Hotel Inna Putri, sekarang bernama Merusaka Nusa Dua (dan untuk keperluan fokus tulisan menggunakan nama lama/nama arsitektural), adalah hotel mewah yang menjadi bagian dari kawasan Bali Tourism Development Corporation di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali. Hotel yang dimiliki oleh PT Hotel Indonesia Natour tersebut adalah yang kedua di BTDC setelah Nusa Dua Beach Hotel & Spa dan memiliki sejarah panjang sejak awal 1980an.

SGPC membahas kedua versi dari Inna Putri Bali. Ini foto gedung generasi pertama
Foto oleh Majalah Konstruksi

Iklan

Sejarah Merusaka/Inna Putri Bali

Inna Putri (1982-2012)

Pembangunan Inna Putri Bali – awalnya bernama Hotel Indonesia Nusa Dua – dimulai di bulan Desember 1982, melalui kontrak selama 30 tahun dalam rangka lanjutan pengembangan kawasan BTDC Nusa Dua. Sebulan sebelumnya (6 November 1982), diadakan upaca pencangkulan tanah pertama sebagai dimulainya konstruksi HI Nusa Dua secara simbolis.

Konstruksinya dilaksanakan oleh Jaya Konstruksi, sementara rancangan arsitektur Inna Putri Bali digarap oleh Perentjana Djaja (perusahaan ini tidak ada kaitan afiliasi dengan kelompok Jaya, berkontribusi pada mispersepsi). Pembangunan hotel seluas 10,9 hektar dengan 392 kamar ini berjalan lancar. Uji coba operasional Inna Putri dimulai 23 Desember 1984 dengan 145 kamar standar dan 26 bungalow suite, kedai kopi, bar dan kolam renang dibuka untuk memenuhi kebutuhan pariwisata menjelang musim liburan Natal dan Tahun Baru.

Perspektif lain lanskap hotel dengan kamarnya yang berteras. Foto oleh Jaya Konstruksi/Majalah Jayapatra

Inna Putri Bali dibuka pada 4 Februari 1985 – sebagai Hotel Bali Nusa Dua – bersamaan dengan perhelatan Pacific Asia Tourism Association Travel Mart; dengan 170 kamar telah dibuka. Namun peresmian alias grand openingnya baru terlaksana dengan penandatanganan prasasti peresmian oleh Presiden Soeharto pada 2 Desember 1985, bersamaan dengan Melia Sol Nusa Dua. Pembangunan Hotel Inna Putri menghabiskan biaya keseluruhan Rp. 31,7 milyar nilai 1985, naik dari rencana awal Rp. 26 milyar (1983, setara Rp. 623 milyar nilai 2023) karena devaluasi sebab sebagian bahan bangunan yang digunakan adalah impor. Uniknya, bila dihitung berdasarkan nilai inflasi, biaya konstruksinya turun.

Saat berdiri sebagai Hotel Inna Putri, hotel ini memiliki keunikan yaitu penerapan sistem banjar pakraman bagi para karyawan hotel dan beberapa tamu yang berminat mengikuti kegiatan kebudayaan yang diadakan banjar Hotel Inna Putri. Penerapan tersebut menjadi alasan dibalik keberadaan balai banjar di Inna Putri versi Perentjana Djaja. Sepanjang sejarah dan masa jayanya, Hotel Inna Putri yang menyasar segmen pasar yang berbeda dengan Grand Bali Beach menjadi hotel pilihan para wisatawan dari Eropa terutama Jerman.

Hotel Inna Putri Bali versi Perentjana Djaja bertahan selama 27 tahun. Walau sempat diisukan akan dijual, Inna Putri Bali masih dikelola dan dimiliki oleh PT Hotel Indonesia Natour. Tetapi, seiring waktu dan menjadi efek langsung dari krisis moneter 1998, kemolekan Inna Putri Bali mulai memudar dengan penurunan keadaan fasilitas fisik maupun nonfisik hotel. Hal ini baru terekspos saat Menteri BUMN saat itu Dahlan Iskan melakukan kunjungan ke Nusa Dua pada penutup tahun 2011.

Inaya Putri Bali/Merusaka (2012-sekarang)

Kunjungan dan keputusan Dahlan, cepat atau lambat, menjadi lonceng kematian bagi Inna Putri Bali versi Perentjana Djaja. Hotel Indonesia Natour menutup sementara Inna Putri Bali mulai 1 April 2012, dan gedung lamanya dibongkar untuk dibangun hotel baru yang bernama Inaya Putri Bali, awalnya direncanakan disiapkan untuk pertemuan APEC 2013.

Dirancang oleh Ridwan Kamil (sekarang Gubernur Jawa Barat merangkap de facto arsitek) dari Urbane Indonesia, pembangunan format baru hotel tersebut dilaksanakan oleh Waskita Karya, yang selesai keseluruhannya di tahun 2015, menghabiskan sekitar Rp. 548 milyar. Untuk informasi arsitektur silahkan lihat subbagian “Arsitektur”.

Nama “Inaya” bertahan selama enam tahun. Mulai 8 April 2021, Inaya Putri Bali berganti nama menjadi Merusaka, yang diambil dari nama nirwana pertama dari kebudayaan Bali.


Iklan

Arsitektur dan profil hotel

Inna Putri Bali (Perentjana Djaja)

Gedung awal Inna Putri Bali dirancang oleh tim arsitek Perentjana Djaja yang dikepalai oleh Ir. Anton Suhardiyanto. Seperti halnya bangunan-bangunan yang dibangun di Bali, kebijakan Perda Provinsi Bali dan juga peraturan internal BTDC (yang berasal dari Perda itu sendiri) membatasi tinggi semua bangunan di Nusa Dua, secara langsung menjadikan hotel dengan luas lantai 24.547 meter persegi ini berformat resort.

Bentuk gedung Inna Putri Bali membentuk undakan yang mengadaptasi bentuk persawahan terasering yang menjadi ciri khas pertanian di Pulau Dewata. Tata kamarnya dibuat diputar 45 derajat untuk mendapatkan pemandangan laut semaksimal mungkin, yang merupakan konsekuensi dari proporsi lahan yang garis pantainya pendek, sekaligus mempertegas konsep arsitektur terasering tadi. 80 persen dari 371 kamar hotel di bangunan utama menghadap ke lautan. Bentuk jejak bangunan alias tapak gedung dibuat melengkung ke laut seperti capit kepiting atau tapal kuda, menciptakan ruang taman yang indah, yang menyatu dengan laut.

Tidak sampai di situ saja pengaruh arsitektur tradisional Bali di Inna Putri Bali. Konsep desain ruang dalam yang dipersatukan dengan ruang luar, penerapan ukiran, genteng merah, arca dan patung, bahkan keberadaan balai banjar, merupakan penerapan lain arsitektur muatan lokal Bali pada Inna Putri Bali.

Format lama Inna Putri Bali memiliki 392 kamar per tahun 2001, terbagi ke dalam empat tipe kamar dan tiga tipe suite, dan dua tipe cottage sebanyak 21 buah. 371 kamar hotel tersebut ditempatkan di blok B dan C. Blok A merupakan fasilitas publik seperti rumah makan dan bar, ruang konvensi dan lobi hotel.

Merusaka Nusa Dua (2015-sekarang)

Pasca perombakan total Inna Putri Bali menjadi Inaya dan selanjutnya Merusaka, konsep arsitektur pun ikut berganti.

Laporan dari Bisnis Indonesia, mengutip Menteri BUMN saat itu Dahlan Iskan, menyebutkan konsep Merusaka diambil dari situasi pedesaan di Bali yang masih hijau dan asri, dan mengubah pantai dan lautan yang awalnya dianggap sebagai halaman belakang hotel kini bisa dilihat di lobi hotel. Dahlan Iskan, bukankah Hotel Putri versi Perentjana Djaja juga dirancang seperti itu?

Emulasi desain arsitektur khas Bali di Merusaka terdapat pada lobinya yang berbentuk jineng alias lumbung padi, dan ruang terbuka yang dianggap lebih luas dari versi lama. Dilihat dari udara, terdapat tujuh bangunan individu yang ditempati oleh keseluruhan 441 kamar.

Format Merusaka (Agoda/Booking) memiliki 460 kamar yang terbagi ke dalam empat tipe kamar dan suite, dan dua tipe cottage (villa) sebanyak 19 buah. Secara total, jumlah kamar yang ada 89 buah lebih banyak dari Inna Putri Bali versi awal.


Iklan

Data dan fakta

Inna Putri Bali (1985-2012)

Nama lamaHotel Indonesia Nusa Dua (pra-pembangunan)
Hotel Bali Nusa Dua
AlamatLot South 3, Kawasan BTDC Nusa Dua, Nusa Dua, Kab. Badung, Bali
ArsitekPerentjana Djaja
PemborongJaya Konstruksi
Lama pembangunanDesember 1982 – Februari 1985
Dibuka4 Februari 1985
Diresmikan2 Desember 1985
Ditutup1 April 2012
Dibongkarsetelah April 2012
Jumlah lantai4 lantai
1 basement
Jumlah kamar371 + 21 cottage
Biaya pembangunanRp. 31,7 milyar (1985)
Rp. 588 milyar (inflasi 2023)
Referensi: Majalah Konstruksi #95 Februari 1986; Jejak Langkah Pak Harto

Merusaka Nusa Dua (2014)

AlamatLot South 3, Kawasan BTDC Nusa Dua, Nusa Dua, Kab. Badung, Bali
ArsitekRidwan Kamil (Urbane Indonesia)
PemborongWaskita Karya
Lama pembangunan2012-2015
Jumlah lantai4 lantai (8 bangunan)
Jumlah kamar441 + 19 cottage
Biaya pembangunanRp. 548 milyar (2014)
Rp. 651 milyar (inflasi 2021)
Referensi: Bisniscom 13/6/2013; Urbane Indonesia

Referensi

  1. “Hotel Putri Bali Nusa Dua: Menerapkan konsep arsitektur yang menyatu dengan laut.” Majalah Konstruksi No. 95, Februari 1986, hal. 39-54
  2. Ikatan Arsitek Indonesia (1984). “Buku Ke-2 Karya Arsitektur Arsitek Indonesia.” Jakarta: Ikatan Arsitek Indonesia. Halaman 108-109
  3. afr (1985). “Resmikan Hotel Bali Sol, Presiden Soeharto: Kepariwisataan Harus Diletakkan Dalam Kerangka Pembangunan Nasional”, dalam buku “Jejak Langkah Pak Harto 16 Maret 1983 – 11 Maret 1988” oleh G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin, hal. 541. Jakarta: Citra Kharisma Bunda. Via Soeharto.co, diakses 13 Juni 2021 (arsip)
  4. Wiwik Dwi Pratiwi (2004). “Tourism and Build Environment Changes in Traditional Communities – Kuta and Nusa Dua, Bali, Indonesia, as the Case Studies.” Tesis, University of Sheffield. Halaman 202, 218-219. Diakses via White Rose eTheses Online, 13 Juni 2021 (arsip)
  5. Sari (1995). “Hotel Putri Bali Miliki Banjar Pakraman.” KOMPAS, 3 Mei 1995, hal. 15
  6. Arsip halaman resmi Hotel Inna Putri Bali
    1. Profil kamar, diarsip 21 Februari 2001
    2. Profil fasilitas, diarsip 14 April 2001
    3. Info penutupan hotel, diarsip 30 April 2012
  7. hen/dru (2011). “Dahlan Iskan akan rombak Hotel Putri Bali.” Detikcom, 30 Desember 2011. Diakses 13 Juni 2021 (arsip)
  8. nia/qom (2012). “Perombakan Hotel Putri Bali Telan Dana Rp. 480 Milyar.” Detikcom, 2 Januari 2012. Diakses 13 Juni 2021 (arsip)
  9. ANTARA (2012). “HIN tutup sementara Hotel Inna Putri Bali.” Investor, 28 Mei 2012. Diakses 13 Juni 2021 (arsip)
  10. Matroji (2012). “Sambut Tamu APEC, Hotel Indonesia Natour Cari Pinjaman Rp. 280 Miliar untuk Renovasi.” Bisniscom, 7 Oktober 2012. Diakses 13 Juni 2021 (arsip)
  11. Ema Sukarelawanto (2013). “Inna Group Investasi Rp900 Miliar di Bali.” Bisniscom, 13 Juni 2013. (arsip)
  12. Halaman resmi Urbane Indonesia, diakses 13 Juni 2021 (arsip)
  13. Halaman resmi Hotel Indonesia Group, diakses 13 Juni 2021 (arsip)
  14. Zaenal Nur Arifin (2021). “Konsolidasi Hotel Milik BUMN, Inaya Putri Bali Bertransformasi Menjadi Merusaka Nusa Dua.” Tribun Bali, 8 April 2021. Diakses 13 Juni 2021 (arsip: 1, 2)
  15. “Hotel Indonesia Nusa Dua breaks ground” (Pencangkulan pertama Hotel Indonesia Nusa Dua). Travel Indonesia Vol. 4 No. 12, Desember 1982, hal. 4
  16. “Hotel Indonesia Nusa Dua completion scheduled end 1984” (Hotel Indonesia Nusa Dua dijadwalkan selesai akhir 1984). Travel Indonesia Vol. 5 No. 12, Desember 1983, hal. 23
  17. “Hotel Bali Nusa Dua opens for trial ops. December 23” (Hotel Bali Nusa Dua dibuka untuk uji coba pada 23 Desember 1983). Travel Indonesia Vol. 6 No. 12, Desember 1984, hal. 8
  18. “Hotel Bali Nusa Dua opens for business” (Hotel Bali Nusa Dua resmi dibuka operasionalnya). Travel Indonesia Vol. 7 No. 3, Maret 1985, hal. 15-16

Lokasi

Google Translate:


Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *