Iklan

Setiap Gedung Punya Cerita

Blog Sejarah Gedung-Gedung Indonesia

ITC Kuningan Ambassador

ITC Kuningan/Ambassador adalah pusat perbelanjaan dan apartemen yang dikembangkan oleh Grup Sinar Mas melalui Duta Pertiwi yang menaungi dua menara apartemen dan pusat perbelanjaan dengan ruang lantai total sekitar 163 ribu m2 dan jumlah unit apartemen sebanyak 284 unit, dirancang oleh dua tim arsitektur yang berbeda.

Superblok tersebut, seperti halnya ITC milik Duta Pertiwi lainnya, merupakan pusat penjualan grosir dan gadget favorit masyarakat ibukota. Pusat perbelanjaan ITC Kuningan adalah yang pertama yang dibangun di kawasan Satrio; dua pusat perbelanjaan lainnya, CiputraWorld Jakarta dan Kuningan City, perlu 15 tahun berikutnya berdiri tegak di kawasan Satrio yang semakin eksklusif.

Sejarah ITC Kuningan Ambassador: Mal Pertama di Orchard van Batavia

Proyek ITC Kuningan/Ambassador dimulai sejak tahun 1993, setelah Pemerintah DKI Jakarta membangun jalan tembus dari Jalan K.H. Mas Mansyur hingga ke Pondok Kopi di Jakarta Timur, salah satunya di Jalan Prof. Dr. Satrio, yang divisikan oleh insan real estate Indonesia, didukung oleh pemerintah, sebagai koridor belanja layaknya Jalan Orchard di Singapura; atau contoh yang lebih lokal, Pasar Baru. Duta Pertiwi meluncurkan Mall Ambassador di bulan April 1994.

I will miss this view... #last #day #of #work #XL #Axiata #overcast #cloudy #weather #view #Jakarta #city #ambassador #mall #Kuningan #GrhaXL #Indonesia #afternoon #building #resign #thank #you #for #everything #see #you #soon #peoples #preach #photo
Mal Ambassador Kuningan, 2015, dari Grha XL (sekarang Menara Caraka). Foto oleh Wrath Sins.

Iklan

Apartemen Ambassador grand launching di Hotel Le Meridien Jakarta pada tanggal 21 Oktober 1994, menawarkan 138 unit apartemen, membidik kalangan eksekutif muda dan keluarga yang gajinya rata-rata minimal 5 juta rupiah (setara 45 juta rupiah untuk 2021) dan pusat perbelanjaan berkonsep ITC ala Mangga Dua, Cempaka Mas dan Roxy Mas yang sudah dahulu dikembangkan Duta Pertiwi. Saat itu sudah 90 persen dari 138 unit apartemen yang laku, dan 60 persen dari kios ITC Ambassador yang terjual. Nama “Ambassador” sendiri diambil dari kawasan Mega Kuningan yang awalnya direncanakan sebagai kawasan kedutaan besar.

Pemancangan tiang pertama dimulai pada tanggal 26 Januari 1995, dihadiri oleh petinggi pengembang, perancang, kontraktor, hingga calon penghuni. Proyek tahap pertama ITC Kuningan tersebut berlangsung hingga sekitar November 1997, ditengah keadaan ekonomi Indonesia yang sulit akibat krismon. Pembangunan kawasan multiguna untuk apartemen, perkantoran dan pusat perbelanjaan ITC tersebut dilaksanakan oleh Waskita Karya. Di tengah perjalanan konstruksi, apartemen Ambassador mengalami penambahan jumlah unit apartemen menjadi 144. Per September 1997, saat laporan mengenai pusat perbelanjaan ini diliput wartawan majalah Konstruksi, Apartemen Ambassador ludes dibeli investor dan penghuni. Biaya yang dihabiskan Duta Pertiwi untuk membangun pusat perbelanjaan kelas menengah kebawah ini senilai kurang lebih 200 milyar rupiah (1997).

Pasca krismon, Duta Pertiwi membangun tahap kedua superblok Ambassador dengan nama ITC Kuningan. Terdiri dari 40 lantai total, 7 lantai diantaranya untuk pertokoan, pembangunan gedung multi-fungsi tersebut dimulai dari triwulan pertama 2001 dan selesai pada tahun 2003. Pusat perbelanjaan dengan luas sewa mencapai sekitar 18 ribu m2 dan apartemen dengan 240 unit tersebut terhubung dengan Mal Ambassador melalui jembatan penyeberangan yang juga difungsikan sebagai tempat berdagang.

Pusat perbelanjaan kelolaan Duta Pertiwi sepanjang beberapa tahun terakhir menjadi populer sebagai tempat membeli busana dan gadget dengan harga miring; tetapi persaingan dengan pusat perbelanjaan yang menawarkan pujasera dan pasar daring, dan dengan sewa yang semakin mahal, per akhir 2019 ITC Kuningan dan Mal Ambassador mulai terseok-seok dari segi pengunjung dan keterisian ruang tokonya. Tetapi Duta Pertiwi, walau mengakui merosotnya jumlah pengunjung, mencatat bahwa pemasukan dari mal mereka, termasuk ITC Kuningan/Ambassador, stabil, terutama dengan antrian tawaran dari pengusaha lain dan perusahaan ritel kelas atas.


Iklan

ITC Kuningan/Ambassador hanya terdiri dari apartemen dan mall

ITC Ambassador Kuningan
ITC Kuningan alias tahap II Ambassador. Foto oleh mimin SGPC

Superblok ITC Kuningan/Mal Ambassador terbagi ke dalam dua tahap: tahap pertama yang terdiri dari apartemen berlantai 26 dan pusat perbelanjaan berlantai 6, 1 semi-basement dan 2 basement (total 32 + 3 basement) dan tahap keduanya yang berlantai sekitar 40.

Tahap pertama dirancang oleh tim arsitek dari Nikken Sekkei bersama dengan Arkonin sebagai architect of record, dengan perancang dari Paraga Arta Mida untuk strukturnya. Dirancang dengan gaya arsitektur pascamodern, tidak ada elemen yang istimewa dari gedung ini selain penggunaan elemen spire pada bagian pusat perbelanjaan dan pucuk apartemennya, menurut tim perancang dari Waskita Karya yang juga merupakan architect of record-nya, sebagai lambang keanggunan dan sebagai magnet buat pengunjung. Sementara di podium alias Mal Ambassador-nya juga tidak memiliki keistimewaan apapun, terutama bagian wajahnya, berlapiskan composite dan kaca, dimanfaatkan sebagai tempat memasang reklame tenant.

Pusat perbelanjaan Mal Ambassador memiliki 6 lantai dan 3 basement, dan memiliki tiga ruang void alias atrium. Saat ini Mal Ambassador, seperti yang mimin SGPC sebut di awal-awal artikel ini, dikenal di kalangan masyarakat sebagai tempat berbelanja ponsel pintar dan gadget-gadget canggih. Mal ini juga memiliki pujasera, kantor bank bahkan dealer mobil Toyota. Sementara apartemennya yang berlantai 26 dan menampung 144 unit hunian terbagi ke dalam empat tipe, 2 kamar tidur, 3 kamar tidur 118 m2 dan 135 m2 dan penthouse. Fasilitas yang ditawarkan untuk apartemen tersebut tergolong standar di luar pusat perbelanjaannya sendiri adalah kolam renang, sasana kebugaran, hingga ruang rapat.

Ambassador Mall, Jakarta
Atrium Mal Ambassador. Foto oleh Jai Santhosh

Berbeda dengan tahap pertama, tahap kedua rancangan Paraga Arta Mida (arsitek in-house Duta Pertiwi) hanya dibangun pusat perbelanjaan dan apartemen, dari rencana awalnya yang menyertakan perkantoran, efek dari krisis moneter. Apartemen 33 lantai rancangan Paraga Arta Mida ini memiliki 240 unit apartemen dengan hak jual, hanya saja pembagiannya masih tidak jelas karena mimin lagi cari-cari dulu datanya. Sementara pusat perbelanjaannya menaungi 7 lantai yang didominasi toko pakaian grosiran, sama dengan kakak-kakaknya di Mangga Dua dan Cempaka Mas, dan juga supermarket Carrefour.


Iklan

Data dan fakta

AlamatJalan Prof. Dr. Satrio Setiabudi, Jakarta Selatan, Jakarta
Jumlah menara2
Arsitek (Ambassador)Nikken Sekkei (arsitektur)
Arkonin (architect of record)
Waskita Karya (architect of record)
Paraga Arta Mida (struktur)
Arsitek (ITC Kuningan)Paraga Arta Mida
Pemborong (Ambassador)Waskita Karya
Lama pembangunan (Ambassador)Januari 1995 – November 1997
Lama pembangunan (ITC Kuningan)Q1 2001 – 2003
Jumlah lantai (Ambassador)32 lantai
1 semi basement
2 basement
Jumlah lantai (ITC Kuningan)40 lantai
Jumlah unit144 (Ambassador 1)
240 (Ambassador 2)
Jumlah kios305 (mal)[mfn]KOMPAS, pada tanggal 24 Oktober 1994, menyebut 314 kios di mal[/mfn]
25 (ruko)
18 (kantor)
Biaya pembangunanRp 200 milyar (1997)
Rp 1,5 triliun (inflasi 2023)
Referensi: Majalah Konstruksi #261 Oktober 1997; Properti Indonesia #10, #35

Referensi

  1. Saptiwi Djati Retnowati (1997). “Mal dan Apartemen Ambasador, Tampilkan gaya modern nan atraktif.” Majalah Konstruksi No. 261, Oktober 1997, hal. 44-49
  2. Herman Syahara (1994). “Sinar Mas Luncurkan Apartemen Ambassador.” Majalah Properti Indonesia No. 10, November 1994, hal. 22
  3. Advertorial (1996). “Mal Ambassador, Gaya Belanja di Masa Depan.” Majalah Properti Indonesia No. 35, Desember 1996, hal. 46A-46B
  4. Advertorial (1996). “Tinggal 11 Bulan Lagi!” Majalah Properti Indonesia No. 35, Desember 1996, hal. 46C-46D
  5. Advertorial (1994). “The Ambassador Kuningan: Bisnis, Belanja dan Tinggal dalam Satu Lokasi.” KOMPAS, 21 Oktober 1994, hal. 11
  6. ira (1994). “Sinar Mas Group Bangun Apartemen Ambassador.” KOMPAS, 24 Oktober 1994, hal. 7
  7. bm (1994). “Ambassador Dilengkapi Mall”. Jawa Pos, 22 Oktober 1994, hal. 5
  8. Advertorial (1995). “Pemancangan Tiang Pertama The Ambassador Kuningan.” KOMPAS, 27 Januari 1995, hal. 11
  9. mon (1994). “PT Duta Pertiwi bangun properti baru.” KOMPAS, 30 Agustus 1994, hal. 7
  10. Advertorial (1996). “Ambasador dan Cempaka Mas: Dua Emas di Lokasi Emas”. KOMPAS, 5 Juli 1996, hal. 21
  11. ITC Kuningan.” Datapro No. 8, Februari 2001. Diakses via Megakonstruksi, diarsip 28 April 2002
  12. Jakarta Residential Market Overview August 2003.” Colliers International, Agustus 2003, diarsip 23 November 2003.
  13. Halaman resmi Duta Pertiwi
    1. Mal Ambassador, diarsip 22 Agustus 2003
    2. Apartemen Ambassador, diarsip 20 Agustus 2003
    3. ITC Kuningan, diarsip 22 Agustus 2003
    4. Annual Report 2001, diarsip 7 Desember 2003, hal 10
    5. Annual Report 2003, diarsip 28 Januari 2005, hal 10
    6. Annual Report 2004, diarsip 20 Juni 2006, hal 18
  14. Halaman resmi Sinarmas Land
    1. Mal Ambassador, diakses 3 Agustus 2021 (arsip)
    2. ITC Kuningan, diakses 3 Agsutus 2021 (arsip)
    3. Mal Ambassador di ITC Shopping Festival, diakses 3 Agustus 2021 (arsip)
    4. ITC Kuningan di ITC Shopping Festival, diakses 3 Agustus 2021 (arsip)
  15. Mutia Fauzia (2019). “Mal Ambassador Kian Sepi, Satu Toko Hanya Bisa Jual 1-3 Ponsel Sehari.” KOMPAScom, 3 Juli 2019. Diakses 3 Agustus 2021 (arsip)
  16. Mutia Fauzia (2019). “Penjualan Sepi, Karyawan di Toko ITC Kuningan Mengeluh Tak Dapat Bonus.” KOMPAScom, 3 Juli 2019. Diakses 3 Agustus 2021 (arsip)
  17. Ambaranie N.K. Movanita (2019). “Soal ITC Sepi, Ini Kata Pengelola.” KOMPAScom, 4 Juli 2019. Diakses 3 Agustus 2021 (arsip)

Lokasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *