Google Translation avaliable here. Use at your own risk; some translation may be incorrect or misleading:

Nusa Dua Beach Hotel & Spa adalah salah satu hotel bintang lima di kawasan BTDC Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali. Hotel dengan 381 kamar tersebut merupakan hotel pertama yang berdiri di kawasan BTDC Nusa Dua, dan awalnya merupakan hotel yang dikelola oleh Aerowisata Hotels. Namun, sejak 1990 hotel ini sudah dimiliki oleh Kesultanan Brunei Darussalam. Nusa Dua Beach Hotel & Spa dirancang oleh Ir. Darmawan Prawirohardjo dari Atelier 6 untuk konsep arsitekturnya sementara struktur dirancang oleh Soetarto & Rekan.

Nusa Dua Beach Hotel & Spa, 1983
Suasana di Nusa Dua Beach, 1983. Kiri: kolam – kanan atas: Gapura – kanan bawah: Lobi.
Foto Majalah Konstruksi

Iklan

Sejarah Nusa Dua Beach Hotel: Hotel pertama di Nusa Dua

Pada pertengahan Oktober 1979, Aerowisata Hotel, anak usaha Garuda Indonesia, meneken kesepakatan sewa lahan Lot North 4 dengan Bali Tourism Development Corporation Nusa Dua. Penekenan tersebut menjadikan hotel ini yang pertama di kawasan wisata tersebut. Saat itu, Aerowisata juga dimiliki investor asing dan lokal sebelum akhirnya menjadi sepenuhnya punya Garuda.

Nusa Dua Beach Hotel mulai diperkenalkan kepada masyarakat pada bulan Mei 1980, dalam rangka pengembangan pariwisata di Nusa Dua yang agaknya butuh memerlukan perjuangan untuk menarik investor swasta asing (baru Melia Sol dan Club Med yang saat itu berminat disamping BUMN Hotel Indonesia).

Peletakan batu pertama dilakukan oleh Sekretaris Daerah Provinsi Bali Drs. Ketut Wentra pada 11 September 1980, namun nama aslinya adalah “Whispering Palm.” Sementara konstruksi hotel yang sesungguhnya dilaksanakan oleh pemborong BUMN Hutama Karya mulai Desember 1980 setelah meneken kontrak dengan pemilik hotel.

Proyek Nusa Dua Beach secara struktur sudah selesai dengan pemasangan genteng terakhir pada 17 September 1982, dan sekitar Desember 1982 hotel tersebut rampung sepenuhnya. Hotel 450 kamar saat itu mulai menerima tamu sejak 17 Desember 1982 setelah menjalani upacara pelaspas sekaligus membuka 150 kamar pertama untuk mengantisipasi keramaian pengunjung menjelang musim Natal dan Tahun Baru 1983. Presiden Republik Indonesia Soeharto meresmikan hotel ini pada 28 Mei 1983 sekaligus membuka fasilitas-fasilitas dan kamar yang telah rampung.

Saat dibuka, laporan Bali Post tertanggal 28 Mei 1983 – alias hari-H peresmian hotelnya memberi sambutan positif pada hotel karya Atelier 6 tersebut. Dari diplomat konsulat Jepang di Denpasar menyebut “hotel yang bagus” namun “perlu angkutan khusus” mengingat jarak antara Nusa Dua dengan Sanur dan Denpasar terpaut jauh – untuk ukuran 1983 dimana ikatan transportasi antar daerah tidak seramai sekarang. Konsul lain dari Australia di Indonesia mengatakan hotel berbintang lima ini “anggun” dan “desain Balinya adalah obyek pariwisata itu sendiri”. Layanan hotel sendiri menurut diplomat Australia tersebut, sangat ramah, sejalan dengan komentar rata-rata pengguna Hotel Nusa Dua Beach kini di Tripadvisor, terpaut 36 tahun lebih.

Kepemilikan hotel oleh Aerowisata, anak perusahaan Garuda Indonesia, berlangsung selama 7 tahun. Pada tahun 1990, Nusa Dua Beach Hotel dilego ke Kesultanan Brunei Darussalam dengan mahar USD 138 juta. Pasca dibeli investor dari Kesultanan Brunei Darussalam, hotel ini dua kali direnovasi pada tahun 1993 dan 2011.


Iklan

Arsitektur dan struktur Nusa Dua Beach Hotel

Arsitektur: Sarat dengan unsur arsitektur daerah

Dilihat dari peta udara, Hotel Nusa Dua Beach rancangan Darmawan Prawiroharjo dan tim arsitek Atelier 6 dari Bandung ini terbagi menjadi dua bagian. Kedua gedung tersebut adalah kamar hotelnya, dan bagian utamanya adalah bagian lobi dan balai sidang.

Mengutip Majalah Konstruksi serta beberapa sumber literatur arsitektur yang digabung dengan pengetahuan sendiri dari mimin, perancangan hotel ini banyak mempertimbangkan unsur sekala, niskala dan asta kosala kosali. Perhitungan budaya cukup terlihat, bahkan dari segi penataan kesetimbangan bangunan dengan outdoor, sangat didominasi outdoor. Ini terkait dengan unsur-unsur bhuana agung (outdoor) dan bhuana alit (indoor, penghuni hotel). Asta kosala-kosali juga diterapkan pada penempatan service dan pura (harus dihadap ke utara/timur).

Ciri khas Bali banyak juga dibawa ke dalam Hotel Nusa Dua Beach seperti candi bentar, bale kulkul pada eksterior lobi hingga pada interior bangunan. Candi bentar difungsikan sebagai pintu masuk, dan bale kulkul dimanfaatkan sebagai menara lift. Walau menurut perancang bale kulkul dianggap tempat masuk dan memberi kesan nuansa Bali, salah satu penulis blog mengatakan bahwa pemanfaatan bale kulkul pada instalasi komersial kurang tepat dan tidak taksu, mengingat pentingnya bale kulkul dalam kehidupan bermasyarakat Bali. Namun ada yang mengatakan masih bisa dibenarkan secara konteks.

Untuk desain bangunan hotel, adalah personifikasi alam Bali yang menekankan sawah teras dan keindahan laut. Desain teras juga dibuat untuk memaksimalkan cahaya matahari ke balkon. Lobi hotel dirancang mempertahankan ciri khas Bali dan bebas dari AC, sesuai dengan visi arsitek untuk menciptakan nuansa alamiah ciri khas udara Bali pada hotel.

Struktural: Beton bertulang dengan boks

Secara struktural, untuk sebuah Hotel semegah Nusa Dua Beach, pondasi yang digunakan berupa koker/tunnel yang berfungsi sebagai penyalur pipa horizontal, sementara pipa vertikal melewati shaft/kolom pendukung bangunan.

Struktur utama gedung berupa beton bertulang dengan boks, alias dinding beton berfungsi sebagai pendukungnya, sehingga balok menjadi tidak diperlukan. Lapis luar hotel memanfaatkan glass-fibre reinforced concrete dan dicat putih. Mayoritas interior menggunakan material mulai dari cat sampai kayu yang sudah divernis dan diawetkan. Dari perancangan hingga penggunaan material saat dibangun berasal dari tangan-tangan terampil insinyur dan seniman anak bangsa. Namun, di bawah kepemilikan Sultan Brunei yang memugar hotel ini pada 1993 dan 2011, kita tidak tahu, kecuali yang ikut menggarap atau yang menginap di sana dengan banderol rata-rata Rp 1,5 juta semalam. apakah material yang digunakan masih dipercayakan pada anak bangsa.

Suguhan makan malam dengan tari legong

Nusa Dua Beach Hotel memiliki 381 kamar yang terbagi menjadi 10 kategori kamar yang ditata nuansa dan ciri khas Bali, dengan fasilitas yang umum ada pada sebuah hotel resort pantai, seperti kolam renang lengkap dengan lounge pool dan pusat kebugaran. Selain fasilitas umum tersebut, ia juga menyediakan fasilitas tempat penitipan anak, pusat kebugaran, lapangan tenis dan sesuai namanya, fasilitas spa.

Hotel ini juga menyediakan 5 rumah makan, cafe, bar baik bar kolam dan bar beachfront (pantai), dengan variasi kuliner baik Indonesia, Asia maupun barat. Nusa Dua Beach juga menyediakan 7 ruang rapat, 1 ballroom dan 1 amfiteater terbuka untuk acara-acara penting. Tawaran paling menarik dari hotel ini, bila membaca factsheet hotel ini yang merupakan satu dari beberapa sumber blog ini, adalah suguhan hiburan makan malam berupa tarian tradisional – legong, kecak dan api.

Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1980an dapat anda baca di artikel ini


Iklan

Data dan fakta

AlamatLot North 4 Kawasan BTDC Nusa Dua, Kab. Badung, Bali
ArsitekIr. Darmawan Prawirohardjo (Atelier 6, arsitektur)
Soetarto & Rekan (struktur)
PemborongHutama Karya
Lama pembangunanDesember 1980 – Mei 1983
Dibuka17 Desember 1982
Diresmikan28 Mei 1983
Jumlah lantai4 lantai
Jumlah kamar381
Biaya pembangunanUSD 32 juta (1983)
Rp 22 milyar (kurs 1983)
Rp 472 milyar (inflasi 2023)
Referensi: Majalah Konstruksi Juni 1983

Referensi

  1. NN (1983). “Hotel berbintang 5 Nusa Dua Beach: Gunakan bahan bangunan produk dalam negeri”. Majalah Konstruksi, Juni 1983.
  2. Website resmi Hotel Nusa Dua Beach (arsip)
  3. DS (1989). “Masih Belum Jelas, Nusa Dua Beach Hotel Dijual.” KOMPAS, 26 Mei 1989.
  4. DS (1989). “Nusa Dua tidak ditawarkan.” KOMPAS, 27 Mei 1989.
  5. MH (1989). “Hotel Nusa Dua Beach Ditawar Brunei.” KOMPAS, 19 Oktober 1989.
  6. NN (1983). “Peresmian Hotel Nusa Dua Beach dan Berbagai Komentar.” Bali Post, 28 Mei 1983.
  7. TOM (1993). “Kilasan Ekonomi: Hotel Nusa Dua Beach direnovasi”. KOMPAS, 31 Mei 1993.
  8. Web lama Hotel Nusa Dua Beach yang menyinggung renovasi.
  9. A.A. Ayu Oka Saraswati. “Bale Kulkul Sebagai Bangunan Penanda Pendukung Karakter Kota Budaya”. Jurnal: Dimensi Teknik Arsitektur, Universitas Kristen Petra Surabaya
  10. Jomninofri Nazir; Ana Suryana (1990). “Tarif dan Persiapan PATA.” Warta Ekonomi, 2 Juli 1990, hal. 40
  11. “Bisnis Sepekan: Renovasi Nusa Dua dan Sultan Brunei.” TEMPO, 5 Juni 1993, hal. 35
  12. “Whispering Palm Hotel: Pertengahan 1983 Operasi Penuh.” Bali Post, 12 September 1980
  13. “Hotel di Nusa Dua Akan Tambah 450 Kamar Lagi.” Bali Post, 7 Mei 1980
  14. “Aerowisata to build first hotel in Nusa Dua” (Aerowisata akan bangun hotel pertama di Nusa Dua). Travel Indonesia Vol. 1 No. 6, Desember 1979, hal. 2
  15. “Garuda lays foundation for first Nusa Dua hotel” (Garuda letakkan pondasi hotel pertama Nusa Dua). Travel Indonesia Vol. 2 No. 10, Oktober 1980, hal. 12-13
  16. “Contract signed for Nusa Dua Hotel construction” (Penandatanganan kontrak konstruksi Hotel Nusa Dua Beach). Travel Indonesia Vol. 3 No. 1-2, Januari-Februari 1981, hal. 12
  17. “Topping-off Nusa Dua Beach Hotel” (Nusa Dua Beach Hotel tutup atap). Travel Indonesia Vol. 4 No. 10, Oktober 1982, hal. 4
  18. “Nusa Dua Beach Hotel, harmony between a Man & his environment” (Nusa Dua Beach Hotel, sebuah keseimbangan antara manusia dan lingkungannya). Travel Indonesia Vol. 5 No. 1, Januari 1983, hal. 14-15
  19. “President Suharto inaugurates Nusa Dua Beach Hotel” (Presiden Soeharto resmikan Nusa Dua Beach Hotel). Travel Indonesia Vol. 5 No. 7, Juli 1983, hal. 8-9

Rekomendasi mimin

Dua blog ini menjelaskan secara detail sistem asta kosala-kosali dan bhuwana agung dan bhuwana alit pada arsitektur Bali dan penerapannya, untuk memperkaya pengetahuan anda dan juga mimin sendiri. Bila ada sumber yang lebih tepat untuk hal-hal yang disebutkan, dengan senang hati akan diganti, atau bila sumber cetak, akan ditambah ke glosarium.

  • Hindu Alukta
  • CV Astro Total Solution
  • Ikatan Arsitek Indonesia (1983). “Buku Ke-1 Karya Arsitektur Arsitek Indonesia.” Jakarta: Ikatan Arsitek Indonesia. Halaman 85-86.
  • Nadia Purwestri; M. Nanda Widyarta (2012). “Mencari Lokalitas: Atelier 6, YB Mangunwijaya dan Gedung Pusat Administrasi Universitas Indonesia.” Tegang Bentang, persembahan Pusat Dokumentasi Arsitektur Indonesia dan Intiland. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Halaman 122-131
  • Udo Kultermann (1986). “Architecture in South-East Asia 2: Indonesia“. MIMAR: Architecture in Development No. 21, Juli-September 1986, hal. 45-52 (arsip)

Lokasi

Kunjungilah Trakteer SGPC untuk mendapatkan konten-konten akses dini dan eksklusif, dan bila anda perlu bahan dari koleksi pribadi SGPC, anda bisa mengunjungi TORSIP SGPC. Belum bisa bikin e-commerce sendiri sayangnya....


Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *