Menara Sequis. Atau di papan nama dan brosur – alias nama resminya – pakai nama Inggris: Sequis Tower. Gedung ini merupakan salah satu bangunan tinggi di ibukota dengan tinggi 206 meter, dan menaungi 40 lantai ruang perkantoran seluas 87 ribu meter persegi, serta 6 lantai bawah tanah buat menampung 1.300 kendaraan roda empat.

Gedung ini terkenal karena beberapa faktor, prestise nama internasional Kohn Pedersen Fox (perancang lokalnya, Wiratman & Associates, tidak pernah disebut), pemakaian lapis kaca agar terlihat ramah lingkungan sehingga menerima gelar Platinum dari LEED (singkatannya nanti disebut di artikel ini) dan tinggi, sehingga disenangi media massa, netizen Tanah Air dan penghuni gedung.

Menara Sequis
Sequis Tower. Foto oleh mimin SGPC

Iklan

Sequis Tower adalah perluasan dari Sequis Centre

Sequis Tower berdiri di belakang Sequis Centre, sebuah gedung yang secara arsitektur punya nama karena kaidah saklek arsitektur Indonesia dan secara informal dianggap sebagai cagar budaya. Di lahan calon Sequis Tower, terbentang lapangan parkir untuk gedung rancangan Intaren Bangkok dan PT. International Design Consultant itu. Sejak pertengahan 2000an gedung tersebut dikelola oleh Farpoint Realty, anak usaha real estat milik Grup Gunung Sewu.

Proyek konstruksi Sequis Tower dimulai pada 10 Desember 2013, melalui upacara pencangkulan tanah pertama (groundbreaking). Pihak pengembang berharap bisa menutup atap konstruksi gedungnya pada kuartal keempat 2016, dan penghuni perkantoran menghuni gedung itu mulai pertengahan 2017.

Tetapi, konstruksi berjalan terlambat. Pembangunan yang dikerjakan bersama oleh Turner Construction dan Total Bangun Persada baru tutup atap dalam upacara tanggal 8 Mei 2017. Dalam kesempatan itu, pihak Farpoint membeberkan informasi bahwa perusahaan-perusahaan dalam maupun luar negeri menandatangani komitmen penyewaan, mengisi 40 persen dari keseluruhan ruang lantai.

Pemasangan kaca curtain wall terus berlanjut, tetapi di panggung real estat, gedung ini mulai perlahan mengisi lemari pialanya bak Real Madrid. Pertama adalah penghargaan di ajang MIPIM Award 2013, disusul dengan kategori Best Office Architectural Design dalam ajang Indonesia Property Awards 2015, selanjutnya Best Green Development Award 2017 dalam ajang The PropertyGuru Asia Property Awards 2017, dan dalam ajang Indonesia Property Awards 2017, merangkul dua kategori dengan status pemenang, dan satu kategori pujian (hampir treble). Kebanyakan berkaitan dengan konsep arsitektur hijaunya.

Proyek senilai Rp. 2,5 triliun tersebut merampungkan konstruksinya pada akhir tahun 2018, di saat bersamaan mengisi kembali lemari pialanya dengan penghargaan dari The International Architecture Awards. Mulai 2019, banyak perusahaan berbondong-bondong memulai kegiatan usahanya disini; semisal Asuransi Jiwa Sequis, pemegang nama gedung ini, yang mulai berkantor pusat sejak bulan Mei tahun tersebut. Tiga tahun operasional gedung berjalan, di tahun 2022, Sequis Tower kembali mendapat penghargaan baru, yaitu kategori Best Tall Office Building dari Dewan Bangunan Tinggi dan Hunian Perkotaan (Council for Tall Buildings and Urban Habitat).


Iklan

Sequis Tower adalah bintang bangunan hijau

Diantara banyak gedung yang memegang gelar hijau dari beberapa organisasi (semacam Building & Construction Authority alias Dewan Bangunan dan Konstruksi Singapura, Majelis Bangunan Hijau Indonesia dan U.S. Green Building Council alias Majelis Bangunan Hijau AS) di bumi Zamrud Khatulistiwa, Sequis Tower adalah mahkotanya alias sebuah magnum opus. Ia dirancang oleh Kohn Pedersen Fox (perancang gedung tetangga Graha CIMB Niaga dan The Energy, disingkat KPF) bersama dengan bagian arsitektur Wiratman & Associates. Sementara strukturnya dilakukan bersama-sama antara Thornton Tomasetti bersama dengan Gistama Intisemesta.

Secara desain arsitektur, agaknya KPF sudah paham betul konteks sosbud (sosial dan budaya) Jakarta saat merancang gedung ini, berbekal pengalaman merancang tetangga yang sekarang dianggap agak cebol buat standar Jakselan itu. Sebagai jawaban atas maraknya bangunan berlapis kaca yang membosankan, tetapi tetap “ramah lingkungan” di metropolitan, maka diambillah konsep pohon beringin, yang dikatakannya “tumbuh secara organik sebagai sekumpulan elemen yang halus, memuncak pada menara yang kaya bayangan dan detail”. Sulit diartikan ke dalam bahasa sehari-hari, karena bentuk gedungnya tak selebar pohon beringin. Mungkin podiumnya iya, mirip akar pohon beringin.

Bentuk gedungnya menggabungkan empat kotak yang berbeda, lebar di lantai bawah, mengerucut di lantai tertentu dan menjadi tetap di beberapa lantai teratas. Per elemen kotaknya memiliki jumlah lantai yang berbeda-beda, sehingga, kata pihak KPF di ArchDaily “sesuai dengan semangat suasana di Jakarta, berevolusi secara alamiah”. Desain seperti itu juga menguntungkan secara struktur, termasuk menyangkut gempa bumi. Dengan membenamkan parkir, Sequis Tower punya banyak ruangan buat fasilitas umum seperti restoran, taman, dan trotoar yang terhubung ke beberapa tetangga lain di sekitar SCBD/KNTS.

Soal eksteriornya, masih terkesan sama saja dengan gedung-gedung lain yang sarat kaca berlapis ganda alias double glazing yang membuat Silabanista melunjak. Namun, seperti halnya gedung lain atau tetangganya, ada elemen sirip yang dipasang di kaca sebagai tabir surya dan pemakaian bahan-bahan olah ulang membuat Sequis Tower ramah lingkungan. Untuk mewujudkan citra ramah lingkungan gedung ini Farpoint merekrut Beca Carter sekaligus mengurus instalasi listriknya. Upaya inilah yang membuat gedung ini menerima gelar platinum Leadership in Energy and Environmental Design (LEED, Pemimpin Desain Lingkungan dan Enersi) dari Majelis Bangunan Hijau AS.


Iklan

Data dan fakta

AlamatJalan Jenderal Sudirman Kav. 71 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jakarta
ArsitekKohn Pedersen Fox (arsitektur)
Wiratman & Associates (architect of record)
Thornton Tomasetti (struktur)
PT Gistama Intisemesta (struktur)
Pemborong (J.O.)Total Bangun Persada
Turner Construction
Lama pembangunanDesember 2018 – Mei 2019
Tinggi gedung (CTBUH)206 meter
Jumlah lantai40 lantai
6 basement
Biaya pembangunanRp. 2,5 triliun (2017)
Rp. 2,9 triliun (inflasi 2022)
SignifikasiArsitektur (pemenang banyak penghargaan arsitektur, LEED Platinum)

Referensi

  1. Meutia Febrina Anugrah (2013). “Sequis Tower di SCBD habiskan Rp 1,3 triliun.” Okezone, 10 Desember 2013. Diakses 26 Agustus 2022 (arsip)
  2. Sequis Tower SCBD Mulai Dibangun.” Rumahku.com, 10 Desember 2013. Diakses 26 Agustus 2022 (arsip)
  3. Oktaviano DB Hana (2013). “Farpoint Prima Mulai Bangun Sequis Tower.” Bisniscom, 10 Desember 2013. Diakses 26 Agustus 2022 (arsip)
  4. Yudis (2017). “Gedung Hijau Sequis Tower Beroperasi Juni 2018.” Housingestate.id, 25 Februari 2017. Diakses 26 Agustus 2022 (arsip)
  5. Dina Mirayanti Hutauruk (2017). “Farpoint raih komitmen sewa Sequis Tower 40%.” KONTAN, 8 Mei 2017. Diakses 26 Agustus 2022 (arsip)
  6. Danang Sugianto (2017). “Punya 39 Lantai, Sequis Tower di SCBD Telan Rp. 2,5 Triliun.” Detikcom, 29 Maret 2017. Diakses 26 Agustus 2022 (arsip)
  7. Dani Prabowo (2017). “Sequis Tower Raih Penghargaan Best Green Development Asia.” KOMPAScom, 16 Desember 2017. Diakses 26 Agustus 2022 (Arsip)
  8. Ilyas Istianur Praditya (2017). “Simak Pemenang PropertyGuru Indonesia Property Awards 2017.” Liputan 6 SCTV, 13 Oktober 2017. Diakses 26 Agustus 2022 (arsip)
  9. Press release (2018). “Sequis Tower: Facade Podium Reached 95%” (Eksterior podium Sequis Tower mencapai 95%). Farpoint. Diakses 26 Agustus 2022 (arsip)
  10. Halaman resmi Turner Construction, diakses 26 Agustus 2022 (arsip)
  11. Arsip halaman resmi Total Bangun Persada, diarsip 10 Februari 2019
  12. Press release (2018). “Sequis Tower dari Indonesia Meraih Penghargaan The International Architecture Awards 2018”. Farpoint. Diakses 26 Agustus 2022 (arsip)
  13. Mengenal Sejarah Sequis Life Berkantor di Sequis Tower“. Asuransi Sequis Life, 8 September 2021. Diakses 26 Agustus 2022 (arsip)
  14. Sequis Tower“. Construction+ Asia, 10 Juli 2017. Diakses 26 Agustus 2022 (arsip)
  15. Karissa Rosenfield (2018). “Sequis Centre Tower/KPF.” ArchDaily, 31 Desember 2013. Diakses 26 Agustus 2022 (arsip)

Lokasi

Google Translate:


Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *