Kawasan Manggala Wanabakti adalah sebuah kompleks perkantoran pemerintah dan swasta yang berlokasi tepat di utara Kawasan MPR/DPR sebagai bagian dari pembangunan kawasan penunjang MPR/DPR, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Kawasan tersebut menempati lahan seluas 12,1 hektar yang memadukan ruangan terbuka hijau dan gedung perkantoran.

Kawasan seluas 12,1 hektar ini adalah rancangan tim arsitek Gubah Laras pimpinan Soejoedi Wirjoatmodjo dan dibangun oleh konsorsium tiga perusahaan kontraktor bernama PT Tri Darma Utama dari 1976 hingga rampung pada tahun 1983. Pada tahun 1992 dibangun gedung tambahan di samping salah satu blok eksisting.

Salah satu gedung dengan arsitektur terapik se-Indonesia setelah tetangganya, 26 April 2024. Foto oleh mimin SGPC.

Penelusuran kilat


Iklan

Sejarah Manggala Wanabakti: Dibangun sebagai pusat kehutanan

Manggala Wanabakti saat dibangun, 1979. Jakarta tempo doeloe 1970an
Blok 4 dalam tahap konstruksi, pertengahan 1979. Foto oleh Majalah Konstruksi

Manggala Wanabakti sebenarnya telah dicetuskan sejak 1973. Menurut Dirut Badan Pengelola Gedung Manggala Wanabakti saat itu, Koesnandar Tirtaamidjaja, kepada majalah Asri (Februari 1984), ide tersebut muncul saat Departemen Kehutanan masih merupakan Dirjen karena pihak kementerian merasa bahwa untuk mengelola kawasan hutan sebesar 120 juta hektar kala itu, sarananya masih kurang cukup.

Dukungan dari Pemerintah dan para rimbawan melahirkan sebuah Peraturan Presiden No. 43 Tahun 1974, yang memandatkan Dirjen Perhutanan Departemen Pertanian untuk membangun Gedung Pusat Kehutanan dan Taman Hutan.

Pembangunan kawasan ini dimulai pada tanggal 25 Maret 1976 dengan peletakan batu pertama sekaligus penandatanganan batu pualam oleh Menteri Pertanian Thoyib Hadiwijoyo. Perencanaan pembangunan Pusat Kehutanan didasari oleh faktor klasik yaitu lokasi kantor Dirjen Perhutanan yang saat itu terpencar.

Pembangunannya dilakukan oleh PT Tri Darma Utama, konsorsium dari PT New Sahid Builders, PT Pembangunan Jaya dan PT Nugraha Kencana Jaya. Manggala Wanabakti selesai dibangun sekaligus diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto pada tanggal 24 Agustus 1983. Keseluruhan pendanaan – per 1983 mencapai 50 milyar rupiah atau 1 triliun rupiah nilai 2023 – berasal dari uluran tangan pengusaha perkayuan.

Kawasan ini pertama dikelola oleh sebuah yayasan bernama Sarana Wana Jaya berdasarkan Perpres No. 6 tahun 1983; Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono melalui Perpres No. 7 tahun 2012 menyatakan bahwa Manggala Wanabakti milik negara dan Perpres No. 6/1983 dinyatakan tidak berlaku, sekaligus mengakhiri pengelolaan oleh yayasan.


Iklan

Profil Manggala Wanabakti

Umum: Hanya ada satu blok yang diniagakan

Blok 7 dan Blok 1, 26 April 2024. Foto oleh mimin SGPC

Manggala Wanabakti memiliki 7 gedung, dimulai dari blok 1, 2, 3, 4, 5 dan 6, serta blok 7 yang baru dibangun pada tahun 1992 sebagai kantor sekretariat Gerakan Non Blok. Rencana tersebut tidak terwujud, sebagai pengganti Kementerian Kehutanan & Lingkungan Hidup dan Perhutani sekarang menempati gedung terbaru kawasan legendaris ini.

Blok 1, blok 4 dan blok 7 adalah yang paling menonjol dari kawasan ini. Gedung Blok 1 memiliki 16 lantai dan luas lantai gedung 22 ribu meter persegi, berbentuk persegi panjang dan berfungsi sebagai kantor Kementerian Kehutanan & Lingkungan Hidup, dan Gedung Blok 4 memiliki 11 lantai dan floorplate total 27 ribu meter persegi sebagai kantor komersial.

Blok 7, seperti yang disinggung sebelumnya, dibangun sangat terlambat, baru dibangun pada tahun 1992 sebagai bagian dari KTT Gerakan Nonblok 1992 di Jakarta. Memiliki 15.587 meter persegi, gedung ini tidak masuk dalam rencana desain gedung Manggala Wanabakti, tetapi tetap dirancang oleh Gubah Laras. Dibangun oleh PT Pembangunan Perumahan, gedung berlantai 14 ini diselesaikan selama hanya 6 bulan. Pengalaman ini diulang saat PT PP merenovasi blok tower Hotel Grand Bali Beach yang hangus setahun kemudian. Versi Gubah Laras, pembangunan dilaksanakan dari 1991 sampai awal 1993.

Blok 2, 3, 4, 5 dan 6 merupakan blok berlantai sedikit. Blok 2 dimanfaatkan sebagai pusat kebugaran dan ruang pertemuan, blok 3 merupakan auditorium, blok 5 untuk keperluan mekanik dan listrik, dan blok 6 merupakan perpustakaan, arboretum dan museum Kehutanan.

Blok 6 Manggala Wanabakti digunakan sebagai arboretum dan Museum Kehutanan, 26 April 2024. Foto oleh mimin SGPC.

Iklan

Arsitektural dan struktur: Sebuah “karya pahat” yang tidak memiliki tampak belakang

Gedung I Manggala Wanabakti, 26 April 2024. Foto oleh mimin SGPC.

Baik eksterior, interior dan lanskap Manggala Wanabakti dirancang oleh Gubah Laras pimpinan Soejoedi Wirjoatmodjo, Nurpontjo dan Surasa. Bergaya internasional, Manggala Wanabakti dikenal karena pengolahan eksterior dan lanskapnya yang cukup asri, berirama dengan desain gedungnya yang tidak mengotak. Lanskap asri tersebut tercipta karena banyaknya pohon yang ditanam di kawasan ini oleh peserta Kongres Kehutanan Sedunia 1978 yang berlangsung di Jakarta.

Melihat desain arsitekturnya, Manggala Wanabakti dirancang tak cuma menyesuaikan dengan lanskap yang asri, tetapi untuk menyelaraskan diri dengan kompleks DPR-MPR RI, juga rancangan Soejoedi bersama dengan beberapa arsitek lain. Pemakaian kaca curtain wall dan elemen jendela horizontalnya memberi suasana ringan dan tropis pada kawasan seluas 12,1 hektar ini.

Secara bentuknya, menurut Budi A. Sukada – seorang sejarawan arsitektur yang mengaku-ngaku ahlinya Soejoedi – blok 1 dibentuk dengan “menyayat selubung bidang” dan dihadapkan ke kawasan DPR-MPR RI sementara blok 4 berbentuk Y a la Kementerian Pertanian ditempatkan dekat dengan Jalan Tentara Pelajar, yang konon diusulkan oleh Soejoedi dibangun sebagai gedung perkantoran komersil.

Blok 7 lebih lain lagi, sebagai perluasan era 1990an, dipoles sepenuhnya dengan kaca dan aluminium berwarna hitam. Menurut Sukada, polesan tersebut merupakan upaya agar keberadaan Blok 7 tidak terlalu mengganggu tampilan awal Blok 1. Secara keseluruhan, kata Budi A. Sukada lagi, penataan gedung Manggala Wanabakti menghasilkan “wujud-wujud geometris dalam sumbu tegak lurus dan diagonal secara berkesinambungan.”

Seluruh kawasan gedung ini menggunakan struktur beton bertulang kecuali atap blok 2 dan 3 yang memanfaatkan struktur baja dan atap pelat tembaga.

Disamping lanskap asri tersebut terdapat sebuah waduk dimana keduanya berfungsi sebagai miniatur ekosistem Indonesia, sebagai kantung hujan kota Jakarta dan rekreasi.


Iklan

Manggala Wanabakti Blok 4
Blok 4 adalah satu-satunya gedung di Manggala Wanabakti yang diniagakan, 26 April 2024. Foto oleh mimin SGPC

Arsitek Andra Martin, kepada Nicholas Saputra sebagai narator serial web Maestro Indonesia, mengatakan bahwa Manggala Wanabakti “seolah-olah semacam sebuah sculpture di tengah taman, bahkan tidak memiliki tampak belakang” dan “sangat indah dipandang”. Dalam wawancara yang sama, gedung berlapis keramik putih dan kaca hitam inilah inspirasi Andra dalam merancang hotel The Katamama di Seminyak.

Arsitek ternama Han Awal, dalam sebuah wawancara dengan Majalah Konstruksi (November 1994), mengatakan bahwa karakteristik irisan dan geseran pada bentuk gedung Manggala Wanabakti (serta beberapa gedung lainnya seperti Gedung Nusantara III dan Kedutaan Besar Perancis lama) dipengaruhi oleh arsitektur Nordik Eropa dan kegiatan magangnya di biro Hentrich-Petschnigg Partners di Düsseldorf, Jerman (Barat).

Baik argumen Budi A. Sukada, Han Awal dan Andra Matin didukung oleh statemen Nurpontjo yang diwawancara awak media majalah arsitektur dan pertamanan Asri edisi Februari 1984. Nurpontjo mengatakan bahwa, mengingat ia berdiri di ruang terbuka hijau Gedung DPR-MPR-RI yang tercipta sejak 1978, bangunan ini dirancang tidak boleh mengganggu – sebaliknya harus mendukung – Gedung DPR-MPR-RI sehingga memperkuat eksistensi Manggala Wanabakti. Jarak pandangnya dengan gedung parlemen dibuat dengan bobot yang dan perbandingan yang representatif.

Selain itu, pihak perancang menerapkan desaiin berbentuk amorf alias bentuk segala sudut supaya bisa saling mengisi, agar terjadi sebuah interferensi yang serasi serta berhubungan dengan lingkungan hijaunya. Ini yang menjadi sumber dari argumen sculpture Andra Matin di video Pembangunan Jaya tersebut. Sementara sumbu bangunannya bisa tercipta tanpa eksis (ini maksudnya apa; as adalah sumbu menurut referensi) yang kuat dan tegas; namun dibuat sedemikian rupa tanpa penegasan garis lurus dan tegas.


Iklan

Data dan fakta

AlamatJalan Gatot Subroto Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jakarta
Arsitek (blok 1 dan 4)Soejoedi Wirjoatmodjo (Gubah Laras)
Arsitek (blok 7)Gubah Laras
Pemborong (blok 1 dan 4, konsorsium
Tri Darma Utama)
New Sahid Builders
Pembangunan Jaya
Nugraha Kencana Jaya
Pemborong (blok 7)Pembangunan Perumahan
Lama pembangunan (blok 1 dan 4) April 1976 – Agustus 1983
Lama pembangunan (blok 7)1992 (Versi PT PP. Versi Gubah Laras menyebutkan konstruksi dimulai 1991 sampai 1993)
Diresmikan24 Agustus 1983
Jumlah lantai (blok 1)16 lantai
Jumlah lantai (blok 4)11 lantai
Jumlah lantai (blok 7)14 lantai
Biaya pembangunanRp. 50 milyar (1983)
Rp 1 triliun (inflasi 2023)
SignifikasiArsitektur
(karya Soejoedi Wirjoatmodjo)
Referensi: KOMPAS/Sinar Harapan 22/8/1983 & 24/8/1983, Majalah Konstruksi #187 November 1993, Ikatan Arsitek Indonesia 1993

Referensi

  1. ra (1983). “Gedung Pusat Kehutanan Diresmikan”. KOMPAS, 24 Agustus 1983, diakses via Soeharto.co pada tanggal 16 Januari 2020 (arsip)
  2. pom/dar (1983). “Gedung Manggala Wanabakti akan Diresmikan Presiden”. KOMPAS, 22 Agustus 1983.
  3. F-2 (1983). “Presiden Akan Resmikan Gedung Pusat Kehutanan”. Sinar Harapan, 22 Agustus 1983.
  4. B-3 (1983). “Manggala Wana Bhakti Diresmikan, Presiden Bubuhkan Tandatangan Pada Fosil Berumur 10.000 Tahun”. Sinar Harapan, 24 Agustus 1983.
  5. dr (1976). “Rp. 12 milyar untuk biaya gedung Pusat Perhutanan.” KOMPAS, 27 Maret 1976, hal. 2
  6. Web resmi Manggala Wanabakti
  7. PT Pembangunan Jaya (2016). “Maestro Indonesia – Soejoedi Wirjoatmodjo“, via YouTube.
  8. Yudho Winarto (2012). “Manggala Wanabhakti kembali ke negara“. Kontan, 2 Februari 2012. Diakses 17 Januari 2020. (arsip)
  9. Dwi Ratih; Saptiwi Djati Retnowati (1993). ” Pembangunan Kembali Hotel Bali Beach, Grand Bali Beach, Hanya dalam waktu 6 1/2 bulan”. Majalah Konstruksi No. 187, November 1993. Halaman 65: “…. proyek yang pernah ditangani PP antara lain proyek Sekretariat KTT Non-Blok di kompleks Manggala Wanabhakti, Jakarta. Gedung setinggi 14 lantai …… konstruksinya diselesaikan dalam 6 bulan.”
  10. “Gedung Pusat Kehutanan”. Progress No. 92, April 1976.
  11. Ikatan Arsitek Indonesia (1983). “Buku Ke-1 Karya Arsitektur Arsitek Indonesia.” Jakarta: Ikatan Arsitek Indonesia. Halaman 73-74.
  12. Arsip web Gubah Laras, diarsip 7 Januari 2007
  13. Sukada, Budi A. 2012. “Membuka Selubung Cakrawala Arsitek Soejoedi.” Jakarta: Gubah Laras. Halaman 206-217
  14. Rahmi Hidayat (1994). “Karya arsitek Soejoedi: Sarat Makna, berkarakter dan bersejarah.” Majalah Konstruksi No. 199, November 1994, hal. 13-16
  15. Tuti; Dina (1984). “Penataan lansekap perkantoran Gedung Departemen Kehutanan.” Majalah Asri No. 13, Februari 1984, hal. 62-71

Lokasi

Google Translate:

Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Banyak tulisan gedung yang SGPC buat sebelum dijadwalkan terbit. Penasaran? Dukung kami via Trakteer.