Gedung kecil berlantai 4 yang berlokasi di sisi timur Bundaran Hotel Indonesia, dibayangi oleh kantor Deutsche Bank dan Wisma Nusantara, adalah kantor lama dari Kedutaan Besar Inggris selama 50 tahun, sebelum pindah ke kawasan Patra Kuningan, Jakarta Selatan, dekat Kedutaan Besar Australia.
Mayoritas catatan dari sejarah Kedubes Inggris di Indonesia di SGPC disarikan dari blog Room for Diplomacy karya Mark Bertram, pegawai Kemenlu Inggris (Foreign & Commonwealth Office) yang mengumpulkan informasi mengenai bangunan kedutaan Inggris di seluruh dunia. Sebelum 1962, kantor Kedutaan Inggris berada di Jalan Majapahit No. 29, yang disewa dari perusahaan migas Amerika, Standard-Vacuum (sekarang adalah kantor agen wisata Smailing Tour). Pasca pengakuan Belanda terhadap kedaulatan Indonesia di tahun 1949, Pemerintah Inggris mencari tanah baru untuk kantor diplomasinya.
Sebuah tanah seluas 3.400 m2 di dekat Bundaran HI, tepatnya di Jalan Madura (sekarang Jalan Moh. Yamin), dipilih untuk lahan baru Kedubes Inggris dalam bentuk hak guna pakai atas lahan selama 50 tahun mulai 1955 dengan pilihan perpanjangan 25 tahun. Kondisi ekonomi Indonesia yang masih belum stabil dan selisih antara nilai tukar rupiah dan poundsterling versi Bank Indonesia dengan pasar gelap membuat hak guna pakai diputuskan diperpanjang hingga tanpa batas waktu.
Baru pada November 1960 proyek kantor baru Kedubes Inggris dimulai melalui peletakan batu pertama. Departemen Pekerjaan Umum Inggris memutuskan merekrut kuli bangunannya sendiri agar biaya pembangunannya lebih murah dan bisa diselesaikan sebelum perhelatan Asian Games 1962. Kantor Kedutaan Besar Inggris di Menteng, proyek ketiga di Bundaran HI setelah Hotel Indonesia dan Hotel Asoka, diresmikan pada tanggal 2 Agustus 1962, dengan biaya pembangunan 180 ribu poundsterling nilai 1962.
Baru setahun gedung ini ditempati, pada 16 September 1963, kantor Kedubes Inggris diobok-obok dan dibakar massa yang terpancing oleh pengumuman dibentuknya Malaysia, yang dianggap oleh Presiden Soekarno sebagai “negara boneka Inggris.” Dengan semangat Soekarno mengganyang Inggris dan Malaysia, Kedubes Inggris harus mengungsi ke kediaman duta besar, yang sekarang difungsikan oleh Pemerintah Indonesia sebagai Museum Perumusan Naskah Proklamasi setelah sebelumnya menjadi Perpustakaan Nasional.
Proyek perbaikan gedung berlantai 4 tersebut makan waktu lama dari 1964 hingga 1968 karena hubungan bilateral Indonesia-Inggris yang sempat tidak kondusif hingga akhirnya dinormalisasi setelah Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia, melanjutkan perbaikan gedung itu.
Sejak 1980an muncul rencana Kedutaan Inggris untuk melakukan pembangunan gedung baru, karena gedung yang ada kecil dan sempit. Bahkan ada rencana bekerjasama dengan Deutsche Bank, yang saat itu sedang membangun gedung barunya sendiri, untuk mengembangkan gedung perluasan Kedubes Inggris. Baru sejak 2008 rencana ini digodok serius, dan sejak 2011 Kedutaan Besar Inggris Raya berikut kediaman Duta Besarnya kini berdomisili di lokasinya yang baru dan luas di Jalan Taman Patra Kuningan, Jakarta Selatan.
Pasca-kepindahan Kedubes Inggris Raya ke Kuningan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berniat membeli lahan tersebut dua kali. Pada tahun 2016, Kedubes Inggris sepakat melepas tanah itu ke Pemda DKI untuk pembangunan taman dengan tebusan Rp. 479 milyar, tetapi terhadang oleh status tanah milik Pemerintah Pusat, dan Kedubes Inggris masih ngebon sewa sebesar 63 ribu rupiah/tahun nilai 1961 tanpa menghitung inflasi. Kedutaan Besar Inggris membantah adanya pungutan pajak tersebut. Upaya kedua Pemprov DKI, dengan memanfaatkan PT Jakarta Propertindo dan direncanakan akan dibangun kawasan pengembangan berbasis transit (TOD), digagalkan oleh pihak DPRD DKI.
Data dan fakta
Nama lain | British Embassy Jakarta |
Alamat | Jalan M.H. Thamrin No. 75 Menteng, Jakarta Pusat, Jakarta |
Pemborong | Departemen Pekerjaan Umum Inggris (Ministry of Works) |
Lama pembangunan | November 1960 – Agustus 1962 |
Diresmikan | 2 Agustus 1962 |
Jumlah lantai | 4 lantai |
Biaya pembangunan | £ 180 ribu (1962) £ 4 juta/Rp. 79 milyar (inflasi 2021) |
Referensi
- Mark Bertram. “Indonesia: Jakarta“. Room for Diplomacy, diakses 13 Februari 2022 (arsip)
- Harian Merdeka, 4 Agustus 1962, hal. 1 (foto Kedubes Inggris di pojok kanan bawah)
- “Semangat Ganjang Malaysia di Ibukota Meluap-luap.” Harian Merdeka, 17 September 1963, hal. 1
- Nursita Sari (2018). “Pembelian Lahan Eks Kedubes Inggris yang Batal di Era Ahok dan Anies.” KOMPAScom, 27 November 2018. Diakses 14 Februari 2022 (arsip)
- Asteria Dewi Kartikasari (2016). “Lahan Eks Kedubes Inggris yang Dibeli Pemprov DKI Ternyata Milik Pemerintah Pusat.” Bisniscom, 8 Desember 2016. Diakses 14 Februari 2022 (arsip)
- Suryanto (2008). “Kantor Kedutaan Inggris Pindah ke Kuningan.” ANTARA, 28 Februari 2008. Diakses 14 Februari 2022 (arsip)
- Riani Dwi Lestari (2012). “Konsep Hijau Gedung Kedutaan Inggris di Jakarta.” Okezone, 9 Maret 2012. Diakses 14 Februari 2022 (arsip)
Tinggalkan Balasan