Tunjungan Plaza, atau bekennya bernama Tunjungan City, adalah kompleks perbelanjaan, hunian, dan bisnis di Surabaya milik pengembang putra daerah, PT Pakuwon Jati Tbk. Mal yang sangat familiar bagi generasi kekinian Suroboyoan karena konsep lifestyle dan “instagrammable” ini memiliki lebih dari 250 ribu meter persegi luas lantai total dan 103 ribu meter persegi luas lantai yang bisa disewakan, melingkupi lahan seluas 76 ribu meter persegi dan 6 tahap pembangunan.
Secara keseluruhan, masterplan Tunjungan Plaza dirancang masterplannya oleh Parama Loka Consultant bekerjasama dengan Peddle Thorp dari Australia, tetapi desain arsitektur kompleksnya dilakukan firma yang berbeda-beda per tahapannya dan pengembangannya telah berjalan selama lebih dari 40 tahun.
Tulisan ini meliputi bagian Tunjungan Plaza yang dibangun dari 1986 sampai 2001. Untuk gedung terbaru bisa dilihat di bagian kedua Tunjungan Plaza. Untuk melihat daftar tenant lengkapnya, silakan lihat bagian Referensi #17.
Penelusuran kilat
Tunjungan Plaza I (1985-1986)
Potongan tersenior dari Tunjungan City yaitu Tunjungan Plaza I dibuka pada pertengahan 1986. Perencanaan dan pembangunan blok pertama cikal bakal superblok ketiga di Indonesia ini dimulai sejak September 1982 dengan lahirnya Pakuwon Jati, sementara pengajuan proposal desainnya sudah diperlihatkan pada 1984. Pembangunan gedungnya sendiri berlangsung mulai dari November 1984 hingga selesai Mei 1986, dengan pemborong Kadi Internasional. Hal ini dibangga-banggakan Pakuwon, mengingat lama konstruksinya cukup singkat dibanding pusat belanja sejenis di Jakarta (Ratu Plaza dan Gajah Mada Plaza yang sama-sama beratrium juga makan waktu 3 tahun untuk membangun).
Bagian pertama dari pusat belanja yang kelak menjadi superblok tersebut akhirnya mulai beroperasi pada 7 Mei 1986 melalui upacara peresmian pembukaan oleh Walikota Surabaya dr. Poernomo Kasidi. Sehari kemudian, mall tersebut mulai dibuka untuk umum. Ketika dibuka, pihak dari Asosiasi Pusat Pertokoan dan Perbelanjaan Indonesia (AP3I) mengatakan bahwa keberadaan TP bisa mendorong masyarakat Surabaya berbelanja di kota sendiri, tidak harus ke luar negeri. Gedung ini dirancang mengikuti desain arsitektur pertokoan di Jepang, sementara tipe pertokoannya dicomot dari Australia.
Ketika pertama dibuka, tenant Tunjungan Plaza 1 diisi oleh supermarket lokal mulai Varia Supermarket, Rimo, Matahari Department Store (sejak 9 Mei 1986), Tunjungan Optik, potong rambut Rudi Hadisuwarno, Etienne Aigner dan outlet pakaian bermerek lainnya, bioskop Studio Theatre I dan II hingga diskotek Top Ten. Keseluruhan dari penyewa yang disebutkan di harian Jawa Pos edisi 7 Mei 1986 bisa dipastikan mengisi 85 persen dari 250 unit pertokoan yang tersedia. Mall ini menerapkan sistem satu koridor dengan landaian menerus yang juga ditemukan di mal-mal Jakarta era 1990an, Plaza Blok M dan mal pesaingnya Mal Ciputra Jakarta.
Kisah menarik dari pembukaan Matahari di Tunjungan Plaza. Sebelum diputuskan menempati TP, Matahari memang sejak 1983 mengincar beberapa mall-mall lain yang akan menjadi tempat berlabuh department store milik Hari Darmawan itu. Namun, baru di tahun 1984, saat Pakuwon memperkenalkan mall ini, department store itu memutuskan membuka tokonya disana. Ketika dibuka untuk undangan pada 8 Mei 1986 dan untuk umum sehari kemudian, ternyata antusiasme masyarakat menjadi sangat tinggi. Beberapa undangan berbelanja lebih lama dari biasanya dan Matahari terpaksa menolak undangan sendiri gara-gara molornya undangan selesai berbelanja.
Karena tidak semua finishing yang dibangun di TP1 rampung saat dibuka di bulan Mei 1986, pihak Pakuwon baru bisa sepenuhnya melakukan grand opening melalui peresmian oleh Gubernur Jawa Timur, Wahono, pada 15 Desember 1986.
Sebagai salah satu pusat perbelanjaan yang dibangun di Surabaya pada pertengahan 1980an, sebelum Plaza THR dan Plaza Surabaya (d/h Delta) berdiri, Tunjungan Plaza diklaim merupakan mall termodern yang dibangun di Surabaya pada masanya, dengan luas lantai 25 ribu meter persegi dan kapasitas 560 kendaraan. Ia menjadi pesaing besar bagi Toko Nam, Wijaya Plaza, Go-Skate yang berada cukup dekat dengan TP, atau bahkan Indo Plaza Jalan Semut yang seminggu sebelumnya juga membuka operasional, serta menggebrak gaya hidup kota Surabaya yang saat itu agak monoton karena biasanya aktivitas di siang hari lebih didominasi istirahat – kata advertorial Tunjungan Plaza tahun 2001.
Desain Tunjungan Plaza 1 pra-renovasi ini bisa dikatakan tidak trendi lagi bagi Dilanowcy. Namun, di dalamnya TP1 memiliki sebuah atrium yang setidaknya memudahkan pengunjung melihat toko-toko dari semua lantai, apalagi dengan penggunaan pagar kaca. Ia juga memiliki lift kapsul sebanyak dua buah. Mall ini, saat dibuka, juga menyediakan 650 ruangan parkir kendaraan roda empat di gedung parkir berlantai 10.
Selain Matahari, tenant utama yang kini tercatat menempati TP 1 adalah ACE Hardware, Gramedia, Hero Supermarket (sejak April 1988, menggantikan Varia Supermarket) hingga bioskop XXI (menggantikan Studio Theatre) yang berada lantai teratas bersama dengan food court.
Data dan fakta
Alamat | Jalan Basuki Rachmat No. 8-12 Tegalsari, Surabaya, Jawa Timur |
Arsitek | Parama Loka Consultant |
Pemborong | Kadi Internasional |
Lama pembangunan | Januari 1985 – Mei 1986 |
Jumlah lantai (mewakili keseluruhan mall TP1-4) | 7 lantai 1 basement |
Tinggi gedung (prakiraan Surabaya Post, 31/10/1984) | 40 meter |
Biaya pembangunan | Rp 30 milyar (1986) Rp 517 milyar (inflasi 2023) |
Tunjungan Plaza II (1990-1991)
Hingga Agustus 1989, ruang pertokoan di Tunjungan Plaza sudah ludes diisi tenant yang berminat. Hal ini yang menyebabkan Pakuwon Jati memutuskan memperluas Tunjungan Plaza dengan membangun Tunjungan Plaza II (TP II), yang dibangun dengan tambahan 10 lantai gedung perkantoran di atas 7 lantai pusat perbelanjaan. Perluasan tersebut tercapai melalui kerjasama bangun, guna dan serah dengan BUMN Bank Bumi Daya (BBD) yang kebetulan memiliki lahan yang diincar Pakuwon dan sama-sama ingin membangun gedung baru.
Proyek TP II diperkenalkan bersamaan dengan rencana Pakuwon Jati menjual sahamnya kepada investor di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya sekitar Agustus 1989. Perdagangan pertama saham Pakuwon (disingkat PWON – zaman itu belum ada kode emiten) dimulai pada 5 Oktober 1989 namun tidak disebutkan tujuan penggalangan dana di palagan bursa efek. Baru pada April 1990 diketahui bahwa proyek TP II dengan nilai final 42 milyar rupiah (1991) itu didanai dengan dana penjualan saham PWON.
Persiapan konstruksinya sudah dimulai sejak pengukuran tanah di bulan November 1989; Pakuwon memperkenalkan TP II kepada investor dan masyarakat di hari keramat 10 November 1989 itu juga. Dalam perencanaan awalnya, gedung BBD hanya memiliki 14 lantai, tetapi ada penambahan 2 lantai karena faktor tambahan. Plaza BBD juga awalnya dirancang berbentuk sedikit mengotak sebelum menjadi sedikit dinamis.
Tunjungan Plaza II dirancang oleh tim arsitek Team 4 Architects untuk desain bangunan dan Ketira Engineering untuk strukturnya, dan pembangunan dilaksanakan oleh pemborong swasta Jaya Konstruksi mulai Juli 1990 dan selesai keseluruhan per Desember 1991. Tetapi tenant-tenant sudah bisa menempati TP II sejak peresmian operasionalnya pada 28 Agustus 1991.
Ketika awal dibuka, mal ini menampung Cahaya Department Store (milik Jaya, kini Ramayana), Tunjungan Electronic Centre (3 November 1991), Toko Gunung Agung, restoran Korea Seoul Tower (lantai 17, sekitar 1992) dan toko-toko fesyen kelas menengah atas. Sementara ruang perkantorannya sudah terisi oleh perusahaan sebanyak 60 persen pada bulan peresmian (Agustus 1991). Selaku tuan tanah gedung ini, Bank Bumi Daya menempati 3 lantai terbawah dari perkantoran berlantai tujuh.
Perluasan ini memiliki luas lantai 21.595 meter persegi ritel, 10.175 meter persegi ruang kantor dan parkiran yang menampung 320 mobil. Saat salah satu anggota tim SGPC yang terakhir mengunjungi mal ini kini terlihat tak seramai seri TP lainnya dan banyak tenant yang tutup (kalaupun ada, biasanya tenant kecil), sebuah ironi bila dibandingkan dengan kondisi saat selesai dibangun. Saat ini ditempati oleh food court, Mr. D.I.Y, Informa, hingga pusat gaya hidup Muslim TAJ. Untuk perkantorannya saat ini hanya dihuni oleh Bank Mandiri selaku penerus BBD dengan menempatkan Mandiri University di gedung ini.
Data dan fakta
Alamat | Jalan Basuki Rachmat No. 2-4 Genteng, Surabaya, Jawa Timur |
Arsitek | Team 4 Architects (arsitektur) Ketira Engineering Consultants (struktur) |
Pemborong | Jaya Konstruksi |
Lama pembangunan | Juli 1990 – Desember 1991 |
Diresmikan | 28 Agustus 1991 |
Jumlah lantai | 17 lantai 1 basement |
Biaya pembangunan | Rp. 42 milyar (1991) Rp. 488 milyar (inflasi 2023) |
Hotel Sheraton, Kondominium Regensi d.h. Royal Regency dan Tunjungan Plaza III (1993-1996)
Tahap berikutnya dari pengembangan Tunjungan Plaza adalah perluasan mall dan pembangunan apartemen Kondominium Regensi dan Hotel Sheraton Tunjungan. Konstruksi Tunjungan Plaza ketiga dimulai sejak tahun 1993 hingga selesai di tahun 1996, menjawab masih ramainya peminat pusat belanja milik Pakuwon tersebut.
Selain membangun perluasan Tunjungan Plaza, Pakuwon juga punya rencana membangun dua hotel, melengkapi status superblok pertama di Kota Pahlawan sekitar pertengahan 1993, detailnya terdiri dari hotel bintang empat dengan 313 kamar termasuk 20 suite dan hotel bintang lima dengan 320 kamar dan 50 apartemen. Dalam perjalanan, rencana tersebut berubah menjadi apartemen dan hotel berbintang lima.
Hotel Sheraton Tunjungan dengan 325 kamar dan 23 suites menempati ke-28 lantai gedung berlapis gelap tersebut, mulai dibangun bulan Oktober 1993, selesai dibangun pada akhir tahun 1995, dan dibuka Menparpostel Joop Ave, pada tanggal 5 Januari 1996, untuk mengakomodasi program ASEAN Tourism Forum di Surabaya pada awal Januari 1996. Kontrak manajemen antara Pakuwon Jati dengan ITT Sheraton (sekarang Marriott International) sudah berjalan sejak Maret 1994.
Desain bangunannya dirancang oleh David T. Gourlay dari Pakuwon Jati Design Studio, mengusung langgam pascamodernisme. Biaya pembangunan hotel ini dilaporkan mencapai Rp 175 milyar (setara Rp 1,45 triliun nilai 2020). Masih belum ada informasi mengenai pemborong Hotel Sheraton.
Apartemennya sendiri, detailnya lebih sedikit, Royal Regency diduga juga dirancang oleh David Gourlay dari Pakuwon Jati Design Studio dan dibangun oleh Total Bangun Persada mulai 1994 dan selesai dibangun 1996. Luas lantai gedung ini adalah 58.260 meter persegi dan memiliki 24 lantai, termasuk lantai ritel dan parkir, dengan apartemen menempati lantai 8 sampai 24 (11 sampai 28 bila angka sial diloncat). Ia merupakan salah satu dari beberapa hunian bertingkat yang berdiri di Surabaya pada pertengahan 1990an (selengkapnya bisa lihat Java Paragon, Kondominium Graha Famili, Puri Matahari, Novotel Surabaya, Verwood dan Apartemen Puncak Marina).
Pakuwon juga berencana membangun kembaran Kondominium Regensi bernama Regal Regency, sayangnya rencana tersebut tidak terlaksana. Sementara penjualan Regensi sendiri laku diborong 97 unit dari 111 unit yang tersedia. Kemungkinan unit yang belum laku tersebut kini dimanfaatkan Pakuwon Jati untuk menjamu tamu dan staf perusahaan.
TP 3 didominasi oleh tenant fesyen kelas atas, juga sedikit kafe. Adapun tenant utama yang tercatat menempati TP 3 adalah supermarket Hero (yang karena basemennya tersambung, sering dikira bagian dari TP 1), Matahari (lanjutan dari TP 1), Uniqlo, hingga Zara, serta ruang rapat dan balai sidang di dua lantai teratas. Bioskop XXI juga membuka kembali jaringannya di TP 3.
Data dan fakta
Alamat | Jalan Basuki Rachmat No. 8-12 Tegalsari, Surabaya, Jawa Timur |
Arsitek | David T. Gourlay (Pakuwon Jati Design Studios) |
Pemborong (Kondominium Regensi) | Total Bangun Persada |
Lama pembangunan (Hotel Sheraton) | Oktober 1993 – akhir tahun 1995 |
Lama pembangunan (Kondominium Regensi dan TP3) | 1994 – 1996 |
Jumlah lantai (Hotel Sheraton) | 28 lantai |
Jumlah lantai (Kondominium Regensi) | 23 lantai 1 basement |
Jumlah kamar (Hotel Sheraton) | 348 |
Jumlah unit (Kondominium Regensi) | 111 |
Biaya pembangunan (Hotel Sheraton) | Rp. 175 milyar (1995) Rp. 1,45 triliun (inflasi 2023) |
Tunjungan Plaza IV (1996-2016)
Selepas rampungnya Tunjungan Plaza ketiga, perluasan keempatnya yang menyasar kelas lebih atas dan berkonsep “civic centre” mulai dibangun pada 19 Desember 1996 melalui upacara pemancangan pertama oleh Walikota Surabaya, Sunarto Sumoprawiro. Namun, karena krisis moneter 1997-98 saat pembangunan berlangsung, proyek Tunjungan Plaza IV ini baru bisa diselesaikan dan dibuka pada 11 November 2001 oleh Gubernur Jawa Timur Imam Utomo, setelah tertunda sehari dari rencana peresmian di hari keramat 10 November 2001.
Baru 9 hari kemudian, mulai 20 November 2001, tenant yang menghuni rata-rata ruang ritel seluas 45 ribu meter persegi (bersih) itu mulai menggelar dagangannya. Tenant terbesar saat itu mutlak didominasi oleh Sogo Department Store – yang keempat setelah Plaza Indonesia, Mall Kelapa Gading dan Plaza Senayan, semuanya di Jakarta, baru buka pada 23 November 2001 – mengisi 22 ribu meter persegi dan semua enam lantai yang ada, atau setengah dari luas lantai bersih yang dilaporkan. Hmm, 75% Sogo saat itu ada di mal yang semuanya bernama Plaza. Selain Sogo yang saat itu juga jualan mainan dan supermarket, tenant lain yang saat itu menghuni TP IV terdiri dari toko-toko perhiasan mewah, butik merk ternama, Toko Buku Kharisma hingga pusat jajanan serba ada (food court).
Per 2023, mall ini masih menjadi domain Sogo walau kini hanya terfokus di pakaian saja.
Baru 12 tahun gedung ini eksis, TP IV akhirnya direnovasi untuk menyokong pembangunan Four Points sekaligus adik-adiknya yang lebih tinggi, yaitu TP V dan VI. Hotel Four Points mulai dibangun tahun 2013 dan selesai dibangun pada tahun 2016; hotel berbintang lima yang dioperasikan oleh Marriott dibawah bendera Four Points by Sheraton itu diresmikan pada tanggal 20 Juni 2016. TP IV sebelumnya direncanakan sejak awal memiliki gedung tinggi berupa hotel berlantai 24 sebelum tertunda bertahun-tahun karena krismon.
Data dan fakta
Alamat | Jalan Embong Malang No. 7-21 Genteng, Surabaya, Jawa Timur |
Arsitek (renovasi + Four Points) | Aedas (arsitektur) Bule Antz (architect of record) |
Lama pembangunan (TP4) | Desember 1996 – November 2001 |
Diresmikan | 11 November 2001 |
Lama renovasi (+ Four Points) | 2012 – 2016 |
Jumlah lantai (perkiraan SGPC) | 19 lantai |
Referensi
- iwa (1986). “Varia Supermarket Dilengkapi Alat Perekam Kegiatan”. Jawa Pos, 15 Desember 1986.
- iwa/dh (1986). “Pertumbuhan Plaza Jangan Hilangkan Citra Surabaya”. Jawa Pos, 16 Desember 1986.
- Website resmi Kadi Internasional, diarsip 2 Oktober 2010
- “PT Parama Loka Consultant: Perlu peningkatan pribadi untuk meningkatkan profesionalisme”. Majalah Konstruksi No. 124, Agustus 1988.
- Annual Report Pakuwon 2018 (arsip)
- Dwi Ratih (1992). “Memadu Yang Lama Dengan Yang Baru”. Majalah Konstruksi No. 172, Agustus 1992.
- Annual Report Pakuwon 2011 (arsip)
- Dwi Ratih (1994). “Sheraton siap beroperasi di Surabaya”. Majalah Konstruksi No. 193, Mei 1994.
- dwi (1995). “Sheraton Selesai November”. Jawa Pos, 23 September 1995.
- mf (1996). “”Jangan Anggap Enteng Arek-Arek Suroboyo”: Menparpostel Joop Ave Resmikan Hotel Sheraton”. Jawa Pos, 6 Januari 1996.
- Website resmi Total Bangun Persada (arsip)
- Website resmi Pakuwon Jati (arsip, arsip Sep 2020)
- Website resmi Sheraton Tunjungan Plaza Surabaya (arsip)
- Atiqa Hanum (2016). “Sheraton Kembangkan Bisnis Hotel di Surabaya“. Bisniscom, 20 Juni 2016. Diakses 19 Januari 2020. (arsip)
- Jawa Pos, 6 Mei 1994 (iklan Regal Regency Condominium)
- Jawa Pos, 25 April 1997 (iklan Tunjungan Plaza IV dan Supermall Pakuwon Indah)
- Website resmi Tunjungan Plaza
- Deden Setiawan (1993). “Upaya Mewujudkan Sebuah Obsesi.” Warta Ekonomi, 7 Juni 1993, hal. 26
- M. Taufiqurohman; M. Gafar Yudiadi (1993). “Menggarap Peluang Retail Surabaya.” Majalah Prospek, 25 September 1993, hal. 54
- dwi (1996). “Pembangunan PT IV dan Supermal Dimulai.” Jawa Pos, 13 Desember 1996, hal. 11
- Iklan Hero Supermarket. Jawa Pos, 4 April 1988, hal. 3
- Daftar gerai Matahari per 31 Desember 2001, diarsip 3 September 2004
- Hadi Prasojo (1997). “Memecahkan rekor mal terbesar.” Majalah Properti Indonesia No. 42, Juli 1997, hal. 26-27
- yul (1991). “80 persen stan BBD Tower telah terisi.” Jawa Pos, 11 Juli 1991, hal. 2
- el (1991). “TP II kenalkan para penyewa.” Jawa Pos, 6 Agustus 1991, hal. 5
- dh (1991). “Tunjungan Plaza siap beroperasi 28 Agustus.” Jawa Pos, 22 Agustus 1991, hal. 2
- dh (1991). “Hari ini diresmikan, TP II berikan diskon.” Jawa Pos, 28 Agustus 1991, hal. 2 + iklan di hal. 7
- Iklan Tunjungan Electronic Centre. Surabaya Post, 2 November 1991
- Advertorial (2001). “Besok, Tunjungan Plaza 4 di Resmikan.” Jawa Pos, 10 November 2001, hal. 30
- ani (2001). “Halo Plaza Tunjungan IV.” Jawa Pos, 11 November 2001, hal. 25, 26
- Advertorial (2001). “Besok, Sogo di PT-4 Dibuka.” Jawa Pos, 22 November 2001, hal. 30
- ani (2001). “Hari ini SOGO Dibuka.” Jawa Pos, 23 November 2001, hal. 25, 26
- Advertorial (2001). “TP4 sajikan menu berkualitas.” Jawa Pos, 17 November 2001, hal. 30
- “Pakuwon Jati Tambah Instrumen di Ps. Modal.” Harian Ekonomi “Neraca”, 23 Agustus 1989, hal. 1, 11
- ANTARA (1989). “Saham Pakuwon Jati diperkenalkan di Surabaya.” Harian Ekonomi “Neraca”, 28 Agustus 1989, hal. 4
- “Tunjungan Plaza Go Public.” Harian Ekonomi “Neraca”, 30 Agustus 1989, hal. 4
- “BBD Tower belum berdiri, 40% lantai sudah tersewa.” Harian Ekonomi “Neraca”, 22 Mei 1990, hal. 1, 11
- “Berlina dan Pakuwon diburu.” Surabaya Post, 30 Mei 1990
- Rudy Ibrahim (1992). “Nuansa Korea di Puncak Tower.” Surabaya Post, 9 April 1992
- Herry Mohammad; Eddy Roesdiono (1991). “Si Jangkung dari Kota Buaya.” Majalah Prospek, 31 Agustus 1991, hal. 32
- rr; iwa (1986). “Dibuka 7 Mei, Toko Swalayan Matahari di Tunjungan Plaza.” Jawa Pos, 28 April 1986, hal. 5
- il (1986). “Stan Tunjungan Plaza 85% Sudah Tersewa Selama 5 Tahun.” Jawa Pos, 29 April 1986, hal. 5
- din (1986). “Rodenstock Buka Cabang di Tunjungan Plaza.” Jawa Pos, 6 Mei 1986, hal. 5
- yok (1986). “Rudy Hadisuwarno di Tunjungan Plaza.” Jawa Pos, 7 Mei 1986, hal. 5
- Iklan Tunjungan Plaza. Jawa Pos, 7 Mei 1986, hal. 12
- il (1986). “Tak perlu ke Singapura, Cukup ke Tunjungan Plaza.” Jawa Pos, 9 Mei 1986, hal. 5
- rr (1986). “Matahari perbaiki sistem pelayanan.” Jawa Pos, 10 Mei 1986, hal. 5
- skt (1994). “Royal Condominium Diborong Investor.” Jawa Pos, 13 April 1994, hal. 5
- Iklan Tunjungan Plaza II. Jawa Pos, 10 November 1989, hal. 3
- fid (1989). “Pakuwon Akhir Desember Mulai Bangun BPD Tower.” Jawa Pos, 11 November 1989, hal. 5
- “Tunjungan Plaza andalkan arsitekturnya.” Surabaya Post, 31 Oktober 1984
Foto header oleh mimin SGPC, CC-BY-SA 2.0
Leave a Reply