Graha CIMB Niaga (populernya bernama Graha Niaga, dan diinggriskan sebagai Niaga Tower atau CIMB Niaga Tower Sudirman) adalah gedung bergaya pascamodernisme rancangan Kohn Pedersen Fox bersama dengan Wiratman & Associates yang dibangun oleh Waskita Karya mulai September 1990 hingga selesai dibangun pada awal Juni 1993 dan dibuka 10 Juni 1993. Gedung ini dikelola oleh Grahaniaga Tatautama, bagian dari holding BUMN asuransi dan penjaminan Bahana (Indonesia Financial Group).

Graha Niaga
Dilihat dari utara, Graha CIMB Niaga menonjolkan modernisme. Foto oleh mimin SGPC

Sebelum dibangun Graha Niaga, di lahan ini berdiri gedung milik PT Inremco (Indonesian Republic Motor Company – distributor mobil Ford, Hino, dan BMW) yang dibongkar saat pembangunan dilakukan sekitar 1990. Pengelola gedung membeli lahan Inremco pada tahun 1989 untuk membangun gedung ini, yang pernah diwarnai sengketa dan penyegelan sebagian lahan Niaga Tower, yaitu lahan pelataran parkir, secara sepihak oleh “pemilik tanah” pada 7 Februari 1994. Tidak diketahui bagaimana perjalanan kasus hukum tersebut pasca peristiwa tersebut. Empat tahun setelah gedung ini dibuka, Grahaniaga Tatautama membangun gedung perluasannya yang lebih tinggi, yang penyelesaiannya terhambat krisis moneter 1997-98.

Dengan peleburan Bank Niaga dan Bank Lippo oleh CIMB Bank dari Malaysia, sejak 2009 nama gedung tersebut praktis berubah menjadi Graha CIMB Niaga. Selain menjadi kantor CIMB Niaga dan Grup IFG, gedung ini juga merupakan perkantoran sewa seperti biasanya serta terdapat beberapa rumah makan dan kafe. Selain itu, gedung ini juga dilengkapi balai multiguna Financial Hall yang dapat mengakomodasi 300 orang dalam ruangan dan 1000 orang jika termasuk di luar ruangan. Serta Financial Club Jakarta di dua lantai teratas yang terdiri dari 10 ruang rapat berkapasitas 4 hingga 100 kursi.


Iklan

Arsitekturnya anggun berkelas dunia

Graha Bank Niaga
Dari selatan, lebih anggun. Foto oleh mimin SGPC

Sebagai gedung bergaya pascamodernisme, Graha CIMB Niaga memiliki penampilan yang sangat anggun dan berkelas dunia. Saat perancangan awal, Robby Djohan, pemilik Bank Niaga, meminta biro arsitek Wiratman & Associates merancang gedung berskala internasional dan membantu menunjuk arsitek ternama dari Amerika Serikat untuk perancangan Graha CIMB Niaga.

Kohn Pedersen Fox, firma arsitektur dari New York City, AS, menjadi pendamping tim arsitek Wiratman pada perancangan Graha Niaga. Kohn Pedersen Fox mengusulkan rancangan Graha Niaga yang mempercantik cakrawala Jakarta, dan menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar. Dalam menggarap gedung ini, Wiratman dan KPF betul-betul bekerja sama dengan saling mengirim utusan kerjanya ke markas perusahaan masing-masing.

Gedung tersebut terbagi ke dalam dua komponen, yaitu gedung utama dan podium yang terbagi lagi ke balai bank dan musholla. Menurut laporan majalah Architectural Record, pembagian tersebut memudahkan arsitek memberi sentuhan tersendiri pada setiap komponennya (give each of their own identity).

Komponen pertama adalah bangunan berlantai 28, menjulang setinggi 131 meter. Eksterior gedungnya diperlakukan sesuai arah posisi gedungnya: sisi utara yang menghadap ke pusat bisnis Thamrin-Sudirman mendapatkan lapis kaca dan lapis aluminium warna abu, dan sisi selatannya yang menghadap ke kawasan perumahan Kebayoran Baru dan Senayan, diberi lapis granit dengan jendela relatif kecil dan peneduh suryanya dipasang per jendela. Bagian inilah yang membuat Graha CIMB Niaga dikenal dengan gaya arsitektur tropisnya, seperti “biji jagung” tetangganya Sequis Centre, sehingga pihak Wiratman & Associates mengklaim gedung itu sebuah landmark yang sangat prestisius di kawasan Jalan Jenderal Sudirman.


Iklan

Kedua, adalah podium gedung, yang menonjol dengan atap terbaliknya, ditopang oleh jendela (clerestory), memiliki ketinggian setara 6 lantai. Sebenarnya, balai yang menjadi ruangan kantor cabang utama Bank CIMB Niaga itu memiliki 4 lantai, yang terhubung ke musholla dan gedung berlantai 28 yang dibahas di paragraf sebelumnya. Yang menarik, cahaya masuk lewat jendela baik di sisi timur maupun di sisi timur. Di belakang balai bank adalah musholla dan gedung parkir berlantai 3 dengan atap taman. Atap piramida musholla, menurut James von Klemperer kepada Architectural Record, adalah gambaran tak langsung tradisi membangun masyarakat Muslim, tanpa menyadur mentah-mentah unsur arsitektur Indonesia.

Pada 2015, Graha Niaga meraih sertifikat Green Mark Gold Certificate for Existing Buildings (Sertifikat Emas Bangunan Hijau untuk Bangunan Yang Masih Berdiri) dari Dewan Konstruksi dan Bangunan Singapura (Building and Construction Authority of Singapore) dalam memaksimalkan efisiensi energi listrik dan penggunaan air pada gedung.

Graha CIMB Niaga berdiri di atas pondasi rakit, karena kedalaman basement-nya mencapai 3 lantai dan lokasi tanahnya terlalu berisiko untuk mengeringkan air di tanah karena tetangganya, Sequis Centre, juga memakai pondasi rakit dangkal. Untuk memecah permasalahan ini, dalam konstruksi beton basement, digunakan tiang bor dan semen bentonit.

Struktur atas Graha CIMB Niaga kembali menggunakan resep yang sama dengan gedung sejenis yaitu perkantoran Plaza Senayan dan Ratu Plaza yang semua rancang struktur gedung tersebut merupakan andil dari Wiratman. Sistem tube-in-tube dengan pelat lantai beton bertulang digunakan kembali untuk memastikan struktur gedung yang lebih kokoh dengan jumlah kolom yang minimal dan sesuai dengan bentuk pada bangunan.

Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1990an dapat anda baca di artikel ini


Iklan

Data dan fakta

Nama lamaNiaga Tower, Graha Niaga
Nama lainCIMB Niaga Tower
AlamatJalan Jenderal Sudirman Kav. 58 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jakarta
ArsitekKohn Pedersen Fox (arsitek desain)
Wiratman & Associates (struktur dan architect of record)
Wijaya Tribuana Internasional (lanskap)
PemborongWaskita Karya (struktur)
Trikarya Idea Sakti (pekerjaan umum)
Lama pembangunanSeptember 1990 – Juni 1993
Dibuka10 Juni 1993
Jumlah lantai28 lantai
3 basement
Tinggi gedung131 meter
SignifikasiArsitektur
Referensi: Majalah Konstruksi #183 Juli 1993

Referensi

  1. Retnowati, Saptiwi Djati; Dwi Ratih (1993). “Niaga Tower, Berhasil Lakukan Penghematan Sangat Substansial”. Majalah Konstruksi No. 183, Juli 1993.
  2. Vera Trisnawati (1991). “Proyek Niaga Tower: Cermin Rancangan Bernilai Abadi”. Majalah Konstruksi No. 153, Januari 1991.
  3. Andi Reza Rohadian; A. Kukuh Karsadi (1994). “Inilah Status Quo Gedung”. Tempo, 19 Februari 1994.
  4. gan (1994). “Pelataran Parkir Niaga Tower Ditutup”. Republika, 8 Februari 1994.
  5. Website resmi Wiratman & Associates, diakses 14 Oktober 2019. (arsip)
  6. Buletin Graha Niaga Edisi Ulang Tahun, 2009, diakses 14 Oktober 2019. (arsip)
  7. Web resmi Grahaniaga Tatautama, diakses 14 Oktober 2019. (arsip)
  8. Fasilitas Graha Niaga, diakses 23 November 2019. (arsip)
  9. Clifford A. Pearson (1994). “Civic Booster.” Architectural Record Pacific Rim, Juli 1994, hal. 34-37. Diakses via USModernist.org

Lokasi

Google Translate:

Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Banyak tulisan gedung yang SGPC buat sebelum dijadwalkan terbit. Penasaran? Dukung kami via Trakteer.