Puri Indah Mall adalah sebuah pusat perbelanjaan kelas menengah yang dikembangkan oleh Antilope Madju Puri Indah sebagai bagian dari kawasan perumahan Puri Indah yang terintegrasi ke kawasan bisnis baru Kembangan, Jakarta Barat, yang juga menjadi tempat baru kantor Walikota Jakarta Barat. Pusat perbelanjaan berlantai tiga tersebut memiliki luas lantai mencapai 175 ribu meter persegi yang menempati lahan 5 hektar (50 ribu meter persegi). Pusat perbelanjaan ini dirancang oleh tim arsitek Design Development Group, yang sekarang bernama BCT Design Team bersama dengan tim dari Perentjana Djaja.
Pembangunan Puri Indah Mall dimulai sejak Agustus 1995 hingga selesai dibangun pada akhir tahun 1996, digarap oleh kerja sama pemborong nasional Tatamulia Nusantara Indah dan Dimensi Engineering Contractors. Puri Indah Mall telah beroperasi mulai Maret 1997, sementara peresmian operasionalnya terjadi pada tanggal 2 November 1997, dihadiri oleh Gubernur DKI Sutiyoso, Menteri Pendidikan & Kebudayaan Wardiman Djojonegoro dan Menteri Perumahan Rakyat Akbar Tandjung. Pembangunan Puri Indah Mall menghabiskan biaya Rp. 135 milyar rupiah (1996, setara Rp. 1 triliun rupiah nilai 2021), dan hingga awal November 1996, 90 persen ruang pertokoan laku dikontrak penghuni.
Pada tahun 2014, Puri Indah Mall diperluas dengan hadirnya PIM Expansion, yang juga dirancang oleh Perentjana Djaja dan dibangun oleh Nusa Raya Cipta. Berbeda dengan PIM awal, gaya arsitektur PIM Expansion membawa panji kontemporer.
Secara kompetisi, mall ini awalnya bersaing dengan Mall Matahari Daan Mogot, Mal Taman Anggrek dan Mall Ciputra; namun perkembangan zaman membuat mal berusia 25 tahun lebih ini bersaing dengan Central Park, Hublife, atau Lippo Mall Puri Indah yang paling terang-terangan berhadapan langsung.
Arsitektur Victoria Puri Indah Mall pemecah rasa bosan
Desain pusat perbelanjaan Puri Indah Mall dirancang dengan gaya arsitektur pascamodernisme, dengan mengadopsi ciri khas gaya Victoria. Menurut pihak Perentjana Djaja, desain tersebut diharap memecah kebosanan dari arsitektur pusat perbelanjaan yang ada. Pusat perbelanjaan tersebut terlihat menonjol berkat kubah pavilion Puri Indah Mall yang di dalamnya menjadi menjadi wahana bermain Puri Land. Di sisi ini juga dipasang lukisan kaca bertajuk “Kapal Layar di Tengah Lautan” buatan seniman Drs. Eddy Noor, yang akan dibahas di bagian selanjutnya. Semuanya menurut wartawan Berita Yudha bahwa desain tersebut merupakan implementasi dari konsep “Mal Bernuansa Seni”
Puri Indah Mall memiliki luas lantai total 175 ribu m2 (belum termasuk perluasannya atau Puri Indah Mall Expansion), atau luas lantai ritelnya mencapai 75 ribu meter persegi, menampung sekitar 240 toko, termasuk department store dan supermarket, dari tingkat kecil hingga besar. Koridornya berbentuk Y menyesuaikan bentuk gedung beserta lahan seluas 8 hektar (80 ribu m2).
Hingga Juli 2023, tenant utama yang menempati pusat belanja ini terdiri dari Metro Department Store, ACE Hardware, Supermarket Hero, Gramedia, Informa, Batik Keris, Miniso, bioskop XXI, Celebrity Fitness, dan pecahan dari Puri Land yaitu Funworld, Fun City dan Kidzlandia. Mayoritas tenant PIM Expansion diisi oleh nama-nama boga seperti Starbucks Coffee.
Per November 1997, tenant awal dari Puri Indah Mall adalah Gramedia (dibuka 12 Maret 1997), Galeri Keris, Cahaya Department Store dan ACE Hardware. Tenant lainnya yang pernah menempati mal ini adalah, semisal, taman bermain Puri Land, yang memiliki roller coaster indoor terbesar di Indonesia saat dibuka dan Best Denki.
Lukisan Kaca “Kapal Layar di Tengah Lautan”
Salah satu fitur arsitektur menarik pada Puri Indah Mall adalah kubah yang diberi lukisan kaca bertajuk “Kapal Layar di Tengah Lautan”. Dengan keliling 63 meter dan tinggi 9 meter (luas total 567 meter persegi), lukisan karya Drs. Eddy Noor ini merupakan yang terbesar di Indonesia dan pernah disertifikasi oleh Museum Rekor Indonesia pada 1 November 1997.
Eddy Noor mengatakan kepada harian KOMPAS mengenai makna dari lukisan itu:
Bagi saya, bentuk kapal layar di tengah lautan mencerminkan kesederhanaan, keberanian, kejuangan dan kekuatan. Kepandaian serta kecintaan terhadap alam dan ketakwaan pada Tuhan serta kepercayaan diri. Selain itu, tercermin keuletan dan pantang menyerah. Semua itu merupakan budaya nenek moyang kita sebagai pelaut.
Eddy Noor kepada KOMPAS, 30 Oktober 1997
Lukisan kaca tersebut dipatri dengan mengadopsi perpaduan gaya tradisional Yogyakarta dan Cirebon.
Data dan fakta
Alamat | Jalan Puri Agung No. 101 Kembangan, Jakarta Barat, Jakarta |
Arsitek (bagian awal) | Design Development Group (arsitektur) Perentjana Djaja (architect of record) |
Arsitek (ekspansi) | Perentjana Djaja |
Pemborong (J.O., bagian awal) | Dimensi Engineering Contractors Tatamulia Nusantara Indah |
Pemborong (ekspansi) | Nusa Raya Cipta |
Lama pembangunan (asli) | Agustus 1995 – Maret 1997 |
Dibuka | Maret 1997 |
Diresmikan | 2 November 1997 |
Jumlah lantai | 4 lantai 1 basement |
Biaya pembangunan | Rp. 135 milyar (1996) Rp. 1 triliun (inflasi 2021) |
Referensi
- Umi Suswatiani (1996). “Mal Puri Indah, Akan tampil dengan Victorian style”. Majalah Konstruksi No. 235, September 1996, hal. 45-48
- Zornia Saphira Devi (1996). “Mal Puri Indah Segera Dibuka”. Majalah Properti Indonesia No. 35, Desember 1996, hal. 12
- PP (1997). “Lukisan Kaca Terbesar Dunia Terima Sertifikasi MURI”. KOMPAS, 31 Oktober 1997, hal. 8
- DMU (1997). “Kilasan Ekonomi: Kubah Terbesar”. KOMPAS, 27 Oktober 1997, hal. 2
- XTA (1997). “Kawasan Kembangan Jakarta Barat: Dipacu Menjadi Pusat Kegiatan Ekonomi Baru”. KOMPAS, 4 April 1997, hal. 3
- Halaman resmi Mal Puri Indah, diakses 18 Juli 2023 (arsip)
- Aylawati Sarwono (2013). “Rekor MURI”. Jakarta: Elex Media Komputindo. Halaman 363
- AY (1997). “Mal Puri Indah Resmi Beroperasi”. Majalah Properti Indonesia No. 47, Desember 1997, hal. 10
- jio (1996). “Mal Puri Indah Hadir di Sentra Primer Jakbar.” Berita Yudha, 4 November 1996 hal. 4
- jio (1996). “MPI sudah terjual 90 persen.” Berita Yudha, 4 November 1996 hal. 4
- ANTARA (1997). “Mal Puri Indah, obyek wisata belanja.” Berita Yudha, 18 Oktober 1997, hal. 6
- ANTARA (1997). “Penghapusan HPS Semen, hal yang dinantikan.” Harian Analisa, 3 November 1997, hal. 6
Leave a Reply