Berdiri di seberang Hotel Shangri-La Surabaya adalah sepasang apartemen dan hotel yang menjadi salah satu pionir pembangunan hunian multi lantai swasta di Kota Pahlawan. Ialah Java Paragon Hotel & Residence yang dimiliki oleh Reinaldo Wenas, pengusaha real estate Surabaya. Apartemen ini merupakan salah satu dari beberapa apartemen yang dibangun di kota ini pada tahun 1990an (selengkapnya baca selengkapnya bisa telusuri Kondominium Graha Famili, Royal Residence Tunjungan Plaza, Puri Matahari, Novotel Surabaya, Verwood dan Apartemen Puncak Marina)
Java Paragon awalnya dicetuskan sebagai apartemen oleh Grup Tamara, Grup Dharmala dan PT Seruni Surabaya sejak April 1994. Pembangunannya dimulai 19 April 1994, dan disusul dengan peluncuran penjualan di penghujung bulan yang sama. Saat diperkenalkan ke publik, apartemen dengan dua menara ini, seperti yang dijelaskan sebelumnya, masing-masing memiliki 22 tingkat, dan menyediakan 132 unit hunian – 66 unit per menaranya.
Secara properti, Apartemen Paragon, nama lama gedung ini, 132 unit yang disediakan saat itu terbagi ke dalam tiga jenis yaitu dua kamar dengan luas 142 m2, tiga kamar seluas 167 m2 dan griya tawang/penthouse dengan luas 292 m2, dan dibanderol sekitar 300 hingga 500 juta rupiah (Rp. 2,7 – 4,5 milyar nilai 2022). Saat sebelum mulai dijual, 30 persen unit diantaranya sudah laku.
Apartemen bergaya pascamodern rancangan Chao Tse Ann & Partners itu dibangun oleh Wijaya Kusuma Contractors mulai April 1994 hingga rampung sekitar Maret 1997, bila informasi pada iklan yang SGPC temukan di majalah GATRA benar. Hal ini terjadi karena pemancangan pondasi ternyata tidak berjalan sesuai dengan rencana, sehingga struktur atasnya terlambat dibangun. Per pertengahan November 1997, semua menara sudah rampung, dengan menara pertama hanya 20 laku ditempati, 25 disewakan dan 21 sisanya kosong; menara kedua sedang dalam tahap penataan interior.
Baik laporan Jawa Pos dan majalah Properti Indonesia menduga pasar properti Surabaya yang kurang siap menerima apartemen menjadi penyebabnya. Iklan di majalah GATRA yang sama juga menandakan perubahan fungsi dari apartemen jual ke sewa karena faktor tersebut.
Sejak 2008, dibawah kepemilikan Reinaldo Wenas, apartemen Paragon beralih fungsi menjadi Java Paragon Hotel & Residence yang memiliki total 231 kamar (dibagi ke tujuh kelas, yaitu Superior, Deluxe, Executive Superior, Executive Deluxe, Executive Suite dan suite apartemen 2 dan 3 kamar tidur), fasilitas semacam kolam renang, ruang kebugaran dan spa, lima rumah makan (terutama Citilites Sky Bistro di lantai 21 dan tiga rumah makan internasional) dan menyediakan ballroom berkapasitas maksimal 400 orang dan enam ruang rapat.
Data dan fakta
Nama lama | The Paragon Surabaya Apartemen Paragon |
Alamat | Jalan Mayjend Sungkono No. 101-103 Dukuh Pakis, Surabaya, Jawa Timur |
Jumlah menara | 2 |
Arsitek | Chao Tse Ann & Associates (arsitektur) Ove Arup (struktur) |
Pemborong | Wijaya Kusuma Contractors |
Lama pembangunan | April 1994 – Maret 1997 |
Jumlah lantai (kedua menara) | 22 lantai |
Jumlah kamar/unit | 231 |
Biaya pembangunan awal | Rp. 75 milyar (1994) Rp. 674 milyar (2022) |
Referensi
- skt (1994). “Paragon Apartmens Habiskan Dana Rp. 75 M.” Jawa Pos, 6 April 1994, hal. 5
- skt (1994). “Belum Diluncurkan, Laku 30 Persen.” Jawa Pos, 20 April 1994, hal. 5
- Dwi Fintarto; Baehaqi; Arif Novantadi (1995). “Sebagian Besar Baru Tahap Fondasi.” Jawa Pos, 18 April 1995, hal. 5
- Budi Prasojo; HP (1995). “Menunda atau Mengubah Proyek.” Majalah Properti Indonesia No. 22, November 1995, hal. 60-62
- Halaman resmi hotel Java Paragon, diakses 27 Februari 2022 (arsip)
- Aloysius Budi Kurniawan (2009). “Pengusaha Perhotelan Bidik Segmen Bisnis.” KOMPAScom, 15 Januari 2009, diakses 27 Februari 2022 (arsip)
- GATRA, tanggal tidak tercatat, sekitar Oktober-November 1996
- nov (1997). “Singapura Boyong Paragon.” Jawa Pos, 15 November 1997, hal. 16
Tinggalkan Balasan