Setiap Gedung Punya Cerita

Blog Sejarah Gedung-Gedung Indonesia

Iklan

Glodok Plaza (1987)

Glodok Plaza, seperti yang anda dengar, lebih identik dengan pusat perdagangan elektronik dan tekstil yang berlokasi di dalam kawasan Pecinan terbesar di Indonesia bernama Glodok. Gedung tersebut memiliki 8 lantai dengan 1 basement, dikembangkan oleh PT Multi Plaza Properties sejak 1977 dan kini dikelola oleh TCP Internusa. Tetapi sejarah yang beredar saat ini masih terbatas pada lembaran kertas dan belum sampai dibahas di dunia maya.

Tulisan kedua mengenai Glodok Plaza ini adalah yang sekarang berdiri dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jakarta.


Iklan

Sejarah Glodok Plaza

Multi Plaza Properties sebelumnya membangun generasi pertama dari Glodok Plaza, yang sudah dibangun sejak tahun 1977. Memiliki 6 lantai seluas 41 ribu meter persegi, mall lama memiliki atrium yang bisa digunakan untuk beberapa acara. Sayangnya, masa bertahan gedung ini sangat pendek, 6 tahun, setelah kebakaran hebat pada fajar 12 April 1983.

Dua minggu pasca kebakaran, pihak pengelola berencana untuk memanfaatkan kembali gedung yang hangus itu dengan memotong satu lantai blok A yang rusak berat, dan merenovasi sisanya. Sayangnya, diketahui bahwa gedung lama Glodok Plaza sudah rusak parah sehingga harus dibongkar total.

Pembongkaran dimulai pada bulan Desember 1984 hingga sekitar awal 1985, dan puingnya (sempat direncanakan) dijadikan material untuk reklamasi Pantai Ancol; sementara pembangunannya sendiri, dilaksanakan oleh PT Sumicon Utama, menghabiskan waktu 40 bulan dari bulan Juni 1985 hingga rampung keseluruhan kurang lebih di bulan Oktober 1987. 25 milyar rupiah digelontorkan untuk membangun kembali pusat perbelanjaan ini, termasuk 4,3 milyar rupiah uang asuransi yang disanggupi oleh pihak penjamin.

Glodok Plaza mulai digunakan per 30 April 1987 melalui acara Glodok Plaza Fair yang diadakan pada akhir April hingga awal Mei dan diresmikan oleh pejabat teras DKI Jakarta pada tanggal 1 Mei 1987. Tetapi gedung aksesnya ke Jalan Pinangsia baru selesai di akhir tahun 1987, dan secara penuh diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Wiyogo Atmodarminto pada 7 April 1988, dimana dalam sambutannya, Wiyogo menyinggung urbanisasi yang dipicu oleh keberhasilan pembangunan di ibukota.

Di masa awal gedung tersebut digunakan, pusat perbelanjaan di jantung Glodok itu sempat diisi oleh department store lokal Kumbo yang hanya bertahan dua tahun karena mendadak bubar pada 1989 oleh over ekspansi, selanjutnya supermarket Gelael, Burger King, KFC, dealer mobil Toyota dan rumah makan dan hiburan malam gaya Hong Kong bernama Dynasty di lantai 8. Menurut halaman web TCP Internusa, sebelum dibakar perusuh, Glodok Plaza identik dengan pusat perbelanjaan elektronik.

Burung Phoenix dari Glodok yang lahir untuk kedua kalinya

Walau pusat perbelanjaan hasil pembangunan kembali ini sangat diharapkan agar tidak lagi hangus terbakar seperti yang terjadi di tahun 1983, ternyata kerusuhan 1998 memberi nasib sial kedua untuk pusat perbelanjaan ini. Pada tanggal 14 Mei 1998, Glodok Plaza ditimpuk batu, dibakar dan dijarah massa. Orang Tionghoa Indonesia sepertinya tahu caranya memperingatkan peristiwa memilukan yang tak hanya membinasakan pecinan dan komunitasnya, namun juga nafkah dan hidupnya di pusat perbelanjaan ini, yaitu dengan menjadikan gedung tersebut tempat peringatan yang diadakan sekali pada tahun 1999.

Tetapi kebakaran itu justru membangkitkan lagi Glodok Plaza ibarat burung Phoenix yang mati dua kali. Pusat perbelanjaan itu dibenahi lagi menjelang tahun 2000, dengan konsep membawa masa depan yang lebih cerah dengan booming industri teknologi informasi. Dirancang oleh tim arsitek dari Airmas Asri dan strukturnya oleh Davy Sukamta & Associates, pusat belanja versi barunya didesain dengan mempertahankan struktur utamanya. Pembangunan dimulai Maret 2000 hingga baru digunakan kembali sejak sekitar Juli 2001, menghabiskan Rp 150 milyar, termasuk 115 milyar rupiah dari asuransi.

Ditengah renovasi, Multi Plaza Properties, sejak Oktober 2000, melebur dengan TCP Internusa yang mengelola Graha Surya Internusa. Multi Plaza sendiri juga dimiliki oleh kelompok Grup Internusa sejak gedung lamanya sudah berdiri. Sejak Desember 2010, Grup Internusa membuka sebuah hotel murah dengan 91 kamar bernama The Plaza Hotel Glodok, tepat di dalamnya.


Iklan

Arsitektur dan struktur

Glodok Plaza
Pasca renovasi. Foto oleh mimin SGPC

Glodok Plaza baru memiliki lahan yang lebih kecil tetapi dengan luas lantai lebih besar, 66 ribu meter persegi melawan 41 ribu meter persegi luas lantai gedung lama. Pusat perbelanjaan tersebut dirancang dengan mengutamakan keselamatan kebakaran yang menjadi sumber trauma tragedi April 1983, semisal penyebaran instalasi sprinkler dan hidran, dan pelatihan awak tenant maupun petugas pengelola untuk menanggulangi kebakaran.

Desain awal Glodok Plaza generasi kedua dirancang oleh Dacrea, biro arsitek yang sama dengan Glodok Plaza generasi pertama. Tidak seperti pusat perbelanjaan lain, bahkan dengan gedung lamanya, bangunan generasi kedua memiliki lebih banyak lantai (8 + 1 basement) dan parkirannya berada di lantai teratas (lantai 6-8), sehingga menampung lebih banyak kendaraan sekitar 700 kendaraan roda empat. Akses parkirnya dicapai melalui ramp spiral dengan ketebalan lingkar 7 meter.

Menurut pihak Multi Plaza Properties, penempatan parkir di lantai teratas lebih ke alasan praktis, sulit menambah lantai di basement. Selain itu, karena dianggap tidak menguntungkan dan justru memberi ilusi tidak semua tempat usaha (toko/kantor) buka, perkantoran pun disingkirkan dari pembangunan kembali pusat perbelanjaan tersebut; sehingga total luas lantai yang mencapai 66 ribu meter persegi bisa dimanfaatkan sepenuhnya untuk ritel.

Interiornya dikenal sarat dengan lapisan panel aluminium; dan menyediakan taman yang memberi suasana nyaman bagi para pengunjung. Mal ini juga memiliki lift kapsul yang “mencerminkan pelayanan profesional yang modern.” Bersamaan dengan lantai parkiran adalah tempat makan dan pertemuan seperti yang SGPC sebut tadi, seperti Dynasty.

Pasca-kerusuhan 1998 yang menghanguskan pusat perbelanjaan ini, pusat perbelanjaan tersebut berubah penampilan dari cat tekstur dan lapis kaca hitam, dan mewah dengan kolom atrium dan eskalator berlapiskan cermin, menjadi “lebih ceria” dengan banyak penggunaan warna dan interiornya lebih sederhana, dengan konsep teknologi informasi, meneruskan citra Glodok Plaza sebagai pusatnya elektronik.

Abidin Kusno mengritik habis-habisan konsep renovasi yang dianggapnya “tidak memberi tempat untuk memperingati kerusuhan Mei” yang menghanguskan gedung berlantai 8 itu, dan mengatakan bahwa “Glodok Plaza memang untuk era elektronik masa depan, bukan untuk dipenjara di masa lalu,” dengan konteks Kerusuhan Mei 1998. Sayangnya, komentar Kusno ini mengabaikan Glodok Plaza era pra-kerusuhan yang kebetulan juga pusat elektronik Jakarta. Seperti mal-mal korban kerusuhan lain, kritik tersebut punya kesan mengabaikan statusnya sebagai pengembangan swasta.

Glodok Plaza dibangun dengan struktur beton bertulang. Saat renovasi dilaksanakan, Davy Sukamta mengadakan tes struktur gedung yang terbakar, strategi yang sama yang diterapkan di Hotel Grand Bali Beach pada 1993. Walau terdapat pengurangan kekuatan struktur beton dan besi, Davy Sukamta memastikan generasi kedua gedung tersebut selamat, dan bisa diperkuat strukturnya.


Iklan

Data dan fakta

AlamatJalan Pinangsia Raya No. 1 Taman Sari, Jakarta Barat, Jakarta
Arsitek (1987)Dacrea (arsitektur dan struktur)
Arsitek (renovasi)Airmas Asri (renovasi, arsitektur)
Davy Sukamta & Rekan (renovasi, struktur)
Pemborong (1987)Sumicon Utama
Lama pembangunanJuni 1985 – Oktober 1987
Lama renovasiMaret 2000 – Juli 2001
Diresmikan1 Mei 1987
Jumlah lantai8 lantai
1 basement
Biaya pembangunan (1987)Rp 25 milyar (1987)
Rp 397 milyar (inflasi 2021)
Biaya pembangunan (2000)Rp 150 milyar (2000)
Rp 549,8 milyar (inflasi 2021)
SignifikasiSejarah (kerusuhan 1998)
Referensi: Majalah Konstruksi #111 Juli 1987; Berita Buana 2/5/1987; Indo Construction Vol. 1 #3; Surya Semesta Internusa

Referensi

  1. “Pusat Pertokoan Glodok Plaza: Dibangun dengan konsep desain baru.” Majalah Konstruksi No. 111, Juli 1987, hal 35-45
  2. pr (1984). “Pertokoan Glodok Plaza yang Baru Berlantai 7”. KOMPAS, 22 Desember 1984, hal. 3
  3. gst (1986). “Klaim Asuransi Glodok Plaza”. KOMPAS, 18 Agustus 1986, hal. 3
  4. Renovasi Glodok Plaza Menerapkan Konsep IT-Mall“. Majalah Indo Construction, Vol. 1 No. 3, Desember 2000. Diakses via Mega Konstruksi, diarsip 12 Agustus 2001
  5. Abidin Kusno (2010). “Ruang publik, identitas, dan memori kolektif: Jakarta pasca-Soeharto”. Yogyakarta: Ombak. Halaman 74-77
  6. Arsip website PT TCP Internusa, 13 Januari 2005 (gedung komersil)
  7. Arsip halaman PT TCP Internusa, 13 Januari 2005 (sejarah)
  8. Budi Kusumah; Moebanoe Moera; Tri Budianto Soekarno (1989). “Keajaiban di Department Store”. TEMPO, 16 September 1989
  9. Arsip laman resmi Dacrea, diarsip 13 Juli 2002
  10. Annual Report Surya Semesta Internusa 2010, diarsip dan diakses 20 Maret 2021
  11. jsk (2000). “SSI hopes for better revenue with Glodok Plaza” (SSI proyeksikan omzet besar dari Glodok Plaza). The Jakarta Post, 28 April 2000. Diakses via halaman resmi Surya Semesta Internusa, diarsip 13 Desember 2004
  12. jaw (2000). “Glodok Plaza to reopen in July 2001” (Glodok Plaza buka kembali Juli 2001). The Jakarta Post, 6 Oktober 2000. Diakses via halaman resmi Surya Semesta Internusa, diarsip 1 Januari 2005
  13. Press release (2000). “Marketing Launch Glodok Plaza“. Halaman resmi Surya Semesta Internusa, diarsip 1 Januari 2005
  14. kni (1987). “Pameran Produksi Dalam Negeri di Glodok Plaza Diresmikan”. Berita Buana, 2 Mei 1987, hal. 6
  15. “Aroma Hongkong di Glodok Plaza.” Majalah SWA No. 1/V, April 1989, hal. 96-97
  16. Advertorial (1987). “Glodok Plaza, Sebagai Salah Satu Kawasan Pertokoan dan Perbelanjaan Terkemuka di Jakarta.” Suara Pembaruan, 27 November 1987, hal. 8
  17. Advertorial (1987). “Konsep Sebuah Pusat Belanja Modern.” Suara Pembaruan, 27 November 1987, hal. 8
  18. “Pusat perbelanjaan Glodok Plaza diresmikan.” Suara Pembaruan, 8 April 1988, hal. 2

Lokasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *