Gedung Danareksa adalah sebuah gedung perkantoran berlantai empat yang awalnya merupakan kantor pusat dari Bursa Efek Jakarta dan BUMN broker saham PT Danareksa dari 1980 hingga pindah ke SCBD/KANTAS pada tahun 1995. Ia dahulu merupakan bagian dari pembangunan kawasan Medan Merdeka Selatan, sarana bursa efek serta booming perkantoran di era Orde Baru.
Gedung yang bertetangga dengan kantor Telkom Indonesia dan Gedung Kementerian BUMN (juga bagian dari kompleks Bursa) tersebut merupakan bangunan karya arsitek nasional dari biro Perentjana Djaja dan dibangun oleh PT Adhi Karya. Pasca-pindanya BEJ ke Jalan Jenderal Sudirman, gedung ini kembali difungsikan sebagai kantor Danareksa hingga dibongkar pada 2019.
Penelusuran kilat
Sejarah Gedung Danareksa: Gedung Bursa Efek yang kedua
Kisahnya dimulai dari 15 Juli 1972. Menteri Keuangan RI Radius Prawiro di hari itu membuka Gedung Bursa dan Pasar Uang dan Modal sebagai bagian dari persiapan pembentukan Badan Pembina Pasar Uang dan Modal atau BAPEPAM. Namun ini baru babak awal dari penyelenggaraan kembali perdagangan pasar modal yang layu sejak 1958. Baru pada 10 Agustus 1977, Danareksa diresmikan operasionalnya oleh Presiden Soeharto sekaligus memulai perdagangan di pasar modal Indonesia.
Di balik layar, pemerintah pada 1973 sudah berancang-ancang mengadakan pembangunan sarana perdagangan bursa saham di Jakarta, berlokasi di samping gedung bursa saham yang pada medio 1977 digunakan Danareksa untuk menyelenggarakan perdagangan pasar modal. Gedung yang digunakan oleh Danareksa adalah kediaman Gubernur de Javasche Bank di era kolonial dan Wakil Presiden Muhammad Hatta pascakemerdekaan.
Perentjana Djaja ditunjuk untuk merancang desain Gedung Bursa yang mengusung gaya arsitektur internasional ini, didamping dan diawasi oleh tim dari Encona Engineering dan pemborongnya keseluruhan dilakukan BUMN, yaitu Nindya Karya untuk pondasi, Adhi Karya untuk struktur atas dan finishing, dan subkontraktor swasta lokal. Pembangunan diselenggarakan dari 1 Oktober 1978 sampai Oktober 1980, dan diresmikan penggunaannya oleh Menteri Keuangan pada 30 Oktober 1980.
Danareksa merogoh kocek Rp. 2,75 milyar rupiah nilai 1980 (Rp. 83,6 milyar nilai 2024), 80 persennya dari laba Danareksa selama 1977 sampai 1980, untuk mengadakan pembangunan Gedung Bursa. Bursa Efek Jakarta mengadakan program perdagangan modal dari gedung ini sampai pindah ke gedung baru di Sudirman Central Business District sejak 19 Mei 1995, yang merupakan akhir dari masa perdagangan saham tradisional dengan kertas, papan spidol dan pialang memegang brik.
Sementara Danareksa sendiri berkantor di gedung ini hingga Gedung Danareksa 21 lantai alias Gedung Garuda Indonesia selesai dibangun. Pembangunan Gedung Danareksa berlantai 21 tersebut telah direncanakan bersamaan dengan selesainya pembangunan Gedung Bursa.
Krisis ekonomi dan keuangan Danareksa memaksa BUMN broker saham itu harus balik kandang pada tahun 2002, setelah membatalkan penjualan gedung ini dengan Asuransi Ekspor Indonesia. Sayangnya, Danareksa merombak wajah depan gedung ini di tahun 2000an secara dramatis, mengubah desain gedungnya menjadi neoklasik.
Danareksa beserta anak-anak perusahaannya meninggalkan gedung ini mulai Juni hingga Oktober 2019, dan sekitar akhir tahun 2019, Gedung Danareksa dibongkar. Kini berdiri gedung tinggi baru bernama Menara Danareksa yang juga merupakan kantor pusat dari BUMN broker tersebut.
Arsitektur dan struktur Gedung Danareksa: Terinspirasi dari bursa efek London dan Seoul
Ketika gedung ini dirancang, tim arsitek konon mengadakan kunjungan kerja ke Seoul dan London untuk melihat contoh desain bangunan yang diterapkan pada gedung Korea Exchange dan London Stock Exchange. Alhasil rancangan yang didapat adalah interiornya yang mirip dengan kantor bursa London, dan eksteriornya mirip gedung bursa Seoul.
Tak hanya itu, Danareksa mendapat dukungan seorang pejabat Pacific Exchange (Gabungan Pasar Modal San Francisco dan Los Angeles) dalam perencanaan interior.
Dilihat dari luar, Gedung Bursa pra-renovasi seperti kurang memiliki makna, tetapi sebenarnya makna itu ada, yaitu empat garis horisontal pada sudut kiri dan kanan bangunan melambangkan kestabilan keuangan, dan diperkokoh oleh empat silinder yang berfungsi fungsional sebagai penahan gaya lateral, selain juga membawa citra gedung bursa sebagai pusat perdagangan efek. Makna yang ditarik dari gedung ini, berdasarkan artikel Majalah Konstruksi yang SGPC tangkap, adalah sistem moneter dan pasar modal Indonesia yang kokoh dan teguh menembus kerasnya terpaan sentimen ekonomi global.
Finishing Gedung Bursa menggunakan lapis kaca hitam dan lapis keramik putih, lapis yang jamak di masa Orde Baru. Secara struktural Gedung Bursa menerapkan pondasi tiang pancang sebanyak 233 buah, serta tembok geser/shear wall untuk empat silinder.
Pasca-renovasi Gedung Bursa dipaksa mengemban langgam arsitektur neo-klasik, dan hal ini memunculkan persepsi yang berpotensi menyesatkan karena penulis sempat menemukan sebuah blog yang menyebut Gedung Bursa sebagai bangunan cagar budaya, ketika penulis mencari blog tersebut, diduga sudah tertutup berita soal pembangunan pengganti gedung ini.
Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1980an dapat anda baca di artikel ini
Data dan fakta
Nama lama | Gedung Bursa |
Alamat | Jalan Medan Merdeka Selatan No. 14 Gambir, Jakarta Pusat, Jakarta |
Arsitek | Ir. Sukandar Argadinata (Perentjana Djaja) |
Pemborong | Nindya Karya (pondasi) Adhi Karya (struktur utama) |
Lama pembangunan | Oktober 1978 – Agustus 1980 |
Diresmikan | 30 Oktober 1980 |
Dibongkar | 2019 |
Jumlah lantai | 5 lantai |
Tinggi | 23 meter |
Biaya pembangunan | Rp. 2,75 milyar (1980) Rp. 83,6 milyar (inflasi 2023) |
Referensi
- NN (1980). “Gedung Bursa akan dilengkapi bangunan 22 lantai”. Majalah Konstruksi, November 1980.
- NN (1972). “Gedung Bursa dan PUM Diresmikan”. KOMPAS, 17 Juli 1972.
- Website resmi Danareksa (arsip) + BSP/CH (1977). “Bursa Saham PT Danareksa diresmikan hari ini”. KOMPAS, 10 Agustus 1977.
- Editorial (1980). “Tajuk rencana: Gedung Bursa”. KOMPAS, 1 November 1980.
- NA (1995). “Perdagangan Secara Manual di BEJ Berakhir”. Merdeka, 20 Mei 1995.
- Pemberitahuan dari Danareksa Investment Management (arsip) dan Danareksa Sekuritas (arsip)
- Wahzary Wardaya; Pramayanti Meitisari; Neda Tanaga et. al. (2009). “Creating Value: 32 Tahun Danareksa.” Jakarta: Danareksa. Halaman 77-78, 126
Tinggalkan Balasan