Gedung PBNU

Ditulis pada tanggal

oleh

Terbaru:

Sesuai namanya, inilah gedung yang menjadi kantor besar dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia maupun di dunia, yang menaungi banyak kegiatan keagamaan, sosial, kesehatan hingga pendidikan. Gedung PBNU tersebut berkedudukan di Jalan Kramat Raya No. 164, Jakarta Pusat.

Gedung PBNU di Jalan Kramat Raya, 2016.
Gedung PBNU di Jalan Kramat Raya, 2016. Foto oleh mimin SGPC

Sebelum perluasan, Gedung PBNU lama adalah sebuah bangunan ruko berlantai dua yang didapatkan oleh petinggi organisasi sejak sekitar awal 1957. Oleh buku “Fragmen Sejarah NU” dicatat bahwa dipilihnya lokasi di Kramat Raya adalah bukan karena jalan itu merupakan salah satu panggung perpolitikan nasional karena merupakan kantor dari banyak parpol/ormas, tetapi karena lokasinya dekat dengan Jalan Raden Saleh yang saat itu adalah sentra kuliner Jakarta.

Pada tahun 1999, Ketua PBNU Abdurrachman Wahid, atau biasanya dipanggil Gus Dur, mengundang arsitek Adhi Moersid untuk bertemu dengan insan Nahdilyn. Dalam pertemuan tokoh yang kelak menjadi Presiden Republik Indonesia keempat ini, beliau menyampaikan keinginannya membangun tidak hanya sebuah gedung yang mewadahi kegiatan organisasi tetapi juga sebagai tempat pelayanan untuk masyarakat.

Proses konstruksi Gedung PBNU dimulai sekitar Januari 2000 hingga rampung keseluruhan sekitar Mei 2001, dan untuk melancarkan kegiatannya, Pengurus Besar NU pindah kantor ke Jalan Agus Salim. Ia diresmikan penggunaannya oleh Gus Dur, dalam kapasitas sebagai Presiden Republik Indonesia, pada 6 Juni 2001. Saat itu, dalam sambutannya, Gus Dur mengatakan akan kembali memimpin NU dan tidak akan mengarahkan organisasi tersebut berpolitik praktis.

Proyek pembangunan Gedung PBNU berlantai delapan menghabiskan biaya sebesar Rp. 28,5 milyar nilai 2001 (setara Rp. 98 milyar nilai 2024).

Arsitektur Gedung PBNU ejawantahkan keinginan Gus Dur

Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dirancang oleh Adhi Moersid (diasumsikan bersama dengan Atelier 6), arsitek kenamaan yang juga merancang Hotel Carita Beach dan Novotel Solo pada masa yang berdekatan, sementara strukturnya dirancang oleh tim dari Atelier 6. Sayangnya tidak ada catatan mengenai kontraktor gedung berlantai delapan dengan luas lantai total 6.177 meter persegi (di referensi harian Waspada disebut sebagai luas lahan) ini.

Konsep arsitektur yang dicanangkan oleh Adhi Moersid untuk Gedung PBNU merupakan realisasi dari keinginan Gus Dur saat mengundang Moersid bertemu Nahdilyn pada 1999. Gedung ini, sudah dijelaskan sebelumnya, berlantai delapan dengan 1 besmen untuk parkir kendaraan.

Catatan Ananda Feria Moersid (Kagunan, 2016), Lantai 1 dan 2 digunakan sebagai ruangan multiguna, ruang ketua, perpustakaan serta ruang studi. Namun, tidak terdapat ruang resepsionis di lantai 1, sebaliknya ruangan ini dimanfaatkan sebagai masjid. Ruang serbaguna ditempatkan juga di lantai 7 dan 8, sehingga lantai 3 hingga 6 dimanfaatkan sebagai kantor PBNU, organisasi-organisasi di bawahnya serta ruang pendidikan.

Secara eksterior, Adhi Moersid mencatat bahwa memori kolektif para Nahdilyn terletak pada kerinduan mereka terhadap kebersamaan sebagai jamaat haji di Mekah dan Madina dan juga aspek keagamaannya melalui kerinduan menjalankan Haji maupun umroh di Masjidil Haram di Mekah atau Masjid Nabawi Madina.

Untuk memenuhi kerinduan tersebut, maka eksterior bangunannya dikemas dengan beberapa elemen-elemen arsitektur Islam seperti penggunaan girih/jaali, bentuk lengkungan yang melancip dan pemilihan warna cat serta bahan bangunan. Menariknya, elemen dekoratif ini setidaknya mengurangi pemakaian AC dan lampu, sehingga tidak langsung menjadi arsitektur yang ramah lingkungan.

Infokilat

AlamatJalan Kramat Raya No. 164 Senen, Jakarta Pusat, Jakarta
ArsitekAdhi Moersid (Atelier 6, arsitektur)
Atelier 6 (struktur)
Lama pembangunanJanuari 2000 – Juni 2001
Diresmikan6 Juni 2001
Jumlah lantai8 lantai
1 basement
Biaya pembangunanRp. 28,5 milyar (2001)
Rp. 98 milyar (inflasi 2024)
SignifikasiSospol (kantor pusat pengurus organisasi Islam terbesar di dunia maupun Indonesia)

Referensi

  1. Ananda Feria Moersid (2012). “Kagunan: Karya Arsitektur Adhi Moersid.” Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hal. 64-69
  2. “Setelah lengser, Gus Dur akan kembali pimpin NU.” Harian Waspada, 7 Juni 2001, hal. 1 dan 2
  3. Arsip halaman resmi Atelier 6, diarsip 2 Maret 2009
  4. Fathoni Ahmad (2019). “Cerita di balik berdirinya Gedung PBNU Kramat Raya 164.” Nahdlatul Ulama Online, 30 November 2019. Diakses 25 Februari 2025 (arsip)

Lokasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *