Gedung Wisma Antara adalah gedung “semi-swasta” yang pernah menjadi markas besar dari Lembaga Kantor Berita Negara ANTARA – LKBN ANTARA – sejak 29 Juni 1981 hingga pindah ke Pasar Baru dan Cikini pada Oktober 2022. Gedung berketinggian k/l 70 meter dan 21 lantai plus basement ini dirancang oleh tim arsitek Jan Brouwer Associates dari Den Haag, Belanda, bersama dengan tim perancang dari cabang perancang arsitektur di Wiratman & Associates.

Wisma ANTARA berdiri di bekas kantor RRI Medan Merdeka Selatan yang sudah pindah ke kantor barunya di Medan Merdeka Barat, dan bertetangga dengan kantor Kementerian ESDM dan Menara Danareksa, bekas gedung Danareksa.

Wisma ANTARA
Gedung modern nan indah ini pernah menjadi pusat sengketa kepemilikan
Foto oleh mimin SGPC

Iklan

Sejarah Wisma Antara: Dari Kenop 15 hingga diakuisisi BUMN

Perancangan gedung berlanggam modernis ini sudah dicanangkan sejak 1970, tetapi pembangunannya baru dimulai 26 September 1973, melalui upacara pemancangan perdana oleh Menteri Penerangan Mashuri.

Awalnya dibangun oleh perusahaan bernama PT Djasa Djaja Agung, karena kondisi ekonomi dan kebijakan ekonomi di tahun 1973-1975, krisis Pertamina dan Kenop 15, pembangunan Wisma ANTARA sempat mangkrak. Pertengahan 1979, konstruksi kembali dilanjutkan oleh Decorient Indonesia, dan selesai dibangun sepenuhnya pada tahun 1981, diperkirakan sekitar April, dan mulai ditempati sejak Juni 1981 oleh beberapa kantor berita global dan perusahaan besar.

Saat pembangunan dilanjutkan kembali. Foto: Majalah Konstruksi Agustus 1979
Awal 1980. Foto: Majalah Konstruksi Oktober 1980

Sengketa Kepemilikan Wisma ANTARA

Wisma ANTARA menjadi subyek utama dari sengketa kepemilikan gedung yang cukup rumit mulai 2006, saat kasus ini mulai mencuat ke kalangan publik, hingga 2017 saat ANTARA berhasil mendapatkan saham Antara Kencana Utama. Masalah mencuat ke publik setelah BPK menemukan kejanggalan bahwa LKBN ANTARA tidak menerima apa-apa dari Wisma ANTARA sesuai tujuan dari pembangunan gedung rancangan Jan Brouwer Associates ini.

Pada awalnya, gedung Wisma ANTARA dimiliki bersama antara Pabema (Belanda) dan LKBN ANTARA – saat itu belum berbadan hukum – melalui Antara Kencana Utama Estate Limited (AKUEL), dengan payung ANPA Internasional. Pada bulan April 1987, saham Pabema dibeli C&P Realty dari Singapura, yang dibonceng Djoko Tjandra sebagai perwakilan Indonesia.

Lima bulan kemudian, status penanaman modal berubah dari asing ke dalam negeri, sehingga saham Pabema dialihkan ke perusahaan lokal milik Djoko Tjandra (DT). Pihak LKBN ANTARA, melalui Drs. Moerdiono (merangkap Menteri Sekretaris Negara), tidak terima dengan manuver Djoko Tjandra dan menuntut permohonan maaf tertulis.

Versi pemberitaan Gatra, peralihan status Pabema oleh DT-lah yang menyebabkan status AKUEL tidak jelas, dan tiba-tiba muncul nama Antara Kencana Utama (tanpa kata Estate Limited, disingkat PT AKU) di rapat umum pemegang saham ANPA tahun 2004, berikut pemegang saham PT AKU.


Iklan

Disebutkan juga bahwa ANPA Internasional melanggar kerjasama build-operate-transfer dengan LKBN ANTARA dengan tetap menguasai Wisma ANTARA setelah kerjasama itu selesai tahun 2003 – bahkan hak guna bangunannya diperpanjang ke 2033, sementara Antara Kencana Utama bukan milik LKBN ANTARA, melainkan pewarisnya. Inilah yang menyebabkan pemerintah melalui LKBN ANTARA menuntut ANPA Internasional mengembalikan gedung setinggi 70 meter ini kepada negara.

Sayangnya, SGPC tidak menemukan tindak lanjut dan hasil dari proses hukum dari sengketa antara kubu DT dengan ANTARA, dan ANTARA dengan pewaris AKUEL.

Tetapi, pada bulan April 2012, Grup Mulia menjual saham ANPA ke Grup Barito, setidaknya meredakan sengketa kepemilikan gedung, tetapi masalah berlanjut saat diketahui salah satu anak mantan kepala ANTARA, yang memegang saham AKUEL, membuat surat keterangan palsu terkait kepemilikan saham AKUEL, sehingga kantor berita milik Pemerintah itu melapor ke Polisi.

Krisis kepemilikan gedung berlantai 22 ini berakhir setelah seluruh saham Antara Kencana Utama dihibahkan kepada LKBN ANTARA, selaku tenant utama Wisma ANTARA, yang difinalisasi melalui RUPS ANPA Internasional tertanggal 16 Maret 2017. Sebelum gedung ini dijual ke Bank Syariah Indonesia, kepemilikan ANPA Internasional alias gedung ini adalah 80 persen Grup Barito dan 20 persen LKBN ANTARA.

Dari rumor penjualan, akusisi oleh BUMN dan akhir hayat

Usai keluarnya Grup Mulia dan Djoko Tjandra yang meredakan ketegangan sengketa kepemilikan, beredar iklan yang menawarkan Wisma ANTARA di beberapa situs online oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal ini sudah dibantah dua kali oleh pihak ANPA pada Maret 2013 dan April 2015 dan dua kali menegaskan gedung berusia 35 tahun saat itu tak akan dijual dan tetap dibawah pengelolaan ANPA.

Baru pada bulan September 2022 Wisma ANTARA akhirnya beralih kepemilikan secara sah dari LKBN ANTARA kepada Bank Syariah Indonesia (BSI), BUMN khusus perbankan Syariah dengan tebusan uang modal Rp. 775 milyar berikut tanahnya. Tidak disebutkan alasan dan rencana BSI berikutnya setelah membeli gedung berlantai 22 ini selain disebutkan bahwa pembelian ini mendukung kegiatan perseroan.

Pasca akuisisi kepemilikan, pada 15 Februari 2023 ANPA International dibubarkan. ANTARA dan beberapa perusahaan lainnya diwajibkan pindah; kantor berita milik negara tersebut kembali ke Pasar Baru, lokasi pra-1980, serta menempati gedung baru di Jalan Cikini IV, bekas kantor PT PANN. Selama Juni hingga November 2023 Wisma Antara dibongkar, mengakhiri eksistensinya selama 42 tahun dan sebagai penggantinya, berdiri kembaran Menara Danareksa bernama BSI Tower yang memulai tahapan konstruksinya pada 9 November 2023.


Iklan

Arsitektur Wisma Antara dipengaruhi desain modern Eropa

Sun shading atau peneduh surya Wisma Antara, 2018
Sisi utara dan selatan dengan sun shading.
Foto oleh mimin SGPC
Sisi barat dan timur.
Foto oleh mimin SGPC

Gedung berlantai 21 dan basement dengan luas lantai 24.464 meter persegi (lettable netto) ini dirancang dengan gaya arsitektur modern, konon dengan pengaruh gaya arsitektur modern sejenis di Eropa Utara termasuk Belanda, yang notabene adalah kampung halaman Jan Brouwer Associates. Perancangannya dilakukan bersama-sama dengan Wiratman & Associates dengan bantuan konsultan dari Singapura untuk memudahkan pekerjaan.

Wisma ANTARA dirancang dengan memikirkan efisiensi dan fungsi, sehingga menggunakan gabungan beton GRC dan kaca dengan isolasi panas. Selain itu sistem kelistrikannya juga dibuat komputerisasi. Beton GRC sebanyak 2330 potong dibuat oleh S. Widjojo, perusahaan yang kebetulan juga sedang membangun S. Widjojo Centre di tahun yang sama, berfungsi mempercepat pendinginan ruang di gedung dan sebagai dekorasi (sun shading di sisi utara dan selatan).

Secara struktur, Wisma ANTARA menggunakan pondasi tiang pancang dengan rentang kedalaman 30-42,5 meter dan struktur utama menggunakan beton bertulang, dengan sistem waffle. Pemakaian waffle inilah yang membuat balok dan beam baja tidak lagi diperlukan, sehingga tinggi lantai ke plafon bisa lebih pendek, dan AC bisa dipasang langsung ke bawah lantai.

Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1980an dapat anda baca di artikel ini


Iklan

Data dan fakta

Nama lamaWisma Kencana
AlamatJalan Medan Merdeka Selatan No. 17 Gambir, Jakarta Pusat, Jakarta
ArsitekJan Brouwer Associates
Wiratman & Associates
PemborongDecorient Indonesia
Lama pembangunan1973 – 1981
Dibuka29 Juni 1981
DibongkarJuni 2023 – November 2023
Jumlah lantai21 lantai
1 basement
Tinggi gedung70 meter
Biaya pembangunanUSD 10,5 juta (1980)
Rp 6,6 milyar (kurs 1980)
Rp 194 milyar (inflasi 2023)
Referensi: KOMPAS 27/9/1973; Majalah Konstruksi Oktober 1980; KOMPAS 29/6/1981

Referensi

  1. KOMPAS, 29 Juni 1981 (keterangan foto)
  2. NN (1980). “Wisma Antara yang berlantai 22”. Majalah Konstruksi, Oktober 1980.
  3. ANTARA (2011). “Kronologi Sengketa Wisma ANTARA“. Republika, 23 Maret 2011. Diakses 19 Agustus 2019. (arsip)
  4. ANTARA (2006). “BKPM Bisa Tinjau Status Kepemilikan Wisma ANTARA“. LKBN ANTARA, 5 Juli 2006. Diakses 19 Agustus 2019. (arsip)
  5. NN (2011). “Berebut Gedung, LKBN ANTARA Siapkan Gugatan“. Hukumonline, 24 Maret 2011. Diakses 19 Agustus 2019. (arsip)
  6. Annual Report 2017 LKBN ANTARA. Diakses 19 Agustus 2019. (arsip)
  7. M. Agung Riyadi; Anthony Djafar et. al. (2011). “Wisma Antara Dikangkangi Swasta”. GATRA, 20 April 2011.
  8. Laporan Keuangan LKBN ANTARA 2013. Diakses 20 Agustus 2019. (arsip)
  9. pmk, yls (2006). “Wisma ANTARA, BPK butuh rekomendasi DPR”. Politik Indonesia, 3 Juli 2006. Diakses 20 Agustus 2019. (arsip)
  10. Aat Surya Safaat; Ruslan Burhani (2013). “Gedung Wisma ANTARA Tidak Akan Dijual“. LKBN ANTARA, 1 Mei 2013. Diakses 20 Agustus 2019. (arsip)
  11. Aat Surya Safaat; Ade P. Marboen (2015). “Wisma ANTARA tidak akan dijual“. LKBN ANTARA, 16 Februari 2015. Diakses 20 Agustus 2019. (arsip)
  12. Ahmad Farhan Faris (2014). “Polisi Didesak Usut Pemalsuan Dokumen ANTARA”. Inilah, 17 April 2014. Diakses 20 Agustus 2019. (arsip)
  13. kr (1973). “Wisma Kencana”. KOMPAS, 27 September 1973.
  14. “Wisma Kencana Building yang berlantai 21”. Majalah Konstruksi Agustus 1979, hal. 6
  15. vap (2022). “BSI Beli Gedung Wisma Antara di Jakarta Pusat Rp. 755 M.” CNBC Indonesia, 21 September 2022. Diakses 21 September 2022 (arsip)
  16. Dina Mirayanti Hutauruk (2022). “Bank BSI Beli Gedung Wisma Antara Senilai Rp 755 Milyar.” KONTAN, 21 September 2022. Diakses 21 September 2022 (arsip)
  17. Rika Anggraeni; Anggara P. (2022). “Akuisis Aset Barito Group Rp 755 Milyar oleh BSI (BRIS) dan Penjelasan LKBN ANTARA.” Bisniscom, 21 September 2022. Diakses 22 September 2022 (arsip)
  18. Muhdany Yusuf Laksono (2023). “Proyek BSI Tower Dimulai, biayanya Rp. 1,1 triliun, berkonsep bangunan hijau.” KOMPAScom, 10 November 2023. Diakses 11 November 2023 (arsip)
  19. Laporan Keuangan LKBN ANTARA 2022. Diakses 27 Agustus 2024. (arsip)

Lokasi

Google Translate:

Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Banyak tulisan gedung yang SGPC buat sebelum dijadwalkan terbit. Penasaran? Dukung kami via Trakteer.