Berdiri di timur Terminal Blok M dan Blok M Square, Pasaraya Blok M – dahulu pernah disebut “Pasaraya Sarinah Jaya”, “Pasaraya Big & Beautiful”, “Pasaraya Grande”, dan “Pasaraya the Pride of Indonesia” – adalah pusat bisnis besar di Blok M Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, yang dimiliki dan dikelola oleh ALatief Corporation sejak 1981.

Pusat bisnis ini terdiri dari 3 gedung, yaitu dua pusat perbelanjaan dan Menara Sentraya, yang merupakan bangunan kantor berlantai 37 yang berdiri di atas bekas gedung parkir Pasaraya Blok M, dengan luas total diklaim mencapai 100 ribu meter persegi (2010). Setelah lebih dari empat dekade beroperasi dan diperluas sebagai pusat belanja yang menyasar kalangan atas – alias menyaingi Aldiron Plaza, Plaza Blok M dan Pasar Melawai, Pasaraya Blok M kini sudah beralih fungsi menjadi campuran kantor dan ritel sejak 2019.

Pasaraya Blok M
Foto oleh mimin SGPC

Penelusuran kilat


Iklan

Gedung Barat/A/”West Building” (1981-1986)

Pasaraya Blok M
Blok Barat Pasaraya Blok M, kuartal kedua 1995. Foto oleh Joe Mud, CC-BY-NC-SA 2.0

Pasaraya awalnya bernama Sarinah Jaya, sebuah department store dan perusahaan eksportir bentukan Abdul Latief, eks pejabat bidang perencanaan Sarinah yang keluar dari BUMN departemen store itu di awal 1970an setelah rencana kerjanya ditolak oleh pejabat teras karena dianggap terlalu progresif. Nama tersebut diambil sebagai gabungan kata “pasar” dan “raya”, yang diartikan sebagai sebuah pasar yang sangat besar. Pada awal 1980an, Sarinah Jaya membangun pusat belanja baru di lahan seluas 2.255 m2 Blok M Kebayoran Baru.

Gedung berbentuk trapesium pendek tersebut selesai dibangun 10 November 1981. Untuk merayakan penyelesaian gedung tersebut, diadakan syukuran dan penandatanganan kerjasama penjualan barang-barang usaha mikro, kecil dan menengah yang dihadiri oleh Gubernur DKI Tjokropranolo. Pusat belanja yang investasinya menelan biaya Rp. 4,7 milyar (1981, setara Rp. 117,5 milyar 2022) akhirnya dibuka pada 17 Desember 1981.

Tahap pertama pembangunan Pasaraya Sarinah Jaya ini terdiri dari lima lantai dan satu rubanah/basemen dengan luas lantai total 11.400 m2, dimana pengelolaan pusat belanjanya dilakukan satu atap oleh Sarinah Jaya. Berikut merupakan jajaran penghuni lantai Pasaraya Sarinah Jaya saat dibuka pada 17 Desember 1981:

Lantai (struktur/mall)Produk
BasementPusat jajanan serba ada dan supermarket
1/DasarKosmetika, perhiasan, tas, busana pria
2/1Busana wanita, sepatu, mainan anak-anak
3/2Pusat Batik Sarinah Jaya
4/3Pusat Rotan Sarinah Jaya
5/4Toko buku, kacamata, kamera, alat elektronik, salon
Referensi: Iklan Pasaraya Sarinah Jaya, Sinar Harapan 17/12/1981

Iklan

Segera setelah konstruksi tahap pertama, pengelola Pasaraya Sarinah Jaya melakukan pembangunan perluasan tahap kedua yang memiliki luas dan lapisan lantai yang lebih besar, dengan sekitar 10 lantai dan 1 basement dan luas lantai total (kemungkinan digabung dengan tahap pertama) 42 ribu m2. Ditengah pembangunan tahap kedua Pasaraya, petaka besar terjadi.

Pasaraya Blok M tempo dulu, 1982
Pasaraya Blok M, 1982. Foto: Seribu Wajah Jakarta 1982
"Di buka 17 Desember '81. PASARAYA SARINAH JAYA Blok M. Saya bukan shopping centre atau pusat pertokoan. Saya bukan hanya sekedar toserba, department store atau Supermarket, tetapi saya adalah konsep baru... pasar Indonesia.Pasar besar yang lengkap di dalam satu atap untuk seluruh kebutuhan Anda sekeluarga.Peragaan barang disesuaikan dengan selera dan kebiasaan cita rasa Indonesia, dalam suasana yang nyaman dengan sarana-sarana kemudahan bagi Anda berbelanja.Dan yang paling penting, kwalitas barang tinggi, harga pantas dan murah."
Iklan Pasaraya Sarinah Jaya sejenis di majalah TEMPO, edisi 19 Desember 1981.

Sebuah kebakaran hebat melanda Pasaraya Sarinah Jaya pada 22 Oktober 1984, diawali dari adanya korsleting listrik yang memicu kobaran api di bak sampah gedung sekitar jam 2 siang, menyebar dengan cepat ke lantai-lantai sekitar melalui celah dan baru bisa dijinakkan pada jam 9 malam. Kebakaran tersebut menghanguskan lantai 3-5 gedung tahap pertama dan keseluruhan gedung tahap kedua yang sedang dalam tahap konstruksi. Kerugian kebakaran tersebut ditaksir mencapai Rp. 15 milyar nilai 1985 (Berita Buana, 26/2/1985) hingga Rp. 17 milyar (1984) (laporan Majalah SWA mengenai ALatief Corporation, 6/1995). Tidak ada laporan korban jiwa dari kejadian ini walau dikabarkan ada 60 orang yang terjebak di atap lantai teratas gedung yang kemudian telah diselamatkan oleh petugas keamanan. Saat itu, Pasaraya Sarinah Jaya – seperti halnya gedung niaga 1980an umumnya – tidak dilengkapi sprinkler dan alarm.

Kejadian tersebut hanyalah salah satu episode dari masa-masa terapes Sarinah Jaya dan Abdul Latief; dua minggu kemudian, outlet Sarinah Jaya di Thamrin diamuk si jago merah. Namun, Latief tidak patah arang. Dengan masih dibukanya outlet Sarinah Jaya di Pasar Baru dan Pluit, serta penjualan aset Latief di Singapura ke investor lain, Sarinah Jaya punya dana cukup buat merenovasi dan melanjutkan pembangunan Pasaraya Blok M yang hancur itu. Ia kembali dibuka pada 27 Februari 1985, satu per satu lantai.


Iklan

Sementara gedung tahap kedua berlantai 10 dan 1 basement tersebut, dengan biaya pembangunan total Rp. 37 milyar, rampung pembangunannya akhir 1985, molor dari rencana awal yang ditentukan, yaitu 11 Maret 1985, dan diresmikan oleh Menteri Perdagangan Rachmat Saleh pada 17 Maret 1986.

Secara perancangan – menurut Abdul Latief kepada majalah Infopapan pada 1986 – sebagai superstore alias pasar raya modern pertama di Indonesia, banyak gebrakan kala itu, mulai dari penggunaan eksterior keramik pertama di Indonesia (yang disusul oleh gedung-gedung lain baik swasta maupun pemerintah), penghapusan penggunaan jendela di lantai teratas gedung, pemanfaatan rekayasa lalu lintas pengunjung (mengandalkan 2 lift dan 26 eskalator), dan penempatan etalase yang sesuai untuk selera pembeli Jakarta.

Dengan pengunjung harian sempat menyentuh 120 ribu orang, suasana tidak terasa sesak berkat strategi yang disebut diatas. Gebrakan lain yang juga disebut oleh Abdul Latief (di harian Suara Karya) adalah penggunaan window display atau pajangan barang di jendela yang diklaim pertama di Indonesia.

Pasaraya Blok M pada malam hari, 1990an awal, foto Jakarta tempo dulu
Pasaraya Blok M pada malam hari. Repro AlatieF Corp. untuk Tempo.

Pada 1991, lantai ketujuh gedung tahap pertama Pasaraya yang awalnya digunakan sebagai balai sidang dialihfungsi sebagai teater berkapasitas 800 orang. Sayangnya, tidak ada informasi kapan teater ini tidak difungsikan lagi.

Kebakaran kembali melanda gedung barat Pasaraya Sarinah Jaya pada dinihari 13 April 1993 jam 00.40. Kebakaran diawali dari korsleting listrik dari instalasi lampu neon yang serampangan di lantai 6 (toko buku dan alat elektronik, asumsi lantai struktur) dan menjalar cepat ke lantai 7 dan 8. Pemadam kebakaran, terdiri dari 28 truk dari semua lima wilayah pemadam kebakaran DKI Jakarta, baru berhasil menjinakkan kebakaran kedua Pasaraya sekitar jam 10 pagi. Kerugian akibat kebakaran ditaksir mencapai Rp. 5 milyar (1993, setara Rp. 49 milyar 2022).

Per 1996, karena perkembangan Pasaraya yang semakin elit, Gedung Barat mulai diisi oleh nama-nama nasional maupun global. Catatan Sejarah Pusat Perbelanjaan Jakarta yang ditarik oleh mimin SGPC mengatakan bahwa pengisinya masih merupakan toko-toko bahan kerajinan lokal, tetapi Levi’s, supermarket Hero (sejak 1996 hingga 2000an), dan ACE Hardware (28 September 1996 – 31 Desember 2021) juga ikut mengisi Gedung Barat.

Per 2019, muncul rencana dari Pasaraya untuk membangun gedung baru di atas bekas Gedung Barat.


Iklan

Gedung Timur/B/”East Building” dan Gedung Teater (1995-2001)

Rencana Pasaraya Blok M East Building 1993, Jakarta 1990an
Sketsa Pasaraya Blok M “Gedung Timur.” Repro AlatieF Corp. untuk Tempo.

Perkembangan Pasaraya Blok M tak berhenti sampai disitu saja. Pada 1990, Pasaraya mendapat lahan ruislag dari Kementerian Luar Negeri lewat tender yang diperebutkan 8 perusahaan swasta di babak akhir tender; untuk mendapatkan lahan yang ditempati apartemen Kemlu tersebut, pihak Pasaraya harus merenovasi Gedung Kementerian Luar Negeri dan membangun kawasan perumahan Kemlu di Jagakarsa dan Cipulir.

Awalnya, di lahan hasil ruislag tersebut akan dibangun sebuah “superblok”, mengikuti tren yang terjadi di zaman Dilan, yaitu pusat belanja berlantai 8, hotel dan apartemen berlantai 20 dengan jumlah 420 kamar hotel dan 186 unit apartemen.

Secara keseluruhan “superblok” gedung timur ini dirancang oleh tim arsitek dari Raymond Hsu & Associates bersama dengan PT Kreasi Arsiva Indonesia, dan strukturnya diurus oleh Wiratman & Associates, dengan gaya arsitektur modern. Pihak Pasaraya saat itu berkeinginan menambah ornamen dan lukisan di interiornya untuk memperkuat nuansa Nusantara untuk perluasan gedung ini. Perkembangan terkini, Pasaraya punya hotel sendiri di sebelah Gedung Timur Pasaraya Blok M, sehingga rencana ini tidak perlu direalisasi.

Pasaraya Grande
Foto oleh Richie Tan

Namun, pembangunan gedung perluasan yang direncanakan akan ditempati oleh department store asal Jepang, Seibu itu baru terealisasi pada awal 1994. Pembangunan gedung perluasan yang dilaksanakan oleh Pembangunan Perumahan berlangsung dari Januari 1994 hingga selesai sepenuhnya pada Januari 1996; tetapi Seibu sudah menempati gedung yang belum rampung itu pada Agustus 1995.

Dengan selesainya tahap kedua yang diperkirakan menghabiskan investasi senilai USD 250 juta (1995), total luas lantai yang ada mencapai sekitar 122 ribu meter persegi (data Bisnis Indonesia Maret 1986 dan SWA 1995). Pemilihan Seibu sebagai rekan kerja Pasaraya cukup masuk akal karena di department store itulah Latief mendalami ilmu manajemen pusat belanja sebelum membentuk Pasaraya Sarinah Jaya.

Saat itu, Seibu menempati empat lantai pertama gedung timur dengan luas lantai bersih 12 ribu m2, menjajakan produk kosmetik dan busana bermerek internasional, kontras dengan fokus lokal Pasaraya Gedung Barat. Lantai 1 (dasar) dialokasikan untuk produk busana dan kosmetika internasional, lantai 2 (1) khusus busana wanita, lantai 3 (2) untuk busana pria dan anak-anak persembahan nama-nama beken, dan lantai 4 (3) menawarkan produk rumah tangga kepada para pembeli.

Selain Seibu, merk asing yang didatangkan oleh Pasaraya untuk pusat belanja berlantai 9 dan 2 basemen itu terdiri dari Maruzen (toko buku dan alat tulis & kantor, 1996-2003) dan Best Denki (elektronik). Sayangnya, krisis moneter dan surutnya minat investor pada kawasan Blok M membuat Pasaraya ikut terdampak, dan sejak itulah Seibu meninggalkan Pasaraya mulai Tahun Baru 1998 – dan kembali ke Indonesia via Grand Indonesia dan Pondok Indah Mall. Maruzen dan Best Denki menyusul setelahnya. Sebagai penggantinya, per 2000an awal, Agis Electronics, Toys R Us, dan Kidz Station akhirnya menempati lantai teratas pusat perbelanjaan tersebut, dan pada satu waktu, stasiun TV milik Latief, Lativi, pernah menggunakan ruang pertokoan Pasaraya sebagai studio (catatan SPPJ).

Pasaraya Blok M - Building B Roof
Atrium Gedung B Pasaraya Blok M, dilihat ke atas. Foto oleh N47 Photos

Pada 2000-2001, Pasaraya menambah lantai gedung timur dari 9 menjadi 11 lantai (selanjutnya 13), dan gedung parkirnya dari 4 menjadi 11 lantai, sudah termasuk adanya bioskop MPX Grande di lantai 10 (9) – sehingga gedung ini bernama “Theatre Building” alias “Gedung Teater”. Penambahan tersebut sekaligus menambah jumlah kapasitas parkir dari 800 menjadi 1.200 kendaraan roda empat. Kontraktor Total Bangun Persada dan Pulau Intan Baja Perkasa secara keroyokan meninggikan parkiran mal ini. Per pertengahan 2000an, berikut merupakan jajaran penghuni baik gedung Barat maupun Timur Pasaraya Blok M:

Lantai (struktur/mall)Penghuni gedung Barat (1986)Penghuni gedung ex-Seibu (1995)Penghuni gedung parkir Grande Theatre
B3TIDAK ADAKosongTIDAK ADA
B2TIDAK ADAAce Hardware, toko ponsel danTIDAK ADA
B1Pusat jajanan serba adaPusat jajanan serba ada dan Supermarket HeroTIDAK ADA
1/DasarKosmetika dan perhiasanKosmetika merk globalGrande Trade Centre
2/1Busana wanita dan aksesorisBusana internasionalParkir
3/2Busana wanita dan anak-anakBusana wanita dan remajaParkir (2A dan 2B)
4/3Busana priaBusana priaParkir
5/4Busana batik dan MuslimBusana batik dan MuslimParkir
6/5Bursa kerajinan tangan IndonesiaToys ‘R’ Us, Kidz Station, toko perabotan dapurParkir
7/6Toko olahragaAgis Electronics, Pasaraya Records, Grande BooksArena billiar dan bowling
8/7KosongKosongSasana kebugaran
9/8Kantor Pasaraya Blok MKosongKosong
10/9Kantor ALatief CorporationKosongBioskop MPX Grande
11/10TIDAK ADAKosongKosong
12/11TIDAK ADAKosongTIDAK ADA
13/12TIDAK ADAKosongTIDAK ADA
Referensi: Halaman resmi Pasaraya Blok M, ca 2002. Diarsip 9 Desember 2007

Sayangnya, di era “Gedung Seibu”, seperti yang dijelaskan di paragraf sebelumnya, pamor Blok M yang turun berimbas ke Pasaraya sehingga beberapa kali harus berganti nama dan sasaran pasar (Mega Pasaraya, Pasaraya Grande dan Pasaraya The Pride of Indonesia). Pada Agustus 2008, Pasaraya sempat mati listrik setelah terjadi ledakan yang diduga bersumber dari panel listrik.

Pada 2015, Pasaraya berhasil mengembalikan Matahari ke Blok M, yang dibuka secara resmi di ruang ritel seluas 12.400 m2 pada 12 Juni 2015; karena Matahari tidak bisa mendulang untung di tempat ini, gerai tersebut tutup pada 30 September 2017. Selang tiga bulan, Pasaraya berhasil menggaet Transmart yang menempati ruang seluas 4.800 m2.


Iklan

Menara Sentraya dan era perkantoran (2012)

Menara Sentraya
Berlapiskan kaca murni. Foto oleh mimin SGPC

Pada 2012, setelah bioskop MPX Grande tutup karena tak sigap pada perubahan peta kompetisi industri bioskop tanah air, Pasaraya memutuskan membangun gedung kantor diatas bekas Gedung Teater yang baru berusia 11 tahun dan dibongkar.

Gedung rancangan arsitek dari Urbane Indonesia sekaligus politisi Ridwan Kamil, mulai dibangun pada 18 April 2012 melalui sebuah upacara pencangkulan lahan (groundbreaking). Gedung kantor berstatus campuran sewa dan jual (rasio 30:70) itu dicanangkan oleh para pengembang menyasar kalangan pengusaha teknologi alias para Dilanowcy yang ingin kepraktisan bekerja dan berkegiatan di satu lokasi.

Menara Sentraya memiliki 37 lantai, 4 ruang bawah tanah, dan menyediakan ruang perkantoran seluas 71 ribu meter persegi; total mencapai 228 ribu m2. Gedung tersebut tutup atap pada 29 Oktober 2014; catatan Colliers menyatakan bahwa sejak 2015, Menara Sentraya sudah resmi digunakan.

Kesulitan pihak Pasaraya mengisi ruang pertokoannya, dan dugaan bahwa menjamurnya bisnis perdagangan secara daring yang menggerogoti konvensional membuat mereka mengeluarkan gebrakan yang tidak biasa. Walau mereka sudah punya Menara Sentraya, ruang toko eks Seibu di gedung timur pun akhirnya disulap menjadi ruang kantor sejak raksasa internet Gojek pindah kantor ke gedung ini mulai 2016, dan sejak 2019 pihak Pasaraya memasarkan gedungnya sebagai sebuah pusat kreatif baru (New Creative Hub dalam bahasa South Jakartan English).

Data dan fakta

AlamatJalan Iskandarsyah Raya No. 1A Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jakarta

Gedung A (Barat)

Selesai dibangun (tahap 1)November 1981
Selesai dibangun (tahap 2)Maret 1986
Dibuka (tahap 1)17 Desember 1981
Diresmikan (tahap 2)17 Maret 1986
Jumlah lantai10 lantai
1 basement
Biaya pembangunan (tahap 1)Rp. 4,7 milyar (1981)
Rp. 117,5 milyar (inflasi 2022)
Biaya pembangunan (tahap 2)Rp. 37 milyar (1986)
Rp. 630 milyar (inflasi 2022)

Gedung B (Seibu/Timur/Gojek)

ArsitekRaymond Hsu & Associates (arsitektur)
Kreasi Arsita Indonesia (architect of record)
Wiratman & Associates (struktur)
Pemborong (awal)Pembangunan Perumahan
Lama pembangunan (awal)Januari 1994 – Januari 1996
Jumlah lantai13 lantai
2 basement
Biaya pembangunan (tahap 1)Rp. 554 milyar (1995)
Rp. 4,5 triliun (inflasi 2022)

Menara Sentraya

ArsitekRidwan Kamil (Urbane Indonesia)
PemborongTotal Bangun Persada
Lama pembangunanApril 2012 – 2015
Jumlah lantai37 lantai
4 basement

Iklan

Referensi

  1. Drs. Abdul Latief (1986). “Superstore = Pasaraya”. Majalah Infopapan No. 7, Juli 1986, hal. 10-14
  2. IR (1991). “Teater Pasaraya.” Majalah SWA No. 1/VII, April 1991, hal. 130
  3. pr (1981). “Pasaraya Pasarkan Hasil Produksi 750 Industri.” KOMPAS, 11 November 1981, hal. 3
  4. Gst (1981). “Pusat Perbelanjaan Dengan Satu Management.” KOMPAS, 8 Desember 1981, hal. 2
  5. D-3 (1981). “Kerjasama Penjualan Hasil Industri Kecil di Pasaraya.” Suara Karya, 11 November 1981
  6. T-4/GW (1981). “Tjokropranolo Resmikan Tempat Perbelanjaan Berlantai V.” Sinar Harapan, 13 November 1981
  7. D-3 (1981). “Pasaraya di Blok M, Pertama di Indonesia.” Suara Karya, 9 Desember 1981
  8. D-3 (1981). “Pasaraya Sarinah Jaya” (keterangan foto). Suara Karya, 10 Desember 1981
  9. Sinar Harapan, 17 Desember 1981 (iklan Pasaraya Sarinah Jaya)
  10. “Pusat Pertokoan Sarinah Jaya Terbakar”. Sinar Harapan, 23 Oktober 1984, hal. 1, 12
  11. P-6 (1984). “Kebakaran Pasaraya Sarinah Cobaan Sekaligus Pelajaran.” Sinar Harapan, 28 Oktober 1984, hal. 1, 11
  12. Berita Buana; ANTARA (1985). “Pasar Sarinah Jaya Mulai Dibuka Tgl. 27 Pebruari 1985.” Berita Buana, 26 Februari 1985
  13. “Jendela Latief Dibuka.” TEMPO, 2 Maret 1985
  14. “Dibuka Kembali” (keterangan foto). Berita Buana, 28 Februari 1985
  15. “Peresmian Sarinah Jaya.” Bisnis Indonesia, 18 Maret 1986
  16. agd/Colliers Jardine (1995). “Bisnis Properti ’95 Versi Colliers Jardine”. Media Indonesia, 8 Desember 1995
  17. as, rie, dar, et al. “Menkeu: Ruislag Sah, Asalkan Prosesnya tak Rugikan Negara”. KOMPAS, 20 Agustus 1992
  18. Nurhajati Kurnia; Wong Tung To (2003). “Perintis Ritel Modern Indonesia: Memoar Pendiri Grup Hero.” Jakarta: Yayasan Kurnia Jakarta. Halaman 118
  19. Saptiwi Djati Retnowati (1991). “Pembangunan Gedung Baru Deplu: Dengan melestarikan Gedung Pancasila.” Majalah Konstruksi No. 158, Juni 1991, hal. 54-55
  20. Advertorial (1996). “Menyambut Go Public Pasaraya: Semakin Profesional Dalam Bisnis ‘Retail’.” KOMPAS, 5 Juni 1996, hal. 21
  21. Ari Prastowati; J.B. Soesetiyo (1995). “Di Timur Mentari Mulai Bercahya”. Warta Ekonomi, 3 April 1995, hal. 27-28
  22. Ita Rosita (1995). “Menambah Outlet Merebut Konsumen.” Warta Ekonomi, 4 Desember 1995, hal. 26
  23. Nukman Luthfie; Umniyati Kowi (1995). “Kepak Sayap Rajawali ALatief Corp.” Majalah SWA No. 3/XI, Juni 1995, hal. 62-64
  24. Rakhidin (2000). “Proyek Pengembangan Gedung Parkir Pasaraya Blok M: Diupgrade Dari 4 Lantai Menjadi 10 Lantai.” Majalah Konstruksi, Januari-Februari 2000, hal. 33-36
  25. Adisti Dini Indreswari (2015). “Pasaraya mengajak Matahari masuk Pasaraya.” KONTAN, 13 Juni 2015. Diakses 4 April 2022 (arsip)
  26. Ropesta Sitorus (2015). “Matahari Buka Gerai Ke-138 di Pasaraya Blok M.” Bisniscom, 13 Juni 2015. Diakses 4 April 2022 (arsip)
  27. Miftah Ardhian (2017). “Matahari Tutup Gerai di Pasaraya Manggarai & Blok M Karena Mal Sepi.” Katadata, 16 September 2017. Diakses 4 April 2022 (arsip)
  28. gah/ndr (2008). “Pasaraya Grande Gelap Gulita.” Detikcom, 7 Agustus 2008. Diakses 4 April 2022 (arsip)
  29. Puti Aini Yasmin (2017). “Transmart Pasaraya Blok M Resmi Dibuka, Ini Daftar Promonya.” Detikcom, 8 Desember 2017, diakses 4 April 2022 (arsip)
  30. Arsip halaman resmi Total Bangun Persada, diarsip 3 November 2018
  31. Arsip halaman resmi PT PP, diarsip 2 Juli 2003
  32. Hafiyyan; Dwi Nicken Tari (2021). “Alasan Gerai Ace Hardware Blok M Ditutup, Beroperasi Sejak 1996.” Bisniscom, 30 Desember 2021. Diakses 4 April 2022 (arsip)
  33. Nadia Felicia (editor) (2010). “Ambisi Pasaraya Untuk Kembali Jadi Legenda.” KOMPAScom, 21 Oktober 2010. Diakses 5 April 2022 (arsip)
  34. “Ritel Asing: Lewat Waralaba pun Jadi.” Majalah Properti Indonesia No. 27, April 1996, hal. bonus 8-9
  35. Nur Januarita Benu (2012). “Menara Sentraya, Perkantoran Tertinggi di Blok M.” Okezone, 18 April 2012. Diakses 6 April 2022 (arsip)
  36. Fatia Qanitat (2014). “Gedung Perkantoran: Menara Sentraya Beroperasi Maret 2015.” Bisniscom, 29 Oktober 2014. Diakses 6 April 2022 (arsip)
  37. Imam Muzakir; Feri Anwar Hidayat (2014). “Investasi US$ 100 Juta, Menara Sentraya Beroperasi Maret 2015.” Beritasatu, 30 Oktober 2014. Diakses 6 April 2022 (arsip)
  38. Halaman resmi Menara Sentraya, diakses 6 April 2022 (arsip)
  39. Halaman resmi Urbane Indonesia, diakses 6 April 2022 (arsip)
  40. Putri Salsabila (2019). “Pasaraya Blok M Berubah Jadi New Creative Hub.” Bisniscom, 22 Mei 2019. Diakses 6 April 2022 (arsip)
  41. Ferry Salanto (2015). “Research & Forecast Report: Jakarta Offices Q4 2015.” Colliers International, diarsip 22 Agustus 2016
  42. Arsip halaman resmi Pasaraya Grande/The Pride of Indonesia:
    1. 9 Mei 2015
    2. Direktori per lantai, 9 Desember 2007
    3. Direktori per toko, Agustus 2002
  43. rx; yp (1993). “Pasar Raya Blok M Terbakar.” Berita Buana, 14 April 1993
  44. “Api Sejak Dini Hari Tadi Terus Berkobar: Pasaraya Sarinah Jaya Blok M Terbakar Lagi.” Suara Pembaruan, 13 April 1993, hal. 1
  45. Yat; Arm; Ush (1993). “Tidak Ada Sabotase dalam Kebakaran Pasaraya.” Media Indonesia, 14 April 1993
  46. Wdh (1993). “Kebakaran Pasaraya Blok M Akibat Lalainya Pengelola.” Media Indonesia, 27 April 1993
  47. Saptiwi Djati Retnowati (1993). “Info Proyek: Hotel Milik Pasaraya.” Majalah Konstruksi No. 177, Januari 1993, hal. 82
  48. Advertorial (1995). “Jakarta Seibu: Pusat Belanja Bertaraf Internasional.” KOMPAS, 18 November 1995, hal. 15
  49. ch (1984). “Ketabahannya Diuji Lagi.” KOMPAS, 24 Oktober 1984, hal. 1
  50. ak/pr/we (1984). “Gedung Sarinah Jaya Tidak Dilengkapi Sprinkler dan Alarm.” KOMPAS, 24 Oktober 1984, hal. 3
  51. Arsip halaman resmi Wiratman & Associates, diarsip 16 Februari 2001
  52. Advertorial (1993). “Pasaraya: Pusat Perbelanjaan Masa Datang.” TEMPO, 13 Maret 1993, hal. 57-60
  53. Hadi Prasojo (1998). “Bendera Asing Masih Berkibar.” Majalah Properti Indonesia No. 51, April 1998, hal. 38

Lokasi