Setiap Gedung Punya Cerita

Blog Sejarah Gedung-Gedung Indonesia

Iklan

Wisma Kosgoro

Gedung kedua yang dibahas blog ini adalah Wisma Kosgoro, yang mungkin tak banyak diingat masyarakat Jakarta bahkan Indonesia di masa kini karena dianggap tidak ada nilai sejarahnya. Bangunan berlapis kaca itu berlokasi di Jalan M.H. Thamrin, di antara Sinarmas Land Plaza dan Oil Centre.

Memiliki 23 lantai, berketinggian 80 meter, dan selesai dibangun pada tahun 1976 setelah perjuangan merealisaskan keberadaannya selama 10 tahun lebih. Sesuai namanya, dahulu gedung ini adalah milik onderbouw (Partai) Golongan Karya, Kosgoro (Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong), sekaligus penghuni tetapnya.

Wisma Kosgoro
Foto oleh mimin SGPC

Penelusuran kilat


Iklan

Sejarah Wisma Kosgoro, sebuah perjuangan selama 12 tahun

Awal dari pembangunan Wisma Kosgoro ini berliku mengingat keadaan politik Indonesia yang saat itu tidak kondusif. Pada 1964, gedung yang awalnya direncanakan berlantai 15 ini sudah dicanangkan oleh Wakil Perdana Menteri Dr. Chaerul Saleh, tetapi mandeg dan baru memulai tiang pancangnya pada 1971. Pemancangan tidak berlanjut hingga dimulai kembali pada 7 Desember 1973 dengan pemancangan ulang oleh Gubernur DKI kala itu Ali Sadikin. Ali Sadikin, dalam pemancangan ulang gedung berlapis kaca ini, menyinggung banyak soal rumah-rumah yang beralih guna menjadi kantor, industri real estate, dan investasi jalan raya di Jakarta.

Gedung ini dibangun atas kerjasama Kosgoro Business Group dengan Cornwallis Estates Limited dari Inggris, sebuah PMA yang dibentuk pada 1974, setahun usai pembangunan gedung berlantai 23 itu dimulai kembali. Pembangunan gedung ini selesai pada Juli 1976, bertepatan dengan dibukanya operasional gedung tersebut. Biaya pembangunannya adalah sekitar USD 7,4 juta atau ekuivalen Rp. 3,075 milyar rupiah, dengan nilai tetap saat itu Rp. 415 per USD. Dengan memperhitungkan nilai tukar dan inflasi saat ini, pembangunan Wisma Kosgoro menghabiskan biaya USD 30,5 juta setara Rp. 442 milyar.

Saat gedung yang (konon) berdiri di atas tanah sumbangan Presiden Soekarno ini jadi, Wisma Kosgoro menjadi kantor dari Standard Chartered Bank dari Desember 1976 hingga pindah ke gedung yang kini Menara ANZ sekitar 1993. Pasca Stanchart meninggalkan Wisma Kosgoro, Deutsche Bank masuk ke gedung ini mulai Desember 1994, saat mereka mengeksekusi pembongkaran gedung European Asian Bank, hingga 1997.

Kebakaran yang mengakhiri hidup bangunan kaca pertama Indonesia, 9 Maret 2015

Wisma Kosgoro terbakar
Saat Wisma Kosgoro dilalap si jago merah
Foto: Muh. Sirojul Munir

Kebakaran hebat menerjang gedung ini pada 9 Maret 2015 mulai pukul 18.45 sore, saat jam kantor akan menjelang selesai. Kebakaran dimulai dari sebuah kantor di lantai 16 dan menjalar ke atas gedung yaitu lantai 20. 23 mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk memadamkan kebakaran gedung berusia 39 tahun tersebut dan memerlukan waktu 14 jam untuk memadamkan api. Beruntung tidak dilaporkan ada korban tewas atau luka dalam kejadian ini.

Kebakaran gedung ini kembali memicu kontroversi soal keamanan gedung tinggi di Jakarta. Wisma Kosgoro terkena label sebagai gedung yang tidak aman karena sistem anti kebakarannya tidak berfungsi sempurna. Pasca kebakaran, salah satu pejabat Colliers International menyebutkan rencana bahwa gedung ini bakal dibongkar untuk dibangun gedung baru. Pernyataan tersebut akhirnya terbukti pada 2020 setelah Wisma Kosgoro diratakan untuk membangun gedung barunya.


Iklan

Arsitektur Wisma Kosgoro adalah gebrakan yang kontroversial

Wisma Kosgoro menggebrak dunia arsitektural Indonesia karena menjadi gedung pertama yang menggunakan lapis kaca sebagai lapis luar gedung, jauh sebelum gedung kaca angkatan kedua menyerbu cakrawala Jakarta seperti Wisma BCA, Atrium Mulia, dan Plaza Bumi Daya. Untuk penggunaan lapis curtain wall dan makna desainnya disinggung cukup mendetil dalam Majalah Konstruksi terbitan Desember 1985, atau 9 tahun setelah pembangunannya kelar.

Adalah Ir. Raysoeli Moeloek, yang mendesain gedung berketinggian 80 meter ini, yang menjelaskan aspek penggunaan lapis kaca dan desain gedung tersebut. Beliau menjabarkan alasan penggunaan kaca curtain wall untuk Wisma Kosgoro, adalah sebagai simbol bahwa teknologi kontemporer bisa dimanfaatkan di Indonesia. Kaca yang digunakan dalam gedung ini bersifat reflektif, sehingga memantulkan sinar panas dari matahari sehingga mengurangi biaya AC. Hal senada dijabarkan kepala pelaksana proyek Ir. M. Yusuf, kepada KOMPAS yang terbit pada 4 Februari 1976.

Efek sampingnya, kata Moeloek, cahaya memantul ke jalan dan membuat jalanan sekitar panas. Kasus 20 Fenchurch Street di London, Inggris, dimana panas di daerah sekitar salah satu sisi gedung mencapai 50 derajat celcius karena konsentrasi cahaya yang berkumpul di satu titik secara sempurna, adalah gambaran terkini bahaya salah perancangan lapis kaca pada gedung. Beruntung, dalam kasus Wisma Kosgoro, tim perancang meninggikan gedung parkir sehingga pantulan sinar tidak jatuh ke rumah-rumah penduduk (atau sekarang sudah menjadi kawasan niaga) di belakangnya.

Selain itu, Moeloek mencoba mematahkan label egoistis Wisma Kosgoro dengan menjabarkan pemanfaatan ruang urban, dengan menghilangkan pagar dan menjadikan lobi gedung sebuah fasilitas umum kota, yang berarti gedung ini terbuka pada masyarakat umum. Secara struktural, gedung ini menggunakan konstruksi beton pracetak yang amat dibangga-banggakan oleh pemborong Waskita Karya dalam paparannya di DPR-RI sekitar akhir 1976.

“Tidak tropis”

Tetapi argumen Moeloek dan M. Yusuf sebagai tim perancangan arsitektur Wisma Kosgoro masih mendapatkan tantangan. Kuspramono dari International Design Consultants, salah satu perancang S. Widjojo Centre, menyebut Wisma Kosgoro “ekstrem” dimana panas matahari dilawan dengan teknologi lapis kaca sehingga meningkatkan biaya perawatan bangunan dan AC. Bahkan Kuspramono menyebut pola tersebut tidak cocok dengan pola tropis Indonesia dan menyindir “itulah yang dianut oleh Dunia Barat, di mana mereka serba ingin menaklukkan dan menguasai alam”.


Iklan

Data dan fakta

AlamatJalan M.H. Thamrin No. 53 Menteng, Jakarta Pusat, Jakarta
ArsitekIr. Raysoeli Moeloek IAI (Jasa Ferrie & Partners) (arsitektur)
KT Philcox & Associates (struktur)
PemborongWaskita Karya
Lama pembangunan1971 – 1976
Dibongkar2020
Tinggi gedung (KOMPAS, 7/12/1973)80 meter
Jumlah lantai23 lantai
Biaya pembangunanUSD 7,4 juta (1977) / Rp 3,075 milyar (kurs 1977)
Rp 154 milyar (inflasi 2024)
SignifikasiArsitektural (gedung tinggi pertama di Indonesia yang menggunakan lapis kaca)
Referensi: KOMPAS, 7 dan 8 September 1973; Majalah Konstruksi Desember 1985; Majalah Konstruksi Jan-Feb 1977

Referensi

Pembangunan dan fitur gedung

  1. WR (1973). “Akhirnya Wisma Kosgoro Berdiri Juga di Jl. Thamrin”. KOMPAS, 7 Desember 1973.
  2. WR (1973). “Ada Kecenderungan Pengusaha Tak Mengikuti Tertib Planologi Kota”. KOMPAS, 8 Desember 1973.
  3. PUR (1976). “Wisma Kosgoro”. KOMPAS, 4 Februari 1976.
  4. NN (1985). “Berbagai tanggapan tentang dinding kaca untuk bangunan tinggi”. Majalah Konstruksi, Desember 1985.
  5. Iklan Deutsche Bank, KOMPAS, 19 Desember 1994
  6. Web resmi Wisma Kosgoro
  7. Web Waskita Karya (ps. tahun pembangunan salah)
  8. NN (1988). Indonesia Membangun, Bab I. Jakarta: Dumas Sari Warna. Halaman 492.
  9. Iklan Selamat bagi The Chartered Bank dari 10 perusahaan. Sinar Harapan, 20 Desember 1976.
  10. NN (1980). “S. Widjojo Centre, Gedung perkantoran yang “Berswasembada”. Majalah Konstruksi, Februari 1980.
  11. NN (1977). “Proyek Singkat: Gedung Perkantoran Baru di Jl. Thamrin Jakarta.” Majalah Konstruksi, Januari-Februari 1977.

Kebakaran Wisma Kosgoro, 9 Maret 2015

  1. Indeks artikel Kompas.com mengenai kebakaran Wisma Kosgoro
  2. Alexander, Hilda. “Wisma Kosgoro dan Plaza Gani Djemat Akan Dihancurkan”. Kompas.com, 5 Oktober 2016 (arsip)

Lokasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *