Google Translation avaliable here. Use at your own risk; some translation may be incorrect or misleading:

Gedung Grha BNI adalah gedung tertinggi di Indonesia, dan Jakarta dari tahun 1989 hingga sekitar 1991 dengan ketinggian 136 meter (disalip kantor BRI II yang memiliki ketinggian 143 meter menurut CTBUH), dan merupakan kantor pusat permanen Bank Negara Indonesia. Grha BNI, berikut nama sekarang gedung yang dirancang Perentjana Djaja bersama dengan P&T Architects, merupakan gedung pintar pertama di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara, karena penggunaan sistem otomasi dan perencanaan ruangannya yang tanggap pada masa depan – itu simpulan yang Setiap Gedung Punya Cerita kutip dari GM Satya Djaya Raya Group William Yiu, yang dimuat di Majalah Konstruksi edisi Maret 1989.

Bank Negara Indonesia head office
Grha BNI. Foto oleh mimin SGPC

Grha BNI awalnya dimiliki oleh Yayasan Dana Pensiun dan Sokongan BNI 1946 (DAPENSO BNI 1946), selain itu BNI juga memerlukan kantor pusatnya yang baru karena Jalan Lada No. 1 rancangan Frederich Silaban sudah tidak muat lagi (rencana ekspansinya sudah dirancang, tetapi tidak dilaksanakan). Proyek dikerjakan secara keroyokan oleh tiga kontraktor besar dibawah panji Sudirman 01 Joint Operation – Jaya Konstruksi, Jaya Obayashi dan Dimensi Engineering Contractors, dimulai dengan peletakan batu oleh Dirut BNI Somala Wiria pada 5 Juli 1986 hingga selesai dibangun sekitar akhir 1988, karena pada awal 1989, saat Majalah Konstruksi edisi Maret 1989 beredar, gedung dengan luas lantai total 70 ribu meter persegi ini sudah lengkap keseluruhan pembangunannya. (Data yang disajikan CTBUH/Emporis/Skyscraperpage mengenai tahun perampungan Grha BNI meleset. Khusus untuk CTBUH, tahun perampungan yang dimaksud ternyata tahun dimulainya pembangunan)

Pada 14 September 1989, Menteri Keuangan Prof. Dr. JB Sumarlin meresmikan penggunaan Kantor Besar Bank Negara Indonesia 1946 dan penempatan BNI di gedung tersebut. Proyek gedung inilah yang pertama di lahan Kav. 1, karena dalam rentang waktu 7 tahun ke depan Dapenso BNI akan membangun dua bangunan prestisius lain yaitu Hotel Shangri-La dan Wisma 46.

Pada 2015, BNI 1946 membeli aset Kantor Besar BNI berikut tanah dari DAPEN BNI (nama baru Dapenso) dengan banderol 1,5 triliun rupiah.


Iklan

Arsitektur dan struktur

Kantor Besar BNI 46
Foto oleh mimin SGPC

Arsitektur Grha BNI memang masih terlihat bergaya internasional rancangan Perentjana Djaja dan Devindo (P&T Architects masih bisa mengklaim Kantor Besar BNI sebagai karya mereka di website resminya), tetapi bisa dikatakan sebagai modernisme akhir karena penggunaan cladding dan desainnya yang tidak lagi “kaku”, ingin beda dari daerah sekitarnya yang cenderung mengotak. Cladding berwarna cokelat dipilih untuk menciptakan nuansa granit, kuat dan setidaknya tidak dicemooh dengan label “WC” karena cladding keramiknya, sementara jendela berwarna cokelat gelap.

Struktur gedung menggunakan pondasi “saturated pile”, diklaim yang pertama di Indonesia. Dalam sistem pondasi tersebut, pondasi rakit (raft) dipadukan dengan pondasi dalam. Hasilnya, blok beton di permukaan, ciri khas pondasi rakit, dipadukan dengan tiang pancang baja di bawah blok, dengan tiang bor sebagai penyeimbang beban. Struktur atas menggunakan beton dengan balok diagonal menggunakan prategang post-tension, dengan struktur vertikal terdiri dari empat core, empat dinding geser (di majalah disebut dinding struktur) di tepi struktur dan 16 kolom.

Sistem bangunan pintar

Grha BNI dalam tahap pembangunan
Foto: Majalah Cipta, 1987

Di zaman sebelum Internet of things – atau Internet di segala alat elektronik – menjadi bahan pembicaraan di dunia maya Indonesia, dan perlu maklum karena Indonesia memang sangat Internet-sentris, sistem bangunan pintar, atau Inggrisnya Intelligent Building System sudah digunakan pada bangunan tinggi di Indonesia, hanya saja jarang terdengar karena pembahasan SBP/IBS masih terbatas pada kalangan terbatas dan tidak melibatkan jaringan Internet, melainkan sentral di gedung itu sendiri.

Kantor Besar BNI alias Grha BNI diklaim merupakan gedung pertama di Indonesia, bahkan Asia Tenggara, dengan sistem SBP/IBS berupa SOB/BAS (sistem otomasi bangunan/building automation system) terkomputerisasi. Penjelasan BNI di advertorial Tempo edisi 23 September 1989 dan William Yiu di Majalah Konstruksi edisi Maret 1989, semua menonjolkan SBP/IBS ini. Mulai dari sistem perlampuan yang menggunakan sensor fotosensitif, kontrol otomatis AC yang bisa mati sendiri bila tidak ada penghuni, hingga otomasi telekomunikasi, lift dan komputerisasi sistem keamanan bangunan bahkan sistem anti kebakaran, semua dikendalikan oleh ruang sentral.

Penunjang SBP/IBS bagi gedung setinggi 136 meter ini adalah Access Floor merk Tate, berguna untuk merapikan sistem kelistrikan secara efektif, dan juga menjadikan Grha BNI tanggap perkembangan zaman. Manfaat dari penggunaan SBP/IBS pada Gedung BNI adalah penghematan energi hingga 30 persen dari gedung sejenis di era 1980an – dan juga menonjolkan citra modern BNI sebagai BUMN perbankan yang tanggap zaman.

Perlu diketahui, ini adalah catatan historis penggunaan SBP/IBS tahun 1989 yang bisa diakses oleh Setiap Gedung Punya Cerita, yang mungkin tidak sesuai dengan perkembangan zaman – apakah mereka sudah melakukan upgrade sistem agar lebih tanggap pada perubahan zaman, masih menjadi tanda tanya. Bahkan sebuah video Tour Day Graha BNI 1946 yang ditemukan SGPC di YouTube masih tidak menjawab misteri SBP/IBS Grha BNI.

Tulisan ini merupakan seri pertama dari tiga seri tulisan mengenai Kompleks Kota BNI.

Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1980an dapat anda baca di artikel ini


Iklan

Data dan fakta

Nama lamaKantor Besar Bank Negara Indonesia
AlamatJalan Jenderal Sudirman Kav. 1 Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jakarta
ArsitekP&T Architects
Perentjana Djaja
Devindo
Pemborong
(dibawah bendera Sudirman 01 J.O.)
Jaya Konstruksi
Jaya Ohbayashi
Dimensi Engineering Contractors
Lama pembangunan1986 – 1989
Diresmikan14 September 1989
Jumlah lantai32 lantai
2 basement
Tinggi gedung136 meter
SignifikasiPariwisata
(landmark kota Jakarta bersama dengan Wisma 46)
Referensi: Majalah Konstruksi #131 Maret 1989

Referensi

  1. Website P&T Architects & Engineers
  2. Website Jaya Konstruksi, 14 Februari 2008
  3. Yustono, Urip; Zaki, Muhammad; Hidayat, Rahmi. “Gedung BNI: Gedung pintar pertama di Asia Tenggara”. Majalah Konstruksi No. 131, Maret 1989.
  4. Advertorial (1989). “Kami Menyongsong Masa Depan”. Tempo, 23 September 1989 (edisi belum diketahui).
  5. Annual Report DAPEN BNI 2015, halaman 51 dan 91 (arsip)
  6. Bank Negara Indonesia (1996). “Swadharma Bhakti Nagara: 50 Tahun Bank Negara Indonesia”. Jakarta: Bank Negara Indonesia. Halaman 102-103.

Lokasi

Kunjungilah Trakteer SGPC untuk mendapatkan konten-konten akses dini dan eksklusif, dan bila anda perlu bahan dari koleksi pribadi SGPC, anda bisa mengunjungi TORSIP SGPC. Belum bisa bikin e-commerce sendiri sayangnya....


Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *