Setiap Gedung Punya Cerita

Blog Sejarah Gedung-Gedung Indonesia

Iklan

Wisma Hayam Wuruk

Ditulis pada tanggal

oleh

Terbaru:

Wisma Hayam Wuruk adalah gedung tinggi pertama di kawasan Jalan Hayam Wuruk dan Jalan Gajah Mada yang didominasi rukan-rukan berlantai 3. Merupakan sebuah penanaman modal asing, gedung ini dirancang oleh tim arsitek dari Alfred A. Yee & Associates asal Honolulu, Amerika Serikat, dan dibangun oleh perusahaan E.E. Black Construction Indonesia. Wisma Hayam Wuruk dibangun di bekas lahan percetakan Daya Upaya atau Drukkerij de Unie.

Saat dibangun, gedung berlantai 15 dengan gedung parkiran berlantai empat ini mencuri perhatian insan arsitektur tanah air karena desainnya yang unik di masanya, serta teknologi yang digunakan. Saat ini, Wisma Hayam Wuruk masih dikelola oleh Manning Development, anak usaha Gajah Tunggal.

Wisma Hayam Wuruk pra renovasi, Desember 2014
Wisma Hayam Wuruk sebelum direnovasi, 2014. Foto oleh mimin SGPC

Peneleusuran kilat


Iklan

Sejarah Wisma Hayam Wuruk: Bekas kantor pusat HSBC

Pembangunan Wisma Hayam Wuruk, lapor majalah arsitektur Asian Building & Construction (Oktober 1978), dimulai pada bulan Maret 1974 melalui pengeboran pondasi pertama. Sementara dari referensi media-media nasional, gedung yang berdiri di bekas percetakan Drukkerij de Unie tersebut tutup atap pada 1 Juni 1976.

Kala dibuka pada Agustus 1976, klaim iklan Wisma Hayam Wuruk di koran-koran dan majalah, gedung dengan luas lantai 27 ribu persegi ini menjadi kantor Hongkong & Shanghai Bank, di dua lantai terbawah. Kantor pusat operasional HSBC di Indonesia pindah ke WTC Jakarta sekitar 1985, tetapi bank tersebut mempertahankan cabangnya disini hingga 1990an.

Sayangnya, di balik penampilan unik dan penghuni bekennya, Wisma Hayam Wuruk dikatakan nyaris kosong selama awal operasionalnya hingga Gajah Tunggal mengambil alih gedung tersebut. Tidak disebutkan kapan usaha ban Gajah Tunggal mulai menempati Wisma Hayam Wuruk.

Dari 1984 sampai 1998, gedung berlantai 14 ini menjadi kantor pusat Bank Dagang Nasional Indonesia (bukan Bank Dagang Negara, BUMN bank) hingga dileburkan bersama bank-bank lain ke Bank Internasional Indonesia. Sementara itu sejak 2016, Bank Ganesha resmi berkantor pusat di gedung ini setelah sebelumnya menempati Gedung Ganesha di jalan yang sama.

Baik BDNI dan Bank Ganesha merupakan bagian dari Grup Gajah Tunggal yang membeli PT Manning Development dari pemilik lama Wisma Hayam Wuruk – PT Wisma Gariya – pada tahun 1985 dengan harapan gedung tersebut menjadi kantor pusat konsolidasi untuk perusahaan-perusahaan milik Gajah Tunggal.

Sejak 2016 gedung ini dicat cokelat, menghilangkan konteks brutalist gedung ini.

Wisma Hayam Wuruk dari Hotel Yello Harmoni, Juni 2023
Pemandangan dari Hotel Yello Hayam Wuruk. Foto oleh mimin SGPC

Wisma Hayam Wuruk simpan kapsul waktu pertama di Indonesia

Saat pembangunan gedung selesai, pada 1 Juni 1976, sebuah kapsul waktu dikubur di salah satu bagian struktur gedung, sebagai batu terakhir konstruksi gedung tersebut, berisi foto polaroid upacara penanaman kapsul waktu, sejumlah uang koin dan harian-harian pagi Jakarta terbitan 1 Juni 1976.

Awalnya ditanam foto Presiden Republik Indonesia Soeharto, Gubernur DKI Ali Sadikin dan Ratu Elizabeth II dari Inggris Raya, karena dianggap tidak lazim saat itu, penanaman foto tersebut dibatalkan dan diganti dengan benda yang disebutkan pertama. Hal ini membuat konsep Presiden Joko Widodo menanam kapsul waktu di Merauke pada HUT Republik Indonesia ke-70 tahun 2015 terasa bukan hal yang baru.


Iklan

Arsitektur Wisma Hayam Wuruk: Si brutalist yang terilhami rumah Batak dan Minangkabau

Baik desain arsitektur dan struktur Wisma Hayam Wuruk, seperti yang dijelaskan sebelumnya, sepenuhnya dirancang oleh tim dari Alfred A. Yee & Associates.

Wisma Hayam Wuruk dari Hotel Yello Hayam Wuruk, menampilkan sisi miringnya. Foto oleh mimin SGPC
Potongan samping dan elevasi lantai Wisma Hayam Wuruk
Potongan menyamping dan elevasi lantai Wisma Hayam Wuruk.
Diubah secara digital karena versi aslinya elevasinya tidak runut.
Sumber: Cipta, 03-04/1976

Iklan

Desain gedungnya yang melebar ke atas, menurut laporan majalah Cipta terbitan Maret-April 1976, terilhami oleh gaya rumah tradisional Batak dan Minangkabau yang menonjol keatas. Tak hanya itu, hal ini dilakukan juga untuk memperbesar luas sewa gedung.

Tetapi artikel di majalah AB&C terbitan Oktober 1978 tidak menyebutkan inspirasi rumah tradisional tersebut. Sebaliknya, idenya adalah merancang sebuah bangunan yang menonjol (outstanding building) dengan melebar keluar, menciptakan bangunan yang estetik dan fungsional. Menariknya, gedung ini bebas kolom dalam, sehingga lebih luwes dalam menata interior. A&BC mencatat bahwa desain melebar tersebut memperbesar postur bangunan sebesar 0,3 meter per lantai dari lantai 4 hingga 15.

Wisma Hayam Wuruk malam hari
Dari Jalan Gajah Mada, pada malam hari, menampilkan sisi miring yang sama. Foto oleh mimin SGPC

Material pembangunan struktur gedung bergaya brutalist (berarti ini yang pertama dari empat gedung tinggi brutalist – tiga lainnya adalah Gedung Chairul Saleh, Waskita Heritage dan Bank Indonesia kanwil Semarang) ini menggunakan beton pratekan dan pracetak yang dicetak di Pulogadung. Selain itu, lapis luar gedung mengalami bushhammering (menggosok) dan sandblasting untuk menciptakan permukaan kasar pada tembok gedung.

Seperti Gedung Chairul Saleh yang dibangun 7 tahun kemudian, tembok gedung yang terekspos juga diberi pencegah jamur. Menurut majalah Progress terbitan September 1975, Wisma Hayam Wuruk adalah gedung tinggi pertama di Indonesia yang menggunakan sistem pratekan dan precast, yang pratekannya dilakukan oleh Pacific Prestress Indonesia.

Gedung ini juga dilengkapi dengan parkir 4 lantai untuk 370 mobil. Desain luarnya juga dibuat serasi dengan gedung perkantorannya, namun strukturnya sebenarnya terpisah dari gedung utama.

Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1950an hingga 1970an dapat anda baca di artikel ini


Iklan

Data dan fakta

AlamatJalan Hayam Wuruk No. 8 Gambir, Jakarta Pusat, Jakarta
ArsitekAlfred A. Yee & Associates
PemborongE.E. Black Indonesia
Lama pembangunanMaret 1974 – 1976
Tinggi gedung64 meter
Jumlah lantai15 lantai
SignifikasiArsitektur (brutalist tetapi bukan yang pertama – ralat)
Sumber: Majalah Cipta No. 3-4, 1976, Majalah Progress No. 97 Juni 1976, Majalah Konstruksi Jan-Feb 1977

Referensi

  1. NN (1976). “Wisma Hayam Wuruk”. Majalah Cipta, No. 3-4, 1976.
  2. Majalah Tempo, 13 Maret 1976 (iklan)
  3. Kantor Pusat BDNI, 24 April 1997 dan 16 April 1998
  4. Kantor Pusat Gajah Tunggal, 11 Desember 2018
  5. Kantor Pusat Bank Ganesha, 11 Desember 2018
  6. J (1976). “Ibukota selintas: melebar ke atas”. KOMPAS, 2 Juni 1976.
  7. Alfred A. Yee & Associates (1976). “Surat Pembaca: Wisma Hayam Wuruk”. KOMPAS, 12 Juni 1976.
  8. Irene Agustine (2018). “Monumen Kapsul Waktu Merauke Rampung Oktober 2018, Begini Bentuknya“. Bisnis Indonesia, 24 Juli 2018. Diakses 22 Agustus 2019. (arsip)
  9. “Bangunan Unik di Jakarta: Wisma Hayam Wuruk”. Majalah Konstruksi, Januari-Februari 1977.
  10. “Wisma Gajah Mada: Cari Penyewa”. Majalah Progress No. 97, Juni 1976.
  11. “Indonesia Memasuki Tahun Konstruksi Pratekan Bangunan Tinggi”. Majalah Progress No. 79, September 1975.
  12. “Gajah Tunggal Group: Gajah Gemuk dari Bandengan Utara”. Majalah Prospek, 29 Desember 1990, hal 100-101.
  13. Baso Amir; Radityo D.M. Ibrahim (1990). “Berapa Besar Bisnis Sjamsul di Property?” Majalah SWA No. 1/VI, April 1990, hal. 56-58
  14. “Jakarta bank building features ‘flared’ tower and column-free office floors” (Kantor bank di Jakarta dengan menara berpostur melebar dan ruang bebas kolom). Majalah Asian Building & Construction (edisi Hong Kong), Oktober 1978, hal. 24-27. Akses digital via Perpustakaan Universitas Hong Kong, 24 Oktober 2024

Lokasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *