Google Translation avaliable here. Use at your own risk; some translation may be incorrect or misleading:

Kunjungilah Trakteer SGPC untuk mendapatkan konten-konten akses dini dan eksklusif, serta mendukung blog ini secara saweran. Support us through SGPC’s Trakteer and get early access and exclusive content.

Gedung BNI Jakarta Kota, atau gaulnya dinamai Gedoeng BNI, adalah sebuah gedung berlantai lima yang berlokasi di bagian pojok barat kawasan Kota Tua di Jakarta Utara.

Bergaya modernisme pertengahan abad 20, Gedung BNI awalnya dibangun sebagai kantor pusat Bank Negara Indonesia 1946 mulai 1964 hingga pindah ke kantor barunya yang megah di kawasan Sudirman pada tahun 1989. Berdiri di atas tanah seluas 14.400 meter persegi, Gedung BNI adalah mahakarya Friedrich Silaban yang peletakan batu pertamanya dilakukan pada 5 Juli 1956, dan penggunaannya diresmikan pada 5 Juli 1964.

BNI Kota
Oeng oeng…… poeng. Foto oleh mimin SGPC

Iklan

Catatan berita Merdeka pada 6 Juli 1956, arsitektur gedung ini digarap oleh Associatie N.V. (Adhi Karya). Karena Silaban punya biro sendiri, maka Associatie N.V. bisa dianggap sebagai kontraktor gedung ini. Sebelum pembangunan dimulai, muncul rencana agar Bank Indonesia, bank sentral baru eks De Javasche Bank, membangun gedungnya disini. Akhirnya Bank Indonesia membangun gedung barunya di Gambir, dua gedungnya juga dirancang oleh Friedrich Silaban.

Beberapa versi menyebutkan bahwa Gedung BNI selesai dibangun pada 1960, namun foto IPPHOS di harian Merdeka pada tahun 1961 menunjukkan Gedung BNI masih dibangun. Beberapa versi lain, yang lebih akurat, menyebut selesai dibangun 1962. Kantor cabang BNI Kota mulai beroperasi dari gedung ini sejak 16 Juli 1962.

Gedoeng BNI
Sisi siku gedung. Foto oleh mimin SGPC

Secara arsitektural, Gedoeng BNI yang berbentuk L sangat menonjol berkat pemanfaatan pelindung sinar matahari di penjuru jendela bangunan, yang sering dijadikan contoh penerapan brise-soleil, salah satu unsur vital arsitektur tropis. Sayangnya, banyak detail lain dari gedung ini yang tidak pernah dibahas selain gedung ini dirancang Fred Silaban dan punya tabir surya.

Gedung ini juga dimanfaatkan sebagai museum perbankan sejak 5 Juli 1980 dan diresmikan oleh Dirut BNI saat itu, Somala Wiria. BNI hanya membuka museum ini pada saat-saat tertentu saja tanpa alasan yang jelas. Pasca-relokasi kantor pusat ke Jalan Jenderal Sudirman pada 1989, Gedoeng BNI di Jalan Lada pun berganti fungsi menjadi salah satu kantor wilayah dan cabang utama Bank Negara Indonesia di Jakarta. Belakangan, gedung ini juga difungsikan sebagai salah satu kampus diklat BNI Corporate University di Jakarta selain di Slipi.

Pada tanggal 29 Mei 1997, dua lantai teratas kantor BNI hangus terbakar saat gedung ini sedang menjalani renovasi elektrik. Kebakaran menghanguskan sebagian operasional kantor cabang seperti mesin operasional dan dokumen internal. Aset penting di Museum BNI, uang dan data nasabah, selamat.

Sesuai nama dan fungsinya, Gedoeng BNI berfungsi sebagai kantor Bank Negara Indonesia 1946. Anak asuransi BNI Life juga sempat berkantor di gedung ini dari 2003 sampai 2006. Nama gaul gedung ini diadopsi sejak 2018 untuk menyesuaikan diri dengan konteks kawasan Kota Tua – ini pun juga janggal mengingat penggunaan huruf oe digantikan oleh u sejak 1948, hanya tiga tahun selang kemerdekaan Indonesia.


Iklan

Data dan fakta

Nama lamaKantor Besar Bank Negara Indonesia 1946
Gedung BNI
Nama lainBNI Jakarta Kota
AlamatJalan Lada No. 1 Taman Sari, Jakarta Barat, Jakarta
ArsitekFriedrich Silaban (F. Silaban NV)
PemborongAssociatie N.V./Adhi Karya
Lama pembangunan1956 – 1962
Diresmikan5 Juli 1964
Jumlah lantai5 lantai
SignifikasiArsitektur (mahakarya Friedrich Silaban)
Pariwisata (museum perbankan dan salah satu ikon Kota Tua)
Referensi: Merdeka 6/7/1956; Bank Negara Indonesia 1981; Setiadi Sopandi 2017

Referensi

  1. Koresponden Merdeka Jakarta (1956). “Peletakan Batu Pertama Gedung BNI”. Merdeka, 6 Juli 1956, hal. 2
  2. Merdeka, 27 Desember 1961, hal. 1 (foto Soekarno di Gedung BNI)
  3. Silvia Galikano (2017). “Bentang Bagak Arsitek F. Silaban“. Sarasvati, 8 November 2017. Diakses 15 Desember 2020. (arsip)
  4. Dewanti Ratnasarira; Caecilla S. Wijayaputri (2017). “Penerapan Teori Proporsi dan Komposisi Geometris Pada Gedung BNI 46 Karya Silaban“. Jurnal Riset Arsitektur Vol. 1 No. 4, edisi Oktober 2017. Bandung: Universitas Parahyangan. Halaman 389-402 (arsip)
  5. Bank Negara Indonesia (1981). “35 tahun Bank Negara Indonesia 1946, 5 Juli 1946-1981”. Bank Negara Indonesia. Halaman 24
  6. Annual Report BNI Life 2016, hal. 59. Diakses 15 Desember 2020.
  7. Divisi HCT BNI (2018). “Penamaan Gedung-Gedung BNI di Jakarta“. Majalah Info DPBNI No. 60, Agustus 2018, hal. 36-37 (arsip)
  8. arn/mon/ryi (1997). “Kerugian BNI Kota Belum Diketahui”. KOMPAS, 30 Mei 1997, hal. 1
  9. Setiadi Sapandi (2017). “Friedrich Silaban”. Jakarta: Gramedia. Hal. 183, 289-305
  10. Laman resmi Bank Negara Indonesia (arsip)
  11. William Giovanni (2018). “Mengunjungi Museum Tersembunyi di Kota Tua Jakarta: Museum BNI“. Blog Jasa Keuangan dan Teknologi Koko Giovanni (pribadi) (arsip)
  12. BNI Jakarta Kota“. Arsitektur Indonesia (arsip)
  13. Merdeka, 18 Juli 1962, hal. 4 (pengumuman pindah kantor BNI)

Lokasi

Kunjungilah Trakteer SGPC untuk mendapatkan konten-konten akses dini dan eksklusif, serta mendukung blog ini secara saweran. Bila anda perlu bahan dari koleksi pribadi SGPC, anda bisa mengunjungi TORSIP SGPC. Belum bisa bikin e-commerce sendiri sayangnya....


Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *