Google Translation avaliable here. Use at your own risk; some translation may be incorrect or misleading:

Kunjungilah Trakteer SGPC untuk mendapatkan konten-konten akses dini dan eksklusif, serta mendukung blog ini secara saweran. Support us through SGPC’s Trakteer and get early access and exclusive content.

Wisma Sudirman adalah gedung kantor niaga berlantai 18 yang dahulu berdiri diantara Wisma Benhil dan Intiland Tower Jakarta di Jalan Jenderal Sudirman, Kec. Tanah Abang, Jakarta Pusat. Gedung dengan gaya arsitektur internasional ini dirancang oleh tim arsitek dari Jepang Meiji Watanabe & Associates bersama dengan pemilik Arta Buana Sakti J. Heru Gunawan (yang belakangan menjadi architect of record bagi mahakarya Paul Rudolph sekaligus tetangga gedung ini, Intiland Tower dan proyek ketiga duet Heru Gunawan-Meiji Watanabe selain Gedung Yamaha dan bersama arsitek Amerika, Gajah Mada Plaza). Perlu anda ketahui bahwa nama Wisma Sudirman ini pernah digunakan untuk proyek Metropolitan Kentjana untuk gedung yang selanjutnya bernama Gedung BRI I.

Wisma Sudirman
Foto oleh mimin SGPC

Ketika dibangun sebagai Wisma Harapan, gedung ini dibangun sebagai jawaban atas meningkatnya kebutuhan kantor pasca beredarnya Pergub DKI yang menertibkan kantor-kantor di rumah tinggal. Pembangunan Wisma Harapan, nama asli Wisma Sudirman, berlangsung dari April 1976 hingga sekiranya selesai pada 1979.

Sekitar 1980an, Grup Harapan menjual gedung ini ke Grup Gajah Tunggal milik Sjamsul Nursalim dan menyerahkan pengelolaannya kepada anak usahanya, Manning Development (pengelola Wisma Hayam Wuruk) sejak 1990 hingga 1997. Di beberapa literatur tertentu, terutama buku direktori telepon yang mimin SGPC baca, gedung Wisma Sudirman sempat bernama Wisma Diners Club karena Diners Club, perusahaan kartu kredit ternama asal Amerika yang bekerjasama dengan Nursalim untuk operasionalnya di Indonesia, berkantor di gedung ini sejak 1984.

Grup Ometraco, selanjutnya bernama PT Indonesia Prima Property dan terafiliasi Gajah Tunggal, membeli gedung ini dari Gajah Tunggal, setidaknya sekitar 1997, berikut bangunan dan tanahnya. Dalam waktu bersamaan Grup Rajawali pindah ke gedung barunya di Kuningan.

Pada 2 Februari 2016, PT Indonesia Prima Property, pemilik terakhir gedung Wisma Sudirman, membangun flyover Semanggi, berdasarkan aturan yang diberlakukan Gubernur DKI saat itu Basuki Tjahaja Purnama, dengan “tumbal” Wisma Sudirman. Alhasil, dari akhir 2016 hingga Juli 2018, Wisma Sudirman digempur untuk dibangun sebuah kompleks generik bernama “Abode”, sebuah pencakar langit kembar karya Kohn Pedersen Fox yang akan membayangi Intiland Tower dan memiliki ketinggian 4x lipat Wisma Sudirman. Hingga pertengahan 2023, proyek Abode belum kunjung dibangun.

Death of Wisma Sudirman
Saat dibongkar. Foto oleh mimin SGPC

Iklan

Arsitektural dan struktur

Wisma Sudirman, dahulu Wisma Harapan, saat dibangun. Jakarta tempo dulu 1970an
Wisma Sudirman saat dibangun, sekitar pertengahan 1979. Foto: Toky/Majalah Konstruksi (September 1979)

Bila dilihat dari luar, desain Wisma Sudirman tergolong bergaya internasional, walau masih ada variasi geometri bundar pada bagian lantai penthouse dan podium, tipikal bangunan era 1970an hingga awal 1990an di Indonesia.

Struktur bangunan Wisma Sudirman, mulai dari pondasi tiang pancang sedalam 20 meter, dengan struktur atas terbagi menjadi dua, yaitu Podium, jarak dengan gedung tower 7,5 sentimeter, rangka terbuka (open frame) dengan balok lantai menggunakan rangka beton bertulang biasa; dan Tower setinggi 75 meter, struktur bangunan memanfaatkan tembok geser (shear wall) dan core dengan kolom beton bertulang dan balok lantai beton prategangan.

Khusus untuk struktur bangunan Tower, pasangan antara core, tembok geser dengan balok lantai diberikan pin joint, untuk alasan praktis dalam pembangunan hingga kegempaan. Salah satu gebrakan teknik sipil di Indonesia di masanya.

Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1950an hingga 1970an dapat anda baca di artikel ini

Data dan fakta

Nama lamaWisma Harapan
Wisma Rajawali
Wisma Diners Club
AlamatJalan Jenderal Sudirman Kav. 34 Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jakarta
ArsitekMeiji Watanabe & Associates
J. Heru Gunawan (architect of record)
Suhandiman Rusli (architect of record, pelaksana)
PemborongArta Buana Sakti Real Estate
Lama pembangunanApril 1976 – 1979
Dibongkar2017 – 2018
Jumlah lantai (gedung utama)18 lantai
1 basement
Jumlah lantai (podium)3 lantai
1 basement
Tinggi gedung75 meter
SignifikasiStruktural (diklaim yang pertama menggunakan pin joint)
Referensi: Majalah Konstruksi September 1979

Referensi

  1. NN (1979). “Wisma Harapan: Bangunan Perkantoran dengan sistem Pin Joint.” Majalah Konstruksi, September 1979.
  2. MON/WW (1992). “Gelombang Akuisisi Juga Terjadi di Luar BEJ”. KOMPAS, 20 Agustus 1992.
  3. Linda Hairani (2016). “Ahok Denda Wisma Sudirman Bangun Jalan Layang Semanggi.” Tempo Online, 2 Februari 2016. (arsip)
  4. “Ometraco Akuisisi Puri Casablanca dan Wisma Rajawali”. Republika, 19 Oktober 1996.
  5. Baso Amir; Radityo D.M. Ibrahim (1990). “Berapa Besar Bisnis Sjamsul di Property?” Majalah SWA No. 1/VI, April 1990, hal. 56-58
  6. Baso Amir; Radityo D.M. Ibrahim (1990). “Bisnis Duit Plastik Nursalim”. Majalah SWA No. 1/VI, April 1990, hal. 60

Lokasi

Kunjungilah Trakteer SGPC untuk mendapatkan konten-konten akses dini dan eksklusif, serta mendukung blog ini secara saweran. Bila anda perlu bahan dari koleksi pribadi SGPC, anda bisa mengunjungi TORSIP SGPC. Belum bisa bikin e-commerce sendiri sayangnya....


Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *