Google Translation avaliable here. Use at your own risk; some translation may be incorrect or misleading:

Kunjungilah Trakteer SGPC untuk mendapatkan konten-konten akses dini dan eksklusif, serta mendukung blog ini secara saweran. Support us through SGPC’s Trakteer and get early access and exclusive content.

Gedung bersosok besar yang berdiri di Jalan Imam Bardjo SH No. 4 Semarang, yang berdekatan dengan kantor Telkom, Universitas Diponegoro dan kantor Gubernur Jawa Tengah, adalah kantor Bank Indonesia untuk provinsi Jawa Tengah sejak 1992. Ia dibangun sebagai pengganti kantor Bank Indonesia ex-De Javasche Bank yang berada di ujung utara Jalan Pemuda No. 3. Gedung BI ini dirancang oleh tim arsitek dari Prima Disain Widya Adicipta.

Bank Indonesia Semarang
Brutalisme kearifan lokal. Foto oleh mimin SGPC

Rencana Bank Indonesia untuk memindahkan kantor operasional Semarang-nya dari gedung era kolonial Belanda itu lahir sejak 1980. Dalam buku Sejarah Perkembangan Kantor Bank Indonesia Semarang, sejak 1975 aktivitas BI di kota ATLAS mulai meningkat seiring dengan disematkannya status kantor Koordinator Wilayah Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta terhadap kantor ini, dan tentunya membuat kantor di Jalan Pemuda tidak memadai untuk kegiatan-kegiatan BI kedepan. Malah, di tahun 1987, dikabarkan tanah gedung ex-DJB di Jalan Pemuda turun dan diterjang banjir rob.

Konstruksi gedung bergaya brutalist cenderung ke pascamodern itu dimulai pada bulan Maret 1990 hingga selesai dibangun di pertengahan tahun 1992. Bila sesuai jadwal, Bank Indonesia bisa berkantor di gedung ini mulai Juli 1992. Sayangnya, baru pada 23 Mei 1994 atau dua tahun setelah ditempati, gedung senilai Rp. 20 milyar (1992) ini diresmikan oleh Gubernur Bank Indonesia Prof. Dr. Soedradjat Djiwandono. Pemborong milik negara Adhi Karya membangun konstruksi gedung ini sepenuhnya.

Pasca-menempati gedung baru dengan luas lantai 18.288 m2 itu Bank Indonesia melego kantor lamanya ke BPD Jawa Tengah dan kini dimafaatkan sebagai kantor cabang.


Iklan

Brutalisme dengan kearifan lokal

Gedung BI Semarang memiliki gaya arsitektur yang cenderung ke brutalist (ini artinya ia menjadi pencakar langit keempat di Indonesia yang menganut panji brutalisme – lengkapnya baca secara kronik Wisma Hayam WurukKementerian ESDM, dan Waskita Heritage) dengan sedikit bumbu pascamodernisme, dengan polesan panel glass-reinforced concrete (GRC) yang dianggap sebagai yang pertama digunakan di bangunan-bangunan di Kota Atlas. Gedung ini memiliki 8 lantai, 1 semi-basement dan luas lantai kasar 18.288 meter persegi.

Secara resmi, tim arsitek Prima Disain Widya Adicipta mengatakan bahwa perancangan arsitektur Gedung BI Semarang mengacu pada tiga hal yaitu “keutamaan”, menyangkut sifat monumental, sentral dan formal, yang diterapkan bentuk gedung yang monolit, kokoh dengan bahan polesan GRC yang konsisten di sekujur gedungnya; sifat “nasionalitas” yang bisa diartikan pada identitas arsitektur tradisional Indonesia dengan menerapkan filosofi anatomi manusia (kepala-badan-kaki) dan penggunaan atap genteng; dan “regionalitas” yang bisa diartikan pada arsitektur tradisional Jawa, seperti teritisan yang terlihat lebar, plus pemakaian ukiran khas Jawa di interior.

Dalam tulisannya di harian Suara Merdeka, Nuky Krishna Rajasa mengatakan bahwa Gedung BI Semarang dipengaruhi oleh arsitektur lokal yang kuat, terutama dengan masa itu di Jawa Tengah digencarkan gerakan Wawasan Jatidiri yang mengkampanyekan muatan lokal dalam arsitektur Jawa Tengah. Itu bisa dilihat dari proporsi kepala-badan-kaki yang menonjol yang akarnya berasal dari candi-candi di Jawa.

Krishna Rajasa juga mencatat bahwa rancangan Gedung BI Semarang, dengan polesan GRC memberikan kesan kuat, monolith dan menonjol yang berfungsi menonjolkan nama besar Bank Indonesia sebagai instrumen moneter negara. Pengaplikasian rancangan tersebut juga diterapkan hingga ke bagian-bagian fungsional seperti talang corong, atap dan pelindung matahari (sun shading).

Buku arsitektur resmi Bank Indonesia juga hampir senada. Namun, karena mereka tahu ini arsitektur modern, penulis buku itu menyebut gedung itu tidak punya ornamen, solid tanpa nilai intrinsik (platonik), tetapi nilai-nilai wawasan jatidiri itu yang menjadikan gedung ini patut diperhatikan.

Tulisan lainnya mengenai gedung-gedung di Semarang dapat anda baca disini


Iklan

Data dan fakta

AlamatJalan Prof. Dr. Imam Bardjo SH No. 4 Semarang Selatan, Semarang, Jawa Tengah
ArsitekIr. Iman Sudibyo (Prima Disain Widya Adicipta)
PemborongAdhi Karya
Lama pembangunan1990 – 1992
Diresmikan23 Mei 1994
Jumlah lantai8 lantai
1 semibasement
Biaya pembangunanRp. 20 milyar (1992)
Rp. 216 milyar (inflasi 2023)
SignifikasiArsitektural (contoh lokal brutalisme)
Referensi: Suara Merdeka 11/2/2018; Bank Indonesia 2012

Referensi

  1. Nuky Krishna Rajasa (2018). “Gedung Bank Indonesia Salah Satu Ikon Arsitektur”. Suara Merdeka, 11 Februari 2018. Diakses 25 Desember 2019. (Arsip)
  2. Profil Kantor Bank Indonesia Semarang, diakses 25 Desember 2019. (Arsip)
  3. “Citra: Dibalik Suksesnya Adhi Karya”. Majalah SWAsembada No. 2/IX, Mei 1993. Halaman 110-114. Gambar Gedung BI Semarang di halaman 114.
  4. Suara Merdeka, 26 Mei 1994, hal. 10 (foto maket Gedung BI Semarang)
  5. “BI Akan Tempati Gedung Baru.” Suara Merdeka, 3 Januari 1992 hal. 2
  6. Perkumpulan Pensiunan Bank Indonesia (2013). “Sejarah Perkembangan Kantor Bank Indonesia Semarang.” Jakarta: Perkumpulan Pensiunan Bank Indonesia. Halaman 186-189
  7. Bank Indonesia (2012). “Gedung Bank Indonesia: Jejak Arsitektur Dalam Menggapai Kemakmuran Negeri.” Jakarta: Bank Indonesia. ISBN 978-979-3363-19-6. Halaman 110-113

Lokasi

Kunjungilah Trakteer SGPC untuk mendapatkan konten-konten akses dini dan eksklusif, serta mendukung blog ini secara saweran. Bila anda perlu bahan dari koleksi pribadi SGPC, anda bisa mengunjungi TORSIP SGPC. Belum bisa bikin e-commerce sendiri sayangnya....


Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *