Gedung International Financial Centre 1 adalah sebuah gedung berlapis kaca yang dahulu berdiri di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat. Gedung yang dikembangkan oleh Bahana Dharma Utama (awalnya patungan Salim dan Grup Lippo secara adil 50:50) itu dirancang oleh tim arsitek dari Nihon Sekkei bersama dengan Dacrea (seperti yang mereka lakukan di Plaza Kuningan pada tahun yang sama), dan dibangun oleh Shimizu Dextam sebagai Wisma Bank Central Asia.
Konstruksi Wisma Bank Central Asia dimulai dengan pengeboran pondasi pertama pada 22 Februari 1984, dan pembangunannya berlangsung sekitar dua tahun; bila tiada aral melintang, gedung berlantai 18 dengan tinggi 83 meter versi CTBUH lengkap dengan bangunan parkir berlantai 10 ini seharusnya rampung pada April 1986. Majalah Southeast Asia Building melaporkan bahwa proyek ini menghabiskan biaya Rp. 16 milyar (1985).
Awalnya, IFC 1 bernama Wisma Bank Central Asia (BCA), yang sesuai dengan namanya merupakan kantor pusat dari Bank Central Asia, bank milik Grup Salim. Operasional gedung ini – beserta badan direksinya diresmikan penuh pada 21 Januari 1987. Setelah enam tahun operasional, kepemilikan gedung oleh Lippo dijual secara bertahap ke Grup Salim; pada Juni 1992 sisa saham Lippo dijual sepenuhnya dengan tebusan 20,8 milyar rupiah (1992, setara Rp. 229 milyar nilai 2023).
Pada 1998, sebagai akibat dari krisis moneter dan penarikan massal, Bank Central Asia beserta asetnya diambil alih Badan Penyehatan Perbankan Nasional. Untuk menutupi kerugian Bank Central Asia, termasuk menjual Wisma BCA, BPPN membentuk Holdiko Perkasa.
Penawaran dimulai pada 18 Juli 2000, dimana saat itu Holdiko berhasil menjaring 35 calon investor. Keppel Group dari Singapura akhirnya memenangkan tender pembelian gedung ini dengan banderol Rp. 280 milyar (2000, setara Rp. 1 triliun nilai 2023).
Bank Central Asia, selaku pemilik gedung awal dan penghuni pertama gedung ini, setidaknya masih menghuni gedung rancangan Nihon Sekkei ini sampai pindah ke gedung barunya di Grand Indonesia pada 1 September 2008; disusul dengan kantor cabang utamanya yang dipindahkan ke tetangganya, Chase Plaza.
Pasca keluarnya BCA, bank asal Inggris, Barclays masuk mulai 2009 dan mengubah nama gedungnya menjadi Barclays House. Itu juga tidak berlangsung lama, imbas Barclays yang memutuskan untuk menutup layanan perbankan ritelnya di Indonesia dan turun status menjadi kantor perwakilan yang kini berada di Wisma GKBI. Sejak Barclays keluarlah nama gedung diganti lagi menjadi International Financial Centre, ditambahkan angka 1 setelah gedung baru kelar.
Per akhir 2014, penghuni gedung berlapis kaca tersebut terdiri dari Bank Mutiara (selanjutnya J-Trust Bank hingga 2015), Rintis Sejahtera, Tower Bersama dan Ithaca Resources. Tetapi masa jaya gedung ini sudah lewat, terutama dengan merebaknya mania pencakar langit Jakarta.
Di tahun yang sama, Keppel Land mengumumkan akan membongkar Gedung IFC 1 Jakarta, alias eks Wisma BCA, untuk dibangun kembaran International Financial Centre 2 (atau Pusat Keuangan Internasional) setinggi 215 meter. Tetapi pembongkaran tersebut tidak berjalan sampai 2020 – dan sekarang malah ditempati pusat jajanan serba ada kekinian “Chillax”.
Gedung lama International Financial Centre 1 Jakarta, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dikenal sarat dengan lapisan kaca dengan lis aluminium. Di dalam, pengelola menyediakan papan insulasi untuk menutup kegiatan tenant dari masyarakat umum, serta menyediakan “tirai udara” yang berfungsi menetralisir panas matahari dan menyediakan sirkulasi udara alami. Gedung ini memiliki luas lantai total seluas 46.300 meter persegi.
Data dan fakta
Nama lama | Wisma BCA Barclays House International Financial Centre |
Alamat | Jalan Jenderal Sudirman Kav. 22-23 Setiabudi, Jakarta Selatan, Jakarta |
Arsitek | Nihon Sekkei (arsitektur) Dacrea (architect of record, struktur dan mekanik/elektrik) |
Pemborong | Shimizu Dextam |
Lama pembangunan | Februari 1984 – April 1986 |
Dibongkar | 2019 – 2020 |
Jumlah lantai | 18 lantai |
Tinggi gedung (CTBUH) | 83 meter |
Biaya pembangunan | Rp. 16 milyar (1985) Rp. 298 milyar (inflasi 2023) |
Referensi
- Arsip laman resmi Dextam, diarsip 23 Mei 2010
- Laman resmi Shimizu Indonesia, diakses 18 September 2020 (arsip)
- Arsip laman resmi Dacrea, diarsip 13 Juli 2002
- Nihon Sekkei (1988). “Creation of tomorrow environment”. Process Architecture No. 76, 1988. Tokyo: Process Architecture Publishing Co. (snippet)
- Keppel Land Annual Report 2000, diakses 18 September 2020 (arsip)
- Anto Erawan (2014). “Keppel Land Akan Bangun Kembali IFC Tower 1 Jakarta”. Rumah.com, 23 Oktober 2014. Diakses 18 September 2020 (arsip)
- KOMPAS, 1 September 2008, hal. 14 (iklan BCA)
- joe (2000). “30 Investor Asing Incar Wisma BCA”. KOMPAS, 4 Agustus 2000, hal. 13
- har/fey (2000). “Wisma BCA Dijual BPPN Rp 280 Milyar”. KOMPAS, 5 September 2000, hal. 14
- dru/qom (2010). “Barclays Hanya Spekulasi di Indonesia?“. detikcom, 24 Maret 2010. Diakses 18 September 2020 (arsip)
- Hendra Gunawan (2009). “Barclays Bank Indonesia Mulai Beroperasi Agustus Tahun Ini“. KONTAN.co.id, 1 Juni 2009. Diakses 18 September 2020 (arsip)
- Tony Chua (2010). “Keppel Land unlocking value from Barclays House“. Singapore Business Review, 6 September 2010. Diakses 18 September 2020 (arsip)
- “Wisma Bank Central Asia features glass exterior” (Wisma Bank Central Asia menonjol karena eksterior kacanya). Southeast Asia Building, Desember 1985, hal 67
- Iklan ucapan selama gedung baru BCA Jakarta.” Majalah Infobank No. 86, Februari 1986, hal. 28A
- “Lippoland lepas saham 20% Wisma BCA.” Harian Ekonomi “Neraca”, 3 Juni 1992, hal. 2
Leave a Reply