Google Translation avaliable here. Use at your own risk; some translation may be incorrect or misleading:

Kunjungilah Trakteer SGPC untuk mendapatkan konten-konten akses dini dan eksklusif, serta mendukung blog ini secara saweran. Support us through SGPC’s Trakteer and get early access and exclusive content.

Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta di Jalan Jenderal Sudirman adalah satu dari sedikit bangunan di Jalan Jenderal Sudirman yang dibangun pada dekade 1970an, yang dioperasikan dan dimiliki oleh kelompok perhotelan Grup Sahid. Dirancang oleh tim arsitek PRW Architects, gedung ini dibangun mulai 8 Juli 1970 dan selesai pada awal 1974 oleh Waskita Karya. Hotelnya sendiri diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 23 Maret 1974.

Sejarah Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta: Dibangun tergesa-gesa demi PATA 1974

1970-1986

Proyek Hotel Sahid Jaya didasari oleh kurangnya hotel bertaraf internasional di Indonesia, spesifiknya Jakarta saat itu; di tahun 1969, KOMPAS mewartakan bahwa hanya ada 2000 kamar hotel berstandar internasional yang beroperasi di Indonesia. Penunjukan Indonesia sebagai tuan rumah konferensi PATA (Pacific Asia Tourism Association) 1974 turut mendorong pembangunan lebih banyak ruang hotel. Faktor lainnya adalah keinginan Sukamdani Sahid Gitosardjono, pemilik Grup Hotel Sahid saat itu, mengembangkan sayapnya setelah sukses mengelola Hotel Sahid di Surakarta yang berdiri sejak 1965.

Berbekal pengetahuannya akan rencana induk pembangunan ibukota Jakarta 1965-1985, Sahid membeli beberapa rumah warga dan usaha-usaha yang ada di petak kavling 13, 14 dan 15. Tetapi, upaya ini diwarnai perlawanan dari pemilik rumah atau tempat usaha yang enggan dibeli tempatnya oleh Sahid. Akhir Mei 1970, tanah yang awalnya merupakan rumah-rumah, tempat usaha dan dua toko batik digusur untuk pembangunan Hotel Sahid. Kedua pemilik pabrik tersebut melancarkan gugatan terhadap PT Sahid tidak lama berselang setelah penggusuran, menuntut ganti rugi masing-masing 40 dan 50 juta rupiah, nilai 1970.


Iklan

Penggusuran yang dialami masyarakat dan pengusaha lainnya di atas lahan tanah Sahid sudah dikompensasi. Tetapi, gara-gara gertrak sambal Ali Sadikin di hari peletakan batu pertama itu, pada September 1970, tuntutan pengusaha batik yang toko dan pabriknya digaruk Sahid dibatalkan, dan akhirnya menerima ganti ruginya. Tidak hanya rumah-rumah dan pengusaha setempat yang digusur untuk proyek Hotel Sahid Jaya saat itu, tetapi rumah Sukamdani Sahid sendiri juga ikut dibongkar dan direlokasi ke Radio Dalam.

Peletakan batu pertama dilakukan pada 8 Juli 1970 oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Dalam pidato peletakan batu pertama, Gubernur Ali memperingatkan masyarakat di sekitar Jalan Jenderal Sudirman untuk bersiap pindah ke lokasi lain, karena lahan mereka sejatinya direncanakan dalam rancangan Pemerintah DKI Jakarta sebagai kawasan untuk gedung minimal berlantai 4. Potongan sejarah yang akhirnya membentuk Jakarta dewasa ini khususnya Hotel Sahid sendiri. Pondasinya mulai dipancang pada bulan November 1970 – tetapi catatan Southeast Asia Building tentang Hotel Sahid menyebut tanggal 15 November 1971 sebagai awal mula pemancangan pondasi.

Sahid harus mengorbankan bisnis non-perhotelannya, seperti toko di Pasar Baru dan pabrik percetakan Jembatan Lima, demi membiayai pembangunan Hotel Sahid Jaya senilai 25 juta dolar AS tahun 1974an itu (setara Rp. 10,375 milyar nilai 1974). 75 persen dari biaya pembangunan tersebut berasal dari kredit Bank Bumi Daya dan Bank Rakyat Indonesia. Pengurusan impor yang berbelit-belit serta masih tergolong baru di awal-awal era Orde Baru, menjadi faktor lambatnya penyelesaian hotel ini.

Konferensi PATA 1974 memberi sentuhan keajaiban bagi Hotel Sahid Jaya, saat dipercaya menjadi salah satu hotel yang menampung delegasi PATA dari beberapa negara. Padahal, beberapa hambatan muncul dari hotel ini, mulai dari perancahnya sempat runtuh karena amuk angin kencang pada pagi 9 Januari 1974 hingga pemolesannya yang belum selesai hingga saat Sri Sultan Hamengkubuwono IX (dalam kapasitasnya sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia) meninjau hotel ini pada 15 Maret 1974.


Iklan

Setidaknya, menjelang peresmian, tanggal 23 Maret 1974 jam dua pagi, menurut Sukamdani Sahid sendiri, pemolesan akhir Hotel Sahid Jaya akhirnya bisa diselesaikan. Pada tanggal 23 Maret 1974, Presiden Soeharto meresmikan hotel berlantai 17 tersebut hanya dengan 284 kamar, bersamaan dengan peresmian Hotel Borobudur InterContinental, Balai Sidang Jakarta dan perluasan Hotel Indonesia. Keseluruhan 514 kamar hotel baru bisa digunakan sejak 1976.

Awalnya, hotel ini bernama Sahid Jaya Boulevard Hotel melalui kerjasama pemasaran dengan Travelodge, menggunakan merk Boulevard (seperti pada foto yang dipost di blog ini). Penandatanganan kesepakatan antara Sahid dan Travelodge itu diumumkan lewat koran pada 16 November 1973. Tetapi, karena pasar pariwisata Indonesia yang masih memprihatinkan dan tidak memberi manfaat berarti bagi hotel, pihak Sahid pun memutus kontraknya dengan Travelodge dan membuang nama “Boulevard” dari semua material pemasaran dan baliho hotel ini.

Peristiwa Penutupan Kantor Aeroflot (1982)

Hotel Sahid Jaya menjadi kantor dari beberapa instansi niaga dan juga beberapa maskapai penerbangan. Tetapi bagi Aeroflot, maskapai penerbangan Rusia, punya pengalaman tak enak di Hotel Sahid Jaya. Pada 13 Februari 1982, kantor Aeroflot di Hotel Sahid Jaya tiba-tiba disegel dan papan kantornya langsung diturunkan pihak hotel. Belakangan diketahui penutupan kantor Aeroflot dilatari oleh terbongkarnya lingkaran spionase di Indonesia yang dilakukan oleh pejabat-pejabat Kedubes Soviet, pegawai Aeroflot dan informan-informan lokal pada awal Februari 1982.

Aeroflot kembali berkantor di Indonesia dari Hotel Sahid Jaya sejak Juli 1990. Tidak diketahui kapan Aeroflot menutup kantornya di Hotel Sahid; kini penjualan tiket maskapai berlogo palu arit bersayap ini diserahkan ke Bayu Buana Express yang berkantor di Mayapada Tower I.

Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1950an hingga 1970an dapat anda baca di artikel ini


Iklan

Ekspansi dan renovasi Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta (1986-sekarang)

Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta & Sudirman Centre
Hotel Sahid Jaya sekarang. Foto oleh mimin SGPC

Pada tanggal 22 Desember 1986, Hotel Sahid Jaya membangun perluasan kawasan hotel dengan kapasitas kamar lebih banyak, yaitu 316 kamar, sehingga menggenapkan jumlah kamar Hotel Sahid Jaya menjadi 830 unit. Dalam proyek pembangunan ekspansi ini, PRW Architects kembali ditunjuk untuk merancang desain arsitekturnya sementara pemborong diserahkan kepada Total Bangun Persada.

Ekspansi Hotel Sahid Jaya yang terdiri dari hotel berlantai 20 dan balai sidang dimulai pada akhir Desember 1986 dan selesai dibangun pada akhir 1989. Pada tanggal 23 Desember 1989, Kepala Dirjen Pariwisata Depparpostel Joop Ave mengunjungi balai sidang Sahid yang memasuki masa soft opening dan memuji keberhasilan insinyur Indonesia (spesifiknya, Atelier 6 selaku perancang interior) dalam menciptakan sarana pariwisata yang betul-betul murni Indonesia secara falsafah dan filosofi.

Perluasan Hotel Sahid diresmikan pada tanggal 23 Maret 1990 oleh Wakil Presiden Sudharmono, menghabiskan biaya Rp 50 milyar (nilai 1990, setara Rp 624 milyar nilai 2019). Sahid beralasan mengundang Wapres adalah karena prestisenya yang lebih kecil dari gedung awalnya.

Selain 316 kamar hotel, perluasan Hotel Sahid Jaya juga menyediakan balai sidang yang menampung paling banyak 3000 orang dan beberapa ruang rapat yang lebih kecil, keseluruhan penamaan ruang rapat terinspirasi dari candi-candi di Jawa.

Sejak perluasan pada tahun 1989, SGPC mencatat sudah empat kali Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta mengalami renovasi baik secara interior maupun eksterior, walaupun masih mempertahankan desain eksterior gedung. Renovasi pertama dilakukan untuk keseluruhan gedung lama dan lobi pada tahun 1992-1994 dan tahun 2008-10, 2012-14 dan 2018 untuk merenovasi kamar hotel, fasilitas penunjang dan eksterior secara keseluruhan. Ditengah renovasi pada tahun 2018, ruang kabel hotel di lantai 6 mengalami kebakaran minor karena korsleting listrik, tidak ada korban jiwa dalam kebakaran tersebut.

Di sisi lain, pihak Hotel Sahid mengembangkan beberapa gedung baru seperti Apartemen Istana Sahid, Sahid Sudirman Centre, Rumah Sakit Murni Teguh dan Sahid Sudirman Residence, sehingga menciptakan sebuah superblok baru.

Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1990an dapat anda baca di artikel ini


Iklan

Arsitektur dan Deskripsi Umum Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta: Gedung Perluasan tonjolkan nuansa Jawa

Baik gedung awal maupun perluasan Grand Sahid Jaya Jakarta dirancang oleh tim arsitek dari PRW Architects, sebuah tim arsitek kebanggaan bangsa. Untuk mengakomodasi kalkulasi kebutuhan kamar saat itu sebanyak 500 buah, pihak PRW merancang tiga blok bangunan, terdiri dari gedung utama setinggi (estimasi) 70 meter dan 17 lantai, blok hotel berbentuk Y dan gedung perkantoran di depan gedung utama. Desainnya bergaya internasional, dengan dominasi geometris dengan beberapa sentuhan lengkung sebagai pengimbang.

Hal yang berbeda ditemukan pada gedung perluasannya yang selesai dibangun 1989. Desain gedung perluasan cenderung lebih kaku dan sederhana dibanding gedung awalnya. Kontras dengan balai sidangnya yang menonjolkan nuansa Jawa pada eksterior dan interior balai sidang berkapasitas 3000 orang tersebut.

Otobiografi Sukamdani Sahid memberi petunjuk mengenai interior balai sidang yang dahulu bernama Puri Agung: arsitekturnya berbentuk Jawa tradisional alias joglo dengan atap susun tiga, ditopang empat soko guru (kolom induk) yang diperkuat oleh 12 soko goco (kolom anak) dan 20 soko rowo (kolom anak). Semuanya ada di pinggir balai sidang demi melapangkan lantai balai sidang. Versi laporan majalah Konstruksi mengatakan bahwa soko gurunya dihilangkan, sehingga pada esensinya hanya ada soko goco dan soko rowo. Polesan luarnya menyelipkan falsafah hidup Jawa di langit-langit, sementara lobi luarnya mendapat ukiran kakawin Bharatayudha.

Renovasi-renovasi terakhir yang dilakukan Grand Sahid Jaya Jakarta (Agoda/Booking) membuat jumlah kamar yang tersedia di hotel berbintang empat tersebut menyusut menjadi 560 kamar, terdiri dari empat jenis kamar dan tiga rumah makan.

Data dan fakta

Nama lamaSahid Jaya Boulevard Hotel
Hotel Sahid Jaya
AlamatJalan Jenderal Sudirman No. 86 Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jakarta
ArsitekPRW Architects
Pemborong (gedung 1974)Waskita Karya
Pemborong (gedung 1989)Total Bangun Persada
Lama pembangunan (gedung 1974)Juli 1970 – Maret 1974
Lama pembangunan (gedung 1989)Desember 1986 – Maret 1990
Diresmikan (gedung 1974)23 Maret 1974
Diresmikan (gedung 1989)23 Maret 1990
Jumlah lantai (gedung 1974)17 lantai
Jumlah lantai (gedung 1989)20 lantai
Jumlah kamar560
Biaya pembangunan (gedung 1974)Rp. 10,375 milyar (1974)
Rp. 730 milyar (inflasi 2022)
Biaya pembangunan (gedung 1989)Rp. 50 milyar (1990)
Rp. 657 milyar (inflasi 2022)
Referensi: Ikatan Arsitek Indonesia 1984; Majalah Konstruksi #139 November 1989

Referensi

  1. Wr (1970). “Hotel diatas tanah “Sengketa”. KOMPAS, 8 Juli 1970.
  2. “Sepandjang Djl. Djend. Soedirman hanja untuk bangunan2 bertingkat 4 atau lebih – Gubernur serukan agar penduduk siapkan diri”. KOMPAS, 9 Juli 1970.
  3. “Masalah Ganti Rugi Untuk Penduduk Kapling 15 Djl. Djendral Sudirman”. KOMPAS, 29 September 1970.
  4. KOMPAS, 10 Januari 1974 (keterangan foto)
  5. “Wakil Presiden Tinjau Hotel2 dan “Convention Hall” Selama 5 Jam.” KOMPAS, 16 Maret 1974, hal. 1
  6. rb (1974). “Sejumlah Hotel dan Bangsal Konvensi untuk PATA Seperti “Disulap”. KOMPAS, 25 Maret 1974
  7. KOMPAS, 29 Maret 1974 (Iklan peresmian Hotel Sahid Jaya)
  8. UPI (1982). “Indonesia expels Soviet for spying, closes Aeroflot“. United Press International, 15 Februari 1982. Sumber online diakses 10 September 2019.
  9. KOMPAS, 18 Februari 1982 (keterangan foto)
  10. Rama Slamet; Angelina Lim; Andrew YC Loh (editor) (1985). “The Sahid Jaya: Built for Lasting Service”. Southeast Asia Building, April 1985
  11. Urip Yustono; Dwi Ratih (1989). “Perluasan Sahid Jaya Hotel Jakarta: Menyatu dengan karakter bangunan lama”. Majalah Konstruksi No. 139, November 1989.
  12. Website resmi PT Hotel Sahid Jaya Internasional, diakses 10 September 2019. (arsip)
  13. KOMPAS, 24 Maret 1990 (keterangan foto)
  14. dp/di (1986). “Sahid Memperluas Hotelnya”. KOMPAS, 24 Desember 1986.
  15. Website resmi Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, diakses 13 September 2019. (arsip, pdf)
  16. ee (1992). “Lobi Sahid Jaya Hotel Direnovasi”. KOMPAS, 8 Mei 1992.
  17. Martin Sihombing (2014). “Ruang Kabel Hotel Grand Sahid Jaya Terbakar“. Bisnis Indonesia, 10 Maret 2014. Diakses 25 November 2019. (arsip)
  18. Api Berasal dari Ruang Kabel Listrik Hotel Sahid“. Warta Kota, 10 Maret 2014. Diakses 25 November 2019. (arsip)
  19. Prass (1994). “Properti Spot: Wajah Baru Sahid Jaya”. Majalah Properti Indonesia, No. 6, Juli 1994, hal 45-46
  20. Ikatan Arsitek Indonesia (1984). “Buku Ke-2 Karya Arsitektur Arsitek Indonesia.” Jakarta: Ikatan Arsitek Indonesia. Halaman 110-111.
  21. RT (1969). “Masalah Perhotelan di Indonesia: Djumlah Maupun Fasilitas Belum Memadai”. KOMPAS, 25 Maret 1969, hal. 2
  22. Kemal Effendi Gani; Suwardi (1988). “Di Balik 1.800 Kamar Sahid.” Majalah SWAsembada No. 6/IV, September 1988, hal. 38-41
  23. Iklan Pengumuman Sahid Jaya Boulevard Hotel. Sinar Harapan, 16 November 1973.
  24. Sukamdani Sahid Gitosardjono (1993). “Sukamdani Sahid Gitosardjono: Wirausaha Mengabdi Pembangunan.” Jakarta: CV. Masagung. Halaman 163-180, 204-205, 222-224

Lokasi

Kunjungilah Trakteer SGPC untuk mendapatkan konten-konten akses dini dan eksklusif, serta mendukung blog ini secara saweran. Bila anda perlu bahan dari koleksi pribadi SGPC, anda bisa mengunjungi TORSIP SGPC. Belum bisa bikin e-commerce sendiri sayangnya....


Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *