Menara Sudirman merupakan gedung perkantoran yang dikembangkan oleh Lippoland Development, salah satu cabang properti Lippo Group yang sekarang sudah dilebur menjadi Lippo Karawaci, dan kini dikelola oleh sebuah badan pengelola. Gedung berlantai 26 tersebut dikenal sebagai gedung perkantoran terawal yang ditawarkan dalam bentuk hak milik.
Saat pertama dicetuskan, Menara Sudirman berhasil mencuri perhatian khalayak banyak di dunia properti karena berani memasarkan sebuah gedung perkantoran ibarat sebuah apartemen, atau dalam bahasa pasarannya, strata title, ditengah banjir ruang perkantoran yang melanda Jakarta pada tahun 1992. Penjualan ruangan Menara Sudirman dimulai pada akhir Oktober 1992, dan pada awal 1993, majalah mingguan Warta Ekonomi menyebut 82 persen dari ruang perkantoran Sudirman Tower, nama lama Menara Sudirman, ludes terjual calon tenant.
Pembangunan gedung perkantoran berlantai 26 dan 3 basement dengan luas lantai 20 ribu meter persegi ini dilakukan oleh Total Bangun Persada mulai April 1991 sampai Agustus 1993. Konstruksi utama bangunan tersebut selesai pada 30 April 1993. Lippoland dikabarkan menggelontorkan biaya 60 juta dolar AS untuk pembangunan gedung ini, setara dengan Rp 126,5 milyar nilai 1993. Sejak 1994 gedung ini dikelola mandiri oleh para tenantnya dibawah PPKP (Perhimpunan Penghuni Kondominium Perkantoran) Menara Sudirman. Sialnya, pada 9 Agustus 2007, kantor pengelola di lantai basement 2 kecurian uang tunai dan surat-surat berharga.
Menara Sudirman dirancang oleh tim arsitek Airmas Asri bersama dengan RTKL Associates (sekarang CallisonRTKL. Baik Airmas dan RTKL juga bersama-sama merancang Plaza Senayan dan Sinarmas Land Plaza Jakarta) dari Baltimore, AS, menganut gaya pascamodernisme yang konon diilhami oleh arsitektur art deco di negara adidaya Amerika Serikat, dengan penyesuaian tuntutan zaman untuk kebutuhan perkantoran abad 21. Dihimpit Summitmas dan Plaza Asia, Menara Sudirman cukup menonjol dengan elemen membundar di sisi bangunan menghadap Jalan Jenderal Sudirman yang dihiasi oleh mahkota/spire setinggi 17 meter, dan kanopi masuk alias porte cochere yang besar.
Finishing eksterior bangunan menggunakan granit warna rose grey (abu-abu mawar Brasil), lapis kaca biru reflektif dan aluminium. Sementara di sisi strukturnya, pondasi yang digunakan adalah pondasi rakit berkedalaman 3,25 meter; superstruktur alias struktur atas memanfaatkan frame perimeter dengan shear wall pada core bangunan dan plat lantai berpratekan post-tensioning slab. Detail struktur lain, penulis tidak jelaskan lebih banyak.
Data dan fakta
Alamat | Jalan Jenderal Sudirman Kav. 60 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jakarta |
Arsitek | CallisonRTKL (arsitektur) Airmas Asri (architect of record) Haerte Consulting Engineers (struktur) |
Pemborong | Total Bangun Persada |
Lama pembangunan | April 1991 – Agustus 1993 |
Jumlah lantai | 26 lantai 3 basement |
Biaya pembangunan | Rp. 126,5 milyar (1993) Rp. 1,3 triliun (inflasi 2020) |
Referensi
- Dwi Ratih; Saptiwi Djati Retnowati (1993). “Sudirman Tower: Membentuk Identitas Melalu Olahan Puncak dan Dasar Bangunan”. Majalah Konstruksi No. 187, November 1993, hal. 54-60 & 110.
- Novri Handi (1992). “PT Lippoland Development: ‘Penular Wabah’ Strata Title.” Warta Ekonomi, 26 Desember 1992, hal. 21
- Prawito (1992). “Tak Lagi Hanya Menyewa”. Warta Ekonomi, 26 Oktober 1992, hal. 30
- ast (1992). “Lippoland Tawarkan Gedung Perkantoran Sudirman Tower”. KOMPAS, 23 Oktober 1992, hal. 3
- pp (1993). “Lippoland Selesaikan Pembangunan Sudirman Tower”. KOMPAS, 5 Mei 1993, hal. 3
- aan/sss (2007). “Pengelola Gedung Menara Sudirman Dirampok Rp 60 Juta“. Detikcom, 9 Agustus 2007. Diakses 11 Mei 2020 (arsip).
Leave a Reply