Google Translation avaliable here. Use at your own risk; some translation may be incorrect or misleading:

Kunjungilah Trakteer SGPC untuk mendapatkan konten-konten akses dini dan eksklusif, serta mendukung blog ini secara saweran. Support us through SGPC’s Trakteer and get early access and exclusive content.

Kembar, mengotak dan mewah. Begitulah yang bisa kami ulas dari Apartemen The Sultan Residence yang sekawasan dengan Hotel Sultan. Saat pertama dibangun, apartemen eksekutif yang awalnya bernama Hilton Residence ini memulai pembangunannya pada tanggal 23 September 1985, dengan pemborong dilakukan bersama antara Handara Graha dengan Shimizu Construction. Tower pertama Apartemen Sultan Residences mulai dipasang panel precast-nya pada bulan Juli 1986, topping-off 25 Februari 1987 dan selesai dibangun pada tanggal 23 September 1987.

The Sultan Residence di belakang jaring
Berdiri di belakang jaring. Foto oleh mimin SGPC

Iklan

Kemudian pada tanggal 15 April 1988 precast pertama untuk kembarannya mulai dipasang, juga dilakukan oleh pemborong yang sama. Tower kedua tersebut topping-off pada 27 Desember 1988 dan resmi dibuka pada tanggal 1 Juli 1989, menjadikannya menara kembar ketiga di Indonesia setelah Wisma Metropolitan dan Apartemen Park Royale, tetapi mendahului Landmark, dan juga satu dari beberapa pionir apartemen swasta di Indonesia (selain Arjuna Plaza, Ratu Plaza, Jayakarta, Garden Wing Hotel Borobudur, Apartemen Senopati dan Calindra). Bangunan kembar tersebut memiliki total 260 unit, 30 lantai dengan 2 basement dan tinggi bangunan 91,5 meter bila mimin SGPC mengasumsikan tinggi shaft elevator 2 meter dengan tinggi atap 89,5 meter. KOMPAS menyebut tinggi The Sultan Residence 100 meter. Masing-masing tower memiliki 132 unit dan 128 unit.

Mengingat lokasi dan kepemilikannya, apartemen ini seirama dengan hotel yang menjadi induknya; sejak 1 September 2006, nama The Hilton Residences ikut pensiun dan berganti nama menjadi The Sultan Residences.

Bentuk gedung The Sultan Residence tidak mengotak

Dirancang oleh tim arsitek dari Killingsworth, Stricker, Lindgren, Wilson & Associates pimpinan Edward Killingsworth dari Amerika Serikat, dan dibantu oleh biro perancangan desain Shimizu Corporation dan Teddy Boen & Rekan, desain Sultan Residence terlihat mengotak, tetapi tidak mengotak dan cukup futuristik, unik. Hal ini dicapai dengan membuat rongga gedung diantara bagian unit apartemen dan shaft lift, dan dihubungkan oleh selasar bangunan. Finishing keramik sudah dijadikan satu paket dengan panel pracetak.

Struktur Apartemen Sultan Residence dibangun dengan sistem pracetak lengkap dengan clad keramik, balok lantai beton bertulang biasa dan pondasi tiang bor; untuk tower pertama berkedalaman 18-23 meter. Pembangunan dengan sistem ini mempercepat pembangunan gedung: tower 1 dibangun selama 7 bulan dan tower 2 selama 9 bulan.

Saat apartemen selesai dibangun, banderol sewa yang diberikan Indobuildco selaku pengembang apartemen saat itu sekitar 4400 USD per bulan, dan menyasar kalangan berkantong tebal dan warga negara asing yang bekerja di Indonesia. Rp. 104,6 milyar atau USD 59 juta, yang artinya setara harga Rp. 1,4 triliun rupiah untuk nilai tahun 2020, dihabiskan untuk mengadakan pembangunan The Sultan Residences.

Sejak Maret 2017, The Sultan Residence (Agoda/Booking) sudah terbuka untuk diinapi masyarakat umum mulai Rp. 1,5 juta rupiah. Fasilitas apartemen sewa ini berbagi fasilitas baik sasana senam, spa dan kolam renang, dengan hotel induknya.

Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1980an dapat anda baca di artikel ini


Iklan

Data dan fakta

Nama lamaThe Hilton Residences
AlamatJalan Jenderal Gatot Subroto Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jakarta
ArsitekKillingsworth, Stricker, Lindgren, Wilson & Associates (desain arsitektur)
Teddy Boen & Rekan (struktur)
Shimizu Corporation (desain dan struktur)
Pemborong (J.O.)Shimizu Corporation
Handara Graha
Lama pembangunan
(menara pertama)
September 1985 – September 1987
Lama pembangunan
(menara kedua)
April 1988 – Juli 1989
Jumlah lantai
(kedua menara)
30 lantai
Tinggi gedung91,5 meter[mfn]Shaft elevator diasumsikan oleh SGPC 2 meter, tinggi atap 89,5 meter. KOMPAS menyebut tinggi gedung 100 meter[/mfn]
Jumlah kamar132 (tower 1)
128 (tower 2)
260 (total)
Biaya pembangunanRp. 104,6 milyar (1989)
Rp. 1,4 triliun (inflasi 2020)
Referensi: Majalah Konstruksi #188, #121, #136; KOMPAS 2/7/1989

Referensi

  1. Urip Yustono; Vera Trisnawati; Muhammad Zaki (1988). “Hilton Highrise Residence: Dibangun dengan sistem pracetak”. Majalah Konstruksi No. 118, Februari 1988.
  2. Vera Trisnawati (1988). “Hilton Highrise Residence memulai pembangunan tahap dua”. Majalah Konstruksi No. 121, Mei 1988.
  3. Urip Yustono (1989). “Hilton Residence II: Dibangun 3 bulan lebih cepat dari skejul”. Majalah Konstruksi No. 136, Agustus 1989.
  4. ds/mk (1987). “Pemasangan Dinding “Precast” Terakhir Hilton Residence”. KOMPAS, 26 Februari 1987.
  5. ds/mh (1989). “Apartemen Mewah di Jakarta Bertambah”. KOMPAS, 2 Juli 1989.
  6. Apartemen di Senayan, The Sultan Residence Jakarta Resmi Dibuka.” Web resmi The Sultan Jakarta, 1 Maret 2017. Diakses 28 Agustus 2019. (arsip)
  7. ir (2006). “Hilton Jakarta Jadi The Sultan“. Detikcom, 22 Agustus 2006. (arsip)

Lokasi

Kunjungilah Trakteer SGPC untuk mendapatkan konten-konten akses dini dan eksklusif, serta mendukung blog ini secara saweran. Bila anda perlu bahan dari koleksi pribadi SGPC, anda bisa mengunjungi TORSIP SGPC. Belum bisa bikin e-commerce sendiri sayangnya....


Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *