ITC Mangga Dua adalah sebuah pusat perbelanjaan grosir yang berdiri di atas lahan seluas 33.700 meter persegi yang dikembangkan Duta Pertiwi, salah satu perusahaan real estate milik Grup Sinar Mas. Pusat perbelanjaan tersebut adalah yang kedua berdiri di pusat pengembangan kawasan belanja Mangga Dua setelah Pasar Pagi Mangga Dua dibangun dua tahun sebelumnya, dan yang pertama dibangun oleh Duta Pertiwi, dengan mal-mal grosir lainnya seperti Mangga Dua Mall dan Orion Mall/ex-Le Grandeur dibangun tidak lama setelah ITC Mangga Dua berdiri.
ITC Mangga Dua dirancang oleh tim arsitek dari Arkonin dan dibangun oleh Wijaya Karya mulai Oktober 1989 hingga selesai keseluruhan pada November 1991, bersamaan dengan pembukaan operasional mall dan gedung kantor berlantai 12 tersebut. Ia secara total menyediakan 1.650 unit kios (yang kemungkinan bisa lebih banyak/sedikit bergantung situasi dan kondisi di lapangan), ruang kantor sekitar 19 ribu m2, auditorium dan balai fasilitas ekspor.
Sejarah ITC Mangga Dua: Sebuah jawaban atas pertumbuhan ekonomi Ibukota
Pertengahan tahun 1989, tiga bulan sebelum Pasar Pagi memulai operasionalnya, PT Duta Pertiwi memperkenalkan “Area Perdagangan Mangga Dua” yang dimaksudkan sebagai “jawaban” atas meningkatnya perekonomian Jakarta saat itu. Dalam liputan di majalah bisnis SWAsembada, pihak Sinar Mas berencana membangun pusat perdagangan, terdiri dari pusat perbelanjaan grosir, hotel, perkantoran dan rukan, di atas lahan seluas 16 hektar bekas pemakaman.
Sebagai diferensiasi terhadap Pasar Pagi yang ingin membetahkan pedagang, rencana pusat grosir mereka akan disertakan kantor perusahaan ekspor internasional. Di sanalah awal dari kata “International Trade Centre” alias ITC yang disematkan kepada mal-mal grosir Duta Pertiwi, sekaligus menjadi tahap dua dari proyek kolosal Mangga Dua yang melibatkan pemain-pemain properti besar Jabodetabek.
Kompleks ini mulai dibangun dengan pemancangan tiang pertama pada bulan Oktober 1989. Konstruksi oleh pemborong milik negara Wijaya Karya berlangsung hingga selesai secara keseluruhan pada November 1991. Walau secara struktur selesai pada 1991 dan operasionalnya dimulai sejak 15 November 1991, ITC Mangga Dua Jakarta baru diresmikan pembukaannya pada 11 Januari 1993 oleh Menteri Perdagangan Arifin Siregar.
Dari rentang November 1991 sampai Januari 1993, Duta Pertiwi memanfaatkan momen tersebut untuk menguji minat konsumen mereka. Pada 23 Juli 1992, salah satu tenant awal, McDonalds, membuka gerainya di ITC Mangga Dua. Sayangnya gerai tersebut sudah tutup dan digantikan dengan toko atau restoran lain.
Dalam perjalanannya, ITC Mangga Dua menjadi pusat grosir pilihan masyarakat karena harganya yang murah, terutama grosir apparel dan fashion – bahkan menurut website resmi Sinar Mas, “Sudah menjadi sebuah ikon, ITC Mangga Dua adalah ibukota pertokoan grosiran Indonesia”, karena di beberapa website perjalanan, banyak yang merekomendasikan mall ini selain Pasar Tanah Abang dan ITC Cempaka Mas untuk berbelanja barang grosiran. Berdasarkan pengalaman Setiap Gedung Punya Cerita, rombongan bus wisata ke Jakarta rutin melakukan kunjungan ke Mangga Dua atau ke Cempaka Mas untuk wisata belanja. Keduanya adalah proyek Duta Pertiwi/Sinar Mas.
Sayangnya, di beberapa sisi, ITC Mangga Dua mendapatkan label tidak menyenangkan sebagai poster boy dari beberapa sengketa hukum antara Duta Pertiwi dan konsumennya. Kebanyakan adalah sengketa kepemilikan lahan dan kios yang berujung ke pengadilan.
Paling tenar, kasus Khoe Seng-Seng dan tulisannya di harian KOMPAS yang menyebabkannya digugat Duta Pertiwi pada November 2006, dan kasus surat pembaca harian Suara Pembaharuan yang menyeret Fifi Tanang (penulis surat pembaca di SP) dan 16 pemilik kios ITC Mangga Dua ke meja hijau pada Juni 2006, seluruhnya dianggap melakukan pencemaran nama baik. Kedua kasus ini cukup berhubungan, terkait status kepemilikan lahan ITC Mangga Dua dan Mall Mangga Dua yang memicu polemik.
Masalah lain, tidak berhubungan dengan drama meja hijau, muncul pada September 2013, saat beberapa kios pedagang ITC Mangga Dua diputus sepihak pengelola, hingga dilaporkan ke Pemerintah DKI Jakarta. Diketahui, pengelola memutus listrik beberapa kios karena pemilik kios menunggak tagihan listrik dan service charge.
Arsitektur “yang penting semuanya senang” a la ITC Mangga Dua
Pembangunan kompleks ITC Mangga Dua ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertama (mall) dan tahap kedua (kantor, difoto). Walau gaya arsitekturnya masih bergaya internasional, dan dicat kuning kecokelatan, konsep interior pusat perbelanjaan ini lebih mengarah ke “semua untung”, mulai dari desain interior yang lebih ergonomis dari segi sirkulasi pejalan kaki yang nyaman.
ITC Mangga Dua memiliki luas lantai sebesar 120 ribu meter persegi yang terbagi ke dalam 48.000 m2 untuk 1.650 kios-kios grosir yang menempati lantai 1, 2 dan 3, fasilitas perdagangan ekspor di lantai 4 dan 5 seluas 28.000 m2 dan perkantoran dari lantai 6 sampai 12 dengan luas lantai total 19.000 m2. Tersedia juga gedung parkir seluas 25.000 m2 yang mampu menampung 1.700 kendaraan roda empat.
Namun, dalam praktik kontemporer, ITC Mangga Dua menjadi pusat grosiran serba ada terbesar dengan – kata pengelola Sinar Mas – 3.500 toko dan rumah makan mengisi ruang pertokoan dan ruang yang awalnya adalah fasilitas ekspor. Tenant terkenal yang mengisi lantai ITC Mangga Dua adalah semacam Kopi Kenangan, A&W dan Asus.
Tahap pertama, yaitu pusat perbelanjaan berlantai 5, digarap oleh Wika mulai Desember 1989, setelah penggarapan awal dilakukan pada Agustus 1989 sebelum pemancangan tiang pertama di bulan Oktober. Proyek tahap pertama selesai pada Desember 1990. Tahap berikutnya adalah tahap kedua, yaitu gedung perkantoran berlantai 12, yang fotonya disertakan di blog ini, dibangun mulai Desember 1990 hingga tuntas pada November 1991. Tambahan yang lebih baru terdiri dari jembatan ke Pasar Pagi Mangga Dua plus dua proyek Duta Pertiwi lain, Mall Mangga Dua dan Orion Mangga Dua d/h Le Grandeur/Dusit.
Struktur kedua gedung yang digarap oleh rata-rata 400 orang per harinya memanfaatkan plat lantai pracetak-pratekan rancangan Wijaya Karya yang masih perlu dicor setelah dipasangkan. Tidak disebutkan jenis pondasinya.
Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1990an dapat anda baca di artikel ini
Data dan fakta
Alamat | Jalan Mangga Dua Raya Pademangan, Jakarta Utara, Jakarta |
Arsitek | Arkonin |
Pemborong | Wijaya Karya |
Lama pembangunan | Agustus 1989 – November 1991 |
Dibuka | 15 November 1991 |
Diresmikan | 11 Januari 1993 |
Jumlah lantai (pusat perbelanjaan) | 6 lantai |
Jumlah lantai (gedung kantor) | 12 lantai |
Biaya pembangunan | Rp. 150 milyar (1992) Rp. 1,65 triliun (inflasi 2023) |
Signifikasi | Pariwisata (Tujuan wisata belanja grosir/murah di Jakarta) |
Referensi
- Dwi Ratih; Djati Retnowati, Saptiwi. “JITC, Dengan Konsep Everybody Happy”. Majalah Konstruksi No. 171, Juli 1992.
- Kompas, 15 Januari 1993 (iklan)
- Dewi R., Isni. “Jangan Bingung! Ini Dia Panduan Berbelanja di Mangga Dua”. Checkin Jakarta, tanpa tanggal. (arsip)
- Tripadvisor (arsip)
- Website resmi ITC Mangga Dua (arsip)
- Hukumonline, 12 Maret 2008 (in-depth, arsip)
- Pratama Taher, Andrian. “Perjuangan Kho Seng Seng, Konsumen yang Dikriminalisasi“. Tirto, 9 Agustus 2017 (in-depth, arsip)
- Januarius Kuwado, Fabian. “Jokowi Panggil Pengelola ITC Mangga Dua.” Kompas.com, 4 September 2013 (arsip)
- Sholeh, Muhammad. “Pedagang ITC Mangga Dua diimbau bayar tunggakan listrik“. Merdeka.com, 8 September 2013. (arsip)
- Novri Hardi (1993). “Semaraknya Mangga Dua.” Warta Ekonomi, 18 Januari 1993, hal. 34
- Irma Nurhayati & Rin Hindryati (1992). “JITC: Pusat Dagang Asia Pasifik”. Majalah Prospek, 4 April 1992, hal. 40
- H.B. Supiyo; Cut Keumala dan Radityo (1990). “Bedol Pasar di Kawasan Kota.” Majalah SWAsembada No. 10/V, Januari 1990, hal. 66-68
- fe (1992). “McDonald’s gunakan 150 kg daging impor/hari.” Harian Ekonomi “Neraca”, 24 Juli 1992, hal. 4
- “JITC akan menjadi pusat grosir Asia Pasifik.” Harian Ekonomi “Neraca”, 25 Maret 1992, hal. 3
Tinggalkan Balasan