Hotel Le Meridien Jakarta adalah sebuah hotel bintang lima yang berdiri disimpang Jalan K.H. Mas Mansyur dan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, yang saat ini dimiliki oleh PT Wisata Triloka Buana, yang saat berdiri merupakan bagian dari Mercu Buana. Ia merupakan hotel rancangan William B. Tabler, salah satu arsitek asal Amerika yang merancang sekitar 400 hotel, kurang lebih, bekerjasama dengan firma arsitek kebanggaan bangsa, Atelier 6.
Hotel berlantai 12 dan 21 ini adalah hotel Le Méridien pertama yang beroperasi di Indonesia; hotel Le Méridien kedua dibangun di dekat Tanah Lot, kab. Tabanan, Bali.
Sejarah Hotel Le Meridien Jakarta: Didorong untuk menggunakan lahan kantor Mercu Buana
Pada 1987, Mercu Buana ingin memanfaatkan lahan mereka, seluas hampir 13 ribu meter persegi, di bilangan Jenderal Sudirman, yang saat itu hanya ditempati sebuah gedung kantor Grup Mercu Buana dan sisanya adalah lahan kosong. Lahan tersebut awalnya adalah milik perusahaan bernama PT Kiagoos, yang dibeli oleh Mercu Buana pada tahun 1980. Gedungnya sendiri sebenarnya sudah ada sejak 1960an akhir.
Keputusan Mercu Buana untuk membangun hotel di atas lahan kosong dan kantor Mercu Buana dipilih karena saran dari Horwath & Horwath (sekarang Horwath HTL), konsultan hotel asal AS, yang diminta oleh Mercu Buana untuk membuat studi perencanaan rencana hotel (Aries Firman, managing director Wisata Triloka Buana saat itu kepada wartawan Majalah Konstruksi, terbit Desember 1991).
Pembangunan hotel yang manajemennya saat itu dimiliki maskapai penerbangan Air France dimulai pada akhir 1987, digarap bersama oleh Mercu Buana Raya Contractors dan pemborong asal Perancis, Dumez (sekarang bagian dari Vinci Construction), yang saat itu juga memegang saham di hotel ini. Saat pembangunan dilangsungkan, kontrak antara Wisata Triloka Buana dengan jaringan hotel Le Méridien diteken pada medio Oktober 1989.
Foto oleh Dahlan Rebo Paing/Majalah Prospek
Proyek Hotel Le Méridien Jakarta awalnya diselesaikan sebelum akhir 1990 dan dibuka pada Januari 1991; kebijakan uang ketat dan molornya pemasangan listrik oleh PLN membuat hotel ini baru menyelesaikan pembangunannya sekitar tahun 1991, mulai operasional pada bulan September 1991 dan dibuka oleh Ibu Negara Tien Soeharto bersama Menparpostel Soesilo Soedarman pada tanggal 17 Februari 1992, menjadikannya Le Méridien ke-55 di dunia.
Pembangunan Hotel Le Méridien sendiri menghabiskan biaya sekitar 70 dolar Amerika Serikat nilai 1992. Bagi Probosutedjo, hotel ini ternyata membuatnya tekor karena suku bunga pinjaman dan prasyarat yang memberatkan partner Indonesia yaitu kewajiban menggunakan produk Perancis dalam material pembangunannya. Nasionalisme produk ala Perancis memang memberatkan pengusaha nasionalis negara lain.
Karena tingginya minat pengusaha pada Hotel Le Méridien di Sudirman, sekitar awal 1996 hingga dibuka tahun 1998, pengelola memperluas hotelnya dengan membangun gedung berlantai 21 lantai, dibangun oleh Duta Graha Indah, didanai oleh dana sindikasi dari Hongkong Bank senilai Rp. 115 milyar menurut Probosutedjo sendiri. Gedung baru itu menyumbang tambahan 150 kamar bagi hotel tersebut.
Arsitektur Hotel Le Meridien Jakarta: Nge-trap ala gunung agar lebih santai
Hotel Le Meridien Jakarta memiliki 2 gedung, yaitu Tower dan Main. Gedung main, adalah gedung utama dari hotel ini dengan 12 lantai, dibangun 1987-1991, dan Gedung tower adalah ekstensinya yang berlantai 21, dibangun 1998. Keseluruhan, Hotel Le Méridien Jakarta (Agoda/Booking) memiliki 396 kamar, terbagi ke dalam sembilan kategori kamar. Dari 9 kategori kamar, kamar Kudus Suite di blok Tower adalah yang paling mewah, termahal dan paling Indonesia dari keseluruhan kamar hotel Le Méridien ini.
Selain itu, Hotel Le Méridien Jakarta memiliki fasilitas spa dan pijat, enam rumah makan dan lounge dengan hidangan khas Perancis, Timteng dan internasional, fasilitas kebugaran, kolam renang, ballroom dan arena pernikahan berkapasitas 1200 orang (bernama Sasono Mulyo) dan 5 ruang rapat (Antasena dan Puri Asri).
Arsitektur Hotel Le Méridien Jakarta yang diusung oleh William B. Tabler selaku arsitek mengusung nuansa resort di dalam hotel yang menyasar kalangan eksekutif ini. Mengutip N. Sidharta, Direktur Atelier 6 yang ikut merancang hotel ini, kepada wartawan Majalah Konstruksi Dwi Ratih, “tamu-tamu pun perlu suasana santai”. Maka, bentuk gedungnya lebih meng-trap seperti gunung yang melindungi kolam renang dan taman, dari kebisingan mobil dan motor di Jalan Jenderal Sudirman, dan semakin didukung oleh keberadaan lapis luarnya yang membuat kamar tamu kedap udara. Secara interior, lobi hotelnya menekankan suasana Jawa dengan paduan Eropa.
Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1990an dapat anda baca di artikel ini
Data dan fakta
Alamat | Jalan Jenderal Sudirman Kav. 18-20 Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jakarta |
Arsitek (gedung utama) | William B. Tabler & Associates (arsitek utama) Atelier 6 (architect of record) |
Pemborong (gedung utama, J.O.) | Dumez S.A. Mercu Buana Raya Contractors |
Pemborong (ekstensi) | Duta Graha Indah |
Lama pembangunan (gedung utama) | 1987 – 1991 |
Lama pembangunan (ekstensi) | 1996 – 1998 |
Diresmikan | 17 Februari 1992 |
Jumlah lantai (gedung utama) | 12 |
Jumlah lantai (ekstensi) | 21 |
Jumlah kamar | 396 |
Biaya pembangunan (gedung utama) | USD 70 juta (1992) Rp 140 milyar (kurs 1992) Rp 1,5 triliun (inflasi 2023) |
Biaya pembangunan (ekstensi) | Rp 115 milyar (1996) Rp 899 milyar (inflasi 2023) |
Referensi
- Dwi Ratih (1991). “Hotel Le Meridien, Jakarta: Hotel Bisnis dengan Suasana Resort”. Majalah Konstruksi No. 164, Desember 1991.
- KOMPAS, 18 Februari 1992 (caption foto).
- Website resmi Hotel Le Méridien, part of Marriott International
- NN (2013). “Interview with Robert Hogenstijn, General Manager of Le Meridien Jakarta“. PharmBoardroom, 2 Mei 2013. (arsip)
- “Kilas Ekonomi”. KOMPAS, 20 Oktober 1989.
- “Kilas Ekonomi”. KOMPAS, 23 Oktober 1989.
- is (1992). “Ibu Tien: Fasilitas kepariwisataan masih perlu diperbanyak”. Bisnis Indonesia, 18 Februari 1992.
- Kemal Effendi Gani et. al. (1989). “Ada Pertarungan Seru di Pentas Bisnis Hotel”. Majalah SWA, Juni 1989, hal. 8-13.
- “Le Meridien Mulai Beroperasi.” Warta Ekonomi, 30 September 1991, hal. 56-57
- NIA (1996). “Perluasan Hotel Le Meridien.” Majalah Properti Indonesia No. 33, Oktober 1996, hal. 14
- “Probosutedjo suntik Rp. 115 miliar untuk Le Meridien.” Berita Yudha, 13 September 1996, hal. 4
Tinggalkan Balasan