dibuka lagi sejak Juni 2000.

Tetapi, sejak sekitar tahun 2000, hypermarket asal Perancis, Carrefour mulai menempati lantai terbawah dari Ratu Plaza setelah sempat menunda pada tahun 1997, hingga pada bulan Mei 2008 ditutup permanen sebagai buntut dari rentetan kasus keracunan gas karbon monoksida yang terjadi sejak 2002 hingga 2008.

Di dekade yang sama, citra Ratu Plaza berubah dari mall biasa menjadi pusat perbelanjaan gawai dan komputer. Baru sejak 7 Oktober 2010, Lotte Mart menempati mall berusia 30 tahun tersebut, bersama dengan beberapa outlet makanan siap saji dan toko gawai yang mendominasi hunian pusat belanja tersebut. Tetapi, karena kontraknya tidak dilanjutkan, Lotte Mart menutup gerai itu pada Juni 2020, membuat mall senior itu tanpa penghuni kuncinya.

Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1980an dapat anda baca di artikel ini


Iklan

Data dan fakta

AlamatJalan Jenderal Sudirman Kav. 9 Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jakarta
ArsitekKajima Design (arsitektur desain)
PT Indramaya (architect of record)
Muto Institute of Structural Mechanics (struktur)
Wiratman & Associates (struktur)
Bent Severin & Associates (interior)
PemborongWaskita Kajima
Lama pembangunan (apartemen)April 1977 – Februari 1980
Lama pembangunan (mall)April 1977 – April 1980
Lama pembangunan (perkantoran)April 1977 – Juli 1980
Diresmikan12 Desember 1980
Jumlah lantai (apartemen)18 lantai
2 basement
Jumlah lantai (mall)5 lantai
2 basement
Jumlah lantai (perkantoran)32 lantai
2 basement
Tinggi gedung (apartemen)59 meter
Tinggi gedung (perkantoran)108 meter
Jumlah unit (apartemen)44
Biaya pembangunanRp. 29,4 milyar (1980)
Rp. 885 milyar (inflasi 2020)
SignifikasiArsitektur (superblok pertama di Indonesia)
Struktural (digarap oleh Wiratman dan Roosseno)
Referensi: Majalah Konstruksi Agustus 1980; Majalah Cipta #58 1981

Referensi

  1. Ir. Komajaya et. al. (1980). “Ratu Plaza bagaikan “kota dalam kota”. Majalah Konstruksi, Agustus 1980.
  2. NN (1980). “Apartement Ratu Plaza”. Majalah Cipta No. 58, 1981.
  3. Joko Yuwono (1995). “Yang Tertahan dan Berjaya”. Majalah Properti Indonesia No. 17, Juni 1995, hal. 74-76
  4. Penzien, Joseph; Housner, George W. (1993). “Dr. Kiyoshi Muto”. Memorial Tributes. Washington, DC: The National Academies Press, National Academy of Engineering. Sumber digital diakses 3 November 2019.
  5. P. Hasudungan Sirait (2016). “Akrobat Kehidupan Darwis Manalu: Tukang Minyak yang Jadi Pengusaha Nasional”. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  6. KOMPAS, 7 Oktober 2010 (iklan).
  7. Gh (1978). “Ratu Plaza Siap Dipasarkan”. KOMPAS, 8 Juni 1978.
  8. KOMPAS, 13 Desember 1980 (keterangan foto).
  9. LOK/p08 (2000). “One Stop Building: Kenyamanan Bagi Kaum Profesional”. KOMPAS, 2 Juli 2000.
  10. Aryo Adi; Andi Azril (2002). “Puluhan Karyawan Carrefour Ratu Plaza Keracunan“. Liputan 6 SCTV, 7 November 2002. Diakses 3 November 2019. (arsip)
  11. aan/sss (2007). “Carrefour Ratu Plaza Tutup“. Detikcom, 11 Desember 2007. Diakses 3 November 2019. (arsip)
  12. NN (2008). “Carrefour Ratu Plaza Ditutup Sampai Waktu yang Tidak Ditentukan“. Kompascom, 4 Mei 2008. Diakses 3 November 2019. (arsip)
  13. fit (1996). “Dari Printemps sampai PriceSmart”. KOMPAS, 29 November 1996.
  14. Website resmi Tucci Segrete & Rosen, diarsip 14 September 1999.
  15. Ahmed Soeriawidjaja; Rudy Novrianto (1985). “Impian dan Kerugian Onggo”. Tempo, 7 Desember 1985.
  16. Eddy Herwanto; Biro Tempo (1985). “Jatuh Bangun Pengecer di Plaza-Plaza”. Tempo, 7 Desember 1985.
  17. Arini Yunita (1997). “Kelas Menengah Turun Kelas”. Majalah Properti Indonesia No. 47, Desember 1997, hal. 25
  18. jaw/bsr (2000). “JP/Ratu Plaza to reopen again after five years”. The Jakarta Post, 22 Agustus 2000. Diakses via jawawa.id pada 6 Februari 2021. (arsip)
  19. Bibliografi: Harianto Hardjasaputra (1980). “Construction Engineering Metoda Pelaksanaan Struktur Ratu Plaza.” Jakarta: Waskita Kajima Corporation Indonesia.
  20. Nurhajati Kurnia; Wong Tung To (2003). “Perintis Ritel Modern Indonesia: Memoar Pendiri Grup Hero.” Jakarta: Yayasan Kurnia Jakarta. Halaman 118-119
  21. Rizky Alika (2020). “Kontrak sewa habis, Lotte Mart Ratu Plaza akan tutup 1 Juni 2020.” Katadata, 11 Mei 2020. Diakses 23 Mei 2023 (arsip)

Lokasi

Kunjungilah Trakteer SGPC untuk mendapatkan konten-konten akses dini dan eksklusif, serta mendukung blog ini secara saweran. Bila anda perlu bahan dari koleksi pribadi SGPC, anda bisa mengunjungi TORSIP SGPC. Belum bisa bikin e-commerce sendiri sayangnya....


Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *