Google Translation avaliable here. Use at your own risk; some translation may be incorrect or misleading:

Kunjungilah Trakteer SGPC untuk mendapatkan konten-konten akses dini dan eksklusif, serta mendukung blog ini secara saweran. Support us through SGPC’s Trakteer and get early access and exclusive content.

The Jayakarta SP Hotel & Spa Jakarta

The Jayakarta SP Hotel & Spa, atau umumnya bernama Hotel Jayakarta – jarang menyematkan label SP – adalah hotel bintang empat yang berdiri di pojok simpang Jalan Labu dan Jalan Hayam Wuruk, selatan kawasan dagang dan pecinan Glodok, Jakarta Barat.

Hotel ini dimiliki oleh Pudjiadi & Sons, salah satu bagian usaha dari Grup Pudjiadi yang difokuskan untuk mengelola hotel. Sayangnya, tidak seperti gedung-gedung lain, SGPC kesulitan menentukan jalan sejarah yang tepat dari hotel ini, karena versinya sangat banyak, bahkan di material resmi Grup Pudjiadi sendiri.

Hotel Jayakarta
Hotel Jayakarta dari Hotel Horison Arcadia Mangga Dua. Apartemen Jayakarta Plaza berwarna cokelat di kiri. Salib di depan Jayakarta Plaza adalah Gereja Kristus Yesus Mangga Besar. Foto oleh mimin SGPC

Iklan

Gedung Jayakarta lama (1969-1973)

Iklan Chase Manhattan Bank dengan tampilan lama Hotel Jayakarta.
Sinar Harapan, 26 Februari 1974

Sejarahnya dimulai sejak akhir dasawarsa 1960an. Saat itu, Sjukur Pudjiadi, seorang importir film Disney dan Columbia, membangun sebuah hotel Jayakarta berlantai 9 dengan 126 kamar di kawasan Glodok, dengan peletakkan batu pertamanya dilakukan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada 24 Juni 1969.

Saat pertama dibangun, proyek tersebut merupakan bagian dari pemenuhan sarana wisata di Jakarta. Nama hotel ini diambil oleh Gubernur Ali Sadikin dari nama asli kota Jakarta kala berdirinya.

Namun, di awal dasawarsa 1970, muncul tender penyediaan kamar hotel untuk konferensi Pacific Asia Tourism Association 1974 yang diadakan di Jakarta dan Bali. Hal ini dimanfaatkan penuh oleh Pudjiadi untuk mempercepat penyelesaian hotelnya, yang pada akhirnya hanya bisa menampung 52 kamar, di gedung berlantai empat yang juga diperuntukkan sebagai restoran Orchid Room Restaurant, Bioskop Jayakarta (yang kebetulan juga milik Sjukur Pudjiadi sebelum kolaps di tahun 1990an), kantor dan supermarket. Gedung tersebut selesai dibangun dan dioperasikan sejak sekitar April 1973.

Muncul beberapa versi terkait tanggal pasti pembukaan operasionalnya. Versi wawancara Sjukur Pudjiadi dengan majalah Bisnis Properti (Panangian), sekitar September 2003 dan halaman web resmi yang diperkuat oleh keberadaan iklan pengumuman yang menyatakan “Modern Shopping Centre Jayakarta” dengan 50 toko harus mulai dibuka per April 1973. Versi harian ekonomi “Neraca” yaitu September 1972, tidak diperkuat oleh iklan.

Pertokoan yang saat itu menamakan dirinya Modern Shopping Centre diisi secara ora kesusu. Salah satu tenant kuncinya adalah Chase Manhattan Bank yang pindah cabang pembantunya ke lantai 1 Hotel Jayakarta mulai 25 Februari 1974 hingga sekitar 1986, dan sebuah supermarket yang tidak disinggung namanya oleh harian KOMPAS pada April 1974.

Merujuk pada buku biografi M.S. Kurnia, ini mengarah ke Supermarket Hero kedua yang pernah dibuka. Nurhajati sempat mengatakan bahwa dipilihnya Jayakarta sebagai lokasi gerai keduanya seluas 1.000 m2 karena dekat dengan pecinan yang disertai daya beli komunitas Tionghoa yang lebih baik dibanding pribumi saat itu.

Sayangnya Hero menutup gerai Jayakarta pada 1979 dengan alasan “tidak layak,” dan cabang tersebut dioper ke Barito Plaza. Sementara Chase pada tahun 1986 memindahkan cabang Hotel Jayakarta ke Medan Merdeka Barat, kantor cabang utama lamanya sebelum pindah ke Chase Plaza.

Itu awal keberadaan pusat belanjanya. Bila melihat kisah lain, terutama di dasawarsa 1980an dan 90an, gedung ini terkenal dengan diskotik Stardust yang sekarang sudah tutup. Sayangnya, tidak ada catatan lain mengenai diskotik ini, dan paling tidak catatan yang tersisa dari sekarang adalah penggunaannya sebagai pujasera the Food Place – penerus spiritual Orchid Room Restaurant.


Iklan

Tahap kedua dan ketiga, superblok kedua (1975-1983)

Hotel Jayakarta
Gedung setinggi ini masih menyimpan misteri soal grand opening, pemborong dan arsitek. Foto oleh mimin SGPC

Ya, SGPC mengakui itu. Sepinya catatan dari media-media baik media arus utama, atau media arsitektur dan real estate yang saat itu belum banyak beredar di pasaran, plus karakter Sjukur Pudjiadi yang adaptif, tidak banyak bercuap-cuap di media menjadi salah satu faktor krusial di balik kurangnya catatan sejarah Hotel Jayakarta tahap dua dan ketiga (Terbaru 26 September 2023: pendapat kontemporer ini salah. Dengan ditemukannya berita di Surabaya Post edisi Mei 1978, maka layak disebut bahwa anggapan Pudjiadi dikenal “tak banyak bercuap” di media tak selamanya tepat). Bila melongok sejarahnya, ini adalah superblok kedua setelah Ratu Plaza yang selesai duluan pada 1980.

Dalam wawancara kepada majalah milik kelompok Panangian Simanungkalit, Bisnis Properti, Sjukur mengatakan bahwa perluasan tahap keduanya dibangun karena tingginya minat pelancong pada Hotel Jayakarta Jakarta di awal-awal operasionalnya, sehingga pihak pengelola hotel harus menambah jumlah kamar.

Proyek perluasan gedung berlantai 21 tersebut, awalnya menyediakan 120 kamar tambahan di lantai 2 sampai 7 (total 172) dan ruang perkantoran seluas 11 ribu meter persegi di lantai 8 sampai 21, memulai konstruksinya di bulan Desember 1975 hingga selesai keseluruhan di bulan Juli 1978 andaikata penyelesaian interior perkantorannya jadi. Hotelnya sendiri selesai pada 7 April 1978, dan dibuka dalam uji coba operasional pada 16 April tahun yang sama.

Grand opening Hotel Jayakarta Tower terlaksana pada bulan Agustus 1978. Pembiayaan konstruksinya berasal dari bank yang menempati gedung hotel lama, Chase Manhattan Bank, dengan biaya pembangunannya dilaporkan beragam, mulai dari 10 juta (Rp. 4,15 milyar) menurut Surabaya Post dan Berita Yudha, hingga 23 juta dolar AS (Rp. 9,5 milyar nilai 1978, pra-Kenop 78) menurut laporan media Singapura.

Istri Sjukur, Lenawati Pudjiadi, merancang tata busana untuk pegawai hotel dan membantu secara pribadi merancang interior dan arsitektur hotel. Sayangnya tidak dibeberkan siapa arsitek serta pemborongnya. Dalam pemberitaan Berita Yudha dan Surabaya Post, interiornya dirancang memadukan keantikan gaya Spanyol dan Perancis, dengan meubelair dari tangan-tangan pengrajin asli Indonesia.

Eksteriornya yang modern, dipadu dengan keselamatan modern berupa helipad untuk mengevakuasi tamu hotel dan pegawai perusahaan melalui udara. Ide awal dibangunnya perkantoran sebenarnya agar tamu hotel bisnis bisa melaksanakan urusannya dengan perusahaan lebih mudah dan cepat.

Tetapi 172 kamar itu tidak cukup bagi Pudjiadi & Sons karena tetap saja ramai (okupansi rata-rata 1977-1981 di atas 80 persen, 1982 75 persen), sehingga awal 1980an, lantai 12 sampai 20 difungsikan sebagai kamar hotel sebanyak 160 buah dan dua tahun kemudian (akhir 1983) ruang kantor yang belum laris terjual itu lambat laun dialih fungsi menjadi 155 kamar hotel – total jumlah kamar sejak 1984 adalah 435 buah. Tinggal perusahaan milik Grup Pudjiadi saja yang masih berkantor di dalam Hotel Jayakarta SP.

Pada tahun 1980-1982, kompleks Hotel Jayakarta Jakarta menjelma menjadi semacam superblok. Tahun itu, anak usaha lain dari kelompok Pudjiadi, PT Pudjiadi Prestige, membangun apartemen dan pusat belanja Jayakarta Plaza (ini tidak ada hubungannya dengan Apartemen Pangeran Jayakarta di Mangga Dua) yang terdiri dari delapan lantai (5 apartemen, 3 kantor), 95 unit apartemen strata title yang beratrium, dan 275 unit pertokoan yang 52 persennya dijual (143 vs 132) dengan luas lantai totalnya sekitar 11.918 m2. Proyek Jayakarta Plaza diresmikan pada 18 Januari 1983.

Soal atrium, Apartemen Jayakarta Plaza mendahului Atrium Mulia dan soal strata title, ini merupakan pelopor, karena gedung yang ruangannya dijual dalam bentuk strata title baru marak di blantika properti nasional mulai 1992, yang Pudjiadi ikuti dengan membangun Kondominium Menara Kelapa Gading pada 1995. Sementara secara kronologis perancangan, Pudjiadi baru membangun hunian berlantai banyak di Senopati lima tahun kemudian.

Berkat renovasi demi renovasi selama 45 tahun eksistensinya, sekarang Jayakarta SP Hotel & Spa memiliki 334 ruang hotel (susut 101 kamar), yang terbagi ke dalam enam jenis kamar. Hotel ini juga menyediakan restoran Cafe Betawi, 6 ruang rapat dan 2 ballroom dan bahkan kolam renang.


Iklan

Data dan fakta

Nama lamaHotel Jayakarta Tower
AlamatJalan Hayam Wuruk No. 126 Tamansari, Jakarta Barat, Jakarta
Lama pembangunanJuni 1969 – April 1973 (Gedung Jayakarta)
Desember 1975 – April 1977 (Jayakarta SP Hotel)
1980 – 1982 (Jayakarta Plaza)
Jumlah lantai (Gedung Jayakarta 1973)4 lantai
Jumlah lantai (Jayakarta SP Hotel)21 lantai
Jumlah lantai (Jayakarta Plaza)9 lantai
Jumlah kamar (Jayakarta SP Hotel)334 kamar
Jumlah unit (Jayakarta Plaza)95 unit (apartemen)
275 unit (pertokoan)
Biaya pembangunan (Jayakarta SP Hotel)Rp. 4,15 – 9,5 milyar (1978)
Rp. 167,8 – 324,9 milyar (inflasi 2023)

Referensi

  1. “Hotel 9 Tingkat Dibangun di Djl. Hajam Wuruk.” Sinar Harapan, 25 Juni 1969, hal. 2
  2. ph (1969). “Jayakarta” Hotel Sembilan Tingkat Segera Muntjul di Hayam Wuruk.” KOMPAS, 25 Juni 1969, hal. 2
  3. “Profil Emiten: Pudjiadi & Son Estate.” Harian Ekonomi “Neraca,” 17 April 1990, hal. 5
  4. “Not just a pretty face but a big help too” (Tidak hanya berparas cantik, tetapi banyak memberi bantuan). The Straits Times (Singapura), 1 Juni 1978, hal. 9. Diakses dari NLB Singapura.
  5. “Supermarket di Jl. Hayam Wuruk.” KOMPAS, 18 Maret 1974, hal. 2
  6. Nurhajati Kurnia; Wong Tung To (2003). “Perintis Ritel Modern Indonesia: Memoar Pendiri Grup Hero.” Jakarta: Yayasan Kurnia Jakarta. Halaman 116, 118
  7. Halaman terkait Grup Pudjiadi:
  8. Halaman resmi Hotel Jayakarta SP dan profil hotel di Agoda, diakses 5 Februari 2023 (arsip)
  9. “Wawancara Sjukur Pudjiadi: Membangun Imperium Bisnis Secara Konservatif.” Majalah Bisnis Properti (Panangian) No. 2, Oktober 2003, hal. 24-28
  10. Hadi Prasojo (2003). “Laju Bisnis Sang Naga Indramayu”. Majalah Bisnis Properti (Panangian) No. 2, Oktober 2003, hal. 14-15
  11. “Jayakarta Tower, a Towering Experience” (Jayakarta Tower, pengalaman yang tinggi). Travel Indonesia Vol. 5 No. 3, Maret 1983, hal. 15-16
  12. “Ijin supermarket masih terbuka bagi pribumi.” Suara Karya, 15 Februari 1980, hal. 8
  13. “Proyek pertokoan mendorong kegiatan ekonomi.” Berita Yudha, 19 Januari 1983, hal. 2
  14. “Satu2nya hotel yang punya landasan heli.” Berita Yudha, 5 Mei 1978, hal. 7
  15. “Melihat Jayakarta Tower Hotel yang bergaya arsitektur modern di Indonesia.” Surabaya Post, 3 Mei 1978 hal. 8
  16. “Hotel baru lagi di Jakarta” (keterangan gambar). Surabaya Post, 18 April 1978 hal. 1
  17. Iklan Hotel Jayakarta Jakarta. Sinar Harapan, 23 Agustus 1978 hal. 13

Lokasi

Kunjungilah Trakteer SGPC untuk mendapatkan konten-konten akses dini dan eksklusif, serta mendukung blog ini secara saweran. Bila anda perlu bahan dari koleksi pribadi SGPC, anda bisa mengunjungi TORSIP SGPC. Belum bisa bikin e-commerce sendiri sayangnya....


Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *