Kedutaan Besar Perancis di Indonesia merupakan perwakilan resmi Pemerintah Perancis di Indonesia, yang beroperasi bersamaan dengan dibentuknya hubungan bilateral Perancis dengan Indonesia sejak 1951.
Sejak 1973 Kedubes Perancis berlokasi di Jalan M.H. Thamrin No. 30, Jakarta Pusat, bersebelahan dengan Sinarmas Land Plaza dan Sarinah. Belum ada informasi mengenai Kedubes Perancis sebelum 1973.
Gedung Kedutaan karya Soejoedi (1973-2012)
Gedung berlantai 5 ini merupakan gedung lama Kedutaan Besar Perancis yang dirancang oleh arsitek legendaris nasional Soejoedi Wirjoatmodjo dari Gubah Laras, yang terkenal dengan karyanya seperti Gedung CONEFO (sekarang DPR/MPR/DPD RI) dan berikutnya adalah Manggala Wanabhakti dan Gedung Sekretariat ASEAN.
Walau dirancang oleh arsitek kenamaan Indonesia, Pemerintah Perancis melalui Kementerian Luar Negeri Perancis menunjuk seorang arsitek dari Perancis, yang identitasnya tidak disebutkan majalah Cipta terbitan Juni 1974. Ia bertugas sebagai konsultan dan perantara antara arsitek lokal dan pihak kedutaan.
Budi A. Sukada dalam bukunya “Membuka Selubung Cakrawala Arsitek Soejoedi” mengklaim bahwa dipilihnya Soejoedi sebagai arsitek Kedubes Perancis di Jakarta muncul setelah Dubes Perancis terpukau dengan kemegahan kantor DPR/MPR RI dan tergerak untuk mengajak tim arsitek Indonesia untuk merancang gedung kedutaan mereka.
Sayangnya, Budi A. Sukada tidak menyebut kapan dan siapa Dubes Perancis yang dimaksud mengunjungi proyek kantor DPR/MPR-RI. SGPC berteori bahwa Claude Cheysson, Dubes Perancis untuk Indonesia 1966-70 (Wikipedia bahasa Perancis), yang mengunjungi proyek itu bersamaan dengan momen kunjungan Mendag Perancis Oliver Guichard pada Agustus 1967.
Peletakan batu pertama dilaksanakan pada bulan Agustus 1967 oleh Menteri Perdagangan Perancis Oliver Guichard, bersamaan dengan momen kunjungan kenegaraan Mendag Perancis di Indonesia. Setelah peletakan batu pertama, perencanaan berlangsung – sangat lama karena kendala dana – mulai 1968 dan selesai 1971. Gedung selesai dibangun pada Agustus 1973 dengan biaya pembangunan 200 juta rupiah kala itu. Belum diketahui tanggal pembukaan resminya.
Arsitektur Gedung Kedutaan Besar Perancis era Soejoedi inspirasinya cukup dekat dengan Perancis sendiri……
Gedung Kedutaan Besar Perancis lama memiliki luas hanya 2.000 meter persegi, dengan lapis luar gedungnya yang brutalist (lapisan beton terekspos), mengisi ruang kosong di samping gedung Sarinah. Secara dalaman, gedung ini difungsikan sepenuhnya untuk operasional konsular dan diplomat Perancis.
Orientasi jendelanya yang hadap utara dan selatan alias tidak hadap Jalan M.H. Thamrin bisa membantu mencegah paparan sinar matahari langsung ke dalam gedung, sementara bagian sampingnya, alias kata Budi A. Sukada “bagian masifnya”, dibuat melengkung seperti karya seni Perancis atau India – yang menurut Majalah Konstruksi bisa mengarah pada proyek Le Corbusier (bukan Deddy Corbuzier ya, anak-anak……) di Notre-Dame du Haut di Ronchamp, Perancis dan bangunan Pemda Haryana dan Punjabi di Chandigarh, India.
Gedung Kedubes Perancis lama, mirip dengan Manggala Wanabakti dan Gedung Nusantara III DPR/MPR-RI, menurut Han Awal kepada Majalah Konstruksi dipengaruhi oleh arsitektur Nordik dan magangnya di Jerman Barat.
Eksteriornya yang agak kasar agaknya ada hubungannya dengan tuntutan menserasikan desain Kedubes Perancis dengan pusat perbelanjaan besar itu. Tak jelas kapan gedung Kedutaan Perancis ini dicat putih, terakhir difoto menjelang ajalnya pada 2012.
Konstruksi gedung memanfaatkan beton bertulang dengan tiang pancang biasa dan struktur kolom tak berlangit. Menurut Budi A. Sukada inilah proyek beton bertulang terawal di Indonesia. Finishing dikontrol oleh Paris, walau tak harus buatan Perancis seperti yang mereka demonstrasikan di kantor Kedutaan Perancis baru dan hotel Le Meridien Jakarta.
Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1950an hingga 1970an dapat anda baca di artikel ini
Gedung Kedutaan karya Segond-Guyon (2013-sekarang)
Kedutaan Besar Perancis pindah sementara ke lantai 40 Menara BCA saat ajal bagi gedung karya Soejoedi diketok pada Maret 2012. Pasca pembongkaran, gedung berlantai 6 ini memulai pembangunannya pada September 2013 dan resmi digunakan sejak November 2014, sebulan setelah gedungnya selesai dibangun pada 20 Oktober 2014. Seluruh gedung dan pembangunannya dilakukan pemborong dari Paris bersama-sama dengan pemborong dari Jakarta.
Merujuk dari kata-kata arsitek Segond-Guyon kepada Archdaily, ide dari pembangunan gedung yang luasnya tiga kali lipat gedung buatan Soejoedi ini (7.400 meter persegi) ini cukup simpel dan mudah dipahami, yaitu meleburkan semua aktivitas institusi kebudayaan dan diplomasi Perancis ke dalam sebuah kompleks. Memang satu kompleks, tapi pintunya beda. Di Jalan MH Thamrin, pintu masuk mengarah ke kantor institusi kebudayaan Perancis yang terbuka dan satunya, pintu di Jalan Sunda, adalah kantor Kedutaan yang dijaga ketat.
Bagi tim arsitek Segond-Guyon, keamanan tak lagi sebuah guyonan belaka, dengan memberikan pelapis aluminium bervernis dan besi cetak sebagai simbolisasi rasa aman, dan kerahasiaan bagi gedung Chancery (utama). Versi Vinci, penggunaan besi cetak tersebut juga memastikan gaya inersia yang cukup untuk penerapan struktur load-bearing minimum. Penyatuan gedung, walau sebernarnya terpisah, menjadi solusi dari permasalahan menyatukan sebuah institusi kebudayaan dan kedutaan.
Data dan fakta
Versi Soejoedi
Alamat | Jalan M.H. Thamrin No. 30 Menteng, Jakarta Pusat, Jakarta |
Arsitek | Soejoedi Wirjoatmodjo (Gubah Laras) |
Pemborong | Pembangunan Jaya (struktur) PT Taman Tropik (lanskap) |
Lama pembangunan | 1967 – 1973 |
Dibongkar | 2013 |
Jumlah lantai | 5 lantai |
Tinggi gedung | 19 meter |
Biaya pembangunan | Rp 200 juta (1972) Rp 25 milyar (inflasi 2023) |
Signifikasi | Arsitektur (salah satu mahakarya Soejoedi) |
Versi Segond-Guyon
Alamat | Jalan M.H. Thamrin No. 30 Menteng, Jakarta Pusat, Jakarta |
Arsitek | Segond-Guyon Architectes (arsitektur) Atelier 6 (architect of record) Frédéric Reynaud (lanskap) |
Pemborong | Vinci Grands Projets Nusantara Konstruksi Enjiniring (partner lokal) |
Lama pembangunan | September 2013 – Oktober 2014 |
Jumlah lantai | 6 lantai 1 basement |
Referensi
- NN (1974). “Gedung Kedutaan Besar Perancis”. Majalah Cipta, April 1974.
- Segond-Guyon Architectes (2016). “Embassy of France and French Institute in Jakarta / Segond-Guyon Architectes”. ArchDaily, 5 Januari 2016. (arsip)
- NN. “The French Embassy”. Vinci Construction. (arsip)
- 7 Februari 2012 (ke gedung BCA) – arsip
- 2 Agustus 2014 (kembali ke kawasan kedutaan) – arsip foto – web
- “Kerdjasama Ekonomi Indonesia-Perantjis.” Majalah Pantjaran Ampera No. 4 tahun I, 1967, hal. 12-13
- Sukada, Budi A. (2012). “Membuka Selubung Cakrawala Arsitek Soejoedi.” Jakarta: Gubah Laras. Halaman 112-113
- Rahmi Hidayat (1994). “Karya arsitek Soejoedi: Sarat Makna, berkarakter dan bersejarah.” Majalah Konstruksi No. 199, November 1994, hal. 13-16
Leave a Reply