Google Translation avaliable here. Use at your own risk; some translation may be incorrect or misleading:

Kunjungilah Trakteer SGPC untuk mendapatkan konten-konten akses dini dan eksklusif, serta mendukung blog ini secara saweran. Support us through SGPC’s Trakteer and get early access and exclusive content.

Dibalik Layar: Meluruskan Narasi Miring Menara Saidah

Ini merupakan artikel khusus mengenai penulis mencari data mengenai Menara Saidah untuk pembuatan artikel di blog Setiap Gedung Punya Cerita. Entri gedung selanjutnya akan ditampilkan Jumat depan dengan subyek Gedung Dewan Pers.

Potongan Majalah Konstruksi edisi Desember 1997 yang menyinggung Menara Drassindo. Foto dalam majalah oleh Parit V.

Tulisan ini sengaja dibuat untuk menggambarkan bagaimana penulis mengumpulkan data lewat luar dunia maya untuk mendobrak narasi netizen masa kini tentang Menara Saidah yang identik dengan horor dan miring.

Dari mana penulis mendapat sumber itu? Kenapa penulis dicerca dan dibilang “jangan asal mengklaim tahu sejarah sebenarnya tanpa ke sana langsung?” Lah bukannya gedung itu kosong dan pengelolanya dikenal tak terbuka? Penulis, khusus untuk ini, memberikan kronologis di balik pembuatan post tentang Menara Saidah yang mulai ditentang salah satu netizen di Ensiklopedia Bebas.

Juni 2018

Majalah Konstruksi edisi Februari 1997 memuat Menara Drassindo yang sedang dibangun. Foto oleh Parit V.

Sebelum ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada karyawan Perpustakaan Nasional RI Medan Merdeka Selatan yang masih memperbolehkan penulis mengecek isi-isi majalah Konstruksi yang bertebaran di dus-dus majalah yang sedang dipindah. Maklum departemen selain koran lama pindah dari gedungnya di Salemba yang sudah berusia 29 tahun. Saat itu, penulis melakukan pengecekan sejarah gedung dua kali: pada 29 dan 30 Juni. Penulis menemukan tulisan tentang Menara Saidah, yang dulu bernama Menara Drassindo (bukan Menara Grancindo!) dan sebenarnya tak salah juga, mengutip sumber dari Majalah Konstruksi, karena majalah ini, walau jarang ditemukan di alam liar, sering mewartakan sejarah pembangunan sebuah infrastruktur dan gedung, walau jeleknya masih terlalu teknis. Khusus Menara Saidah, penulis menemukan laporan pembangunannya di Majalah Konstruksi edisi Desember 1997, dan foto Menara Saidah yang sedang dibangun, beredar di Majalah Konstruksi edisi Februari 1997.

Penulis tak mau melupakan penemuan itu dan memfoto isi artikel itu. Artikel itu, selain artikel gedung-gedung lain dari Majalah Konstruksi, menjadi sumber vital dalam pembuatan blog ini.

November-Desember 2018

Kala penulis mulai menggarap blog ini, penulis menambah sumber dari Internet untuk menambah perjalanan terkini dari sebuah gedung. Belakangan, sumber yang didapat dari Internet bermasalah dan kontradiktif.

Sumber media online memberikan hasil yang saling berlawanan, sehingga membingungkan penulis dalam menentukan jalan penulisan artikel. Bahkan data yang didapat wartawan media online berkontradiksi dengan sumber media cetak saat pembangunan gedung itu, parahnya lagi, sumber cetak juga saling kontradiksi (ini terjadi pada KOMPAS dan Majalah Konstruksi, ada beberapa sari berita yang berbeda yaitu soal biaya pembangunan, tahun perampungan dan harga sewa). Walaupun itu, penulis tetap mengumpulkan sumber. Penulisan awal selesai pada sekitar awal November lalu, dan sejak Desember ini, isi post diperdalam dengan sumber dari harian KOMPAS. Kembali lagi penulis menghaturkan terima kasih pada KOMPAS yang mau menyediakan arsip mereka secara online.

Dalam artikel tersebut, penulis memprediksi bahwa Menara Saidah tidak dibangun di atas pemakaman, yang menjadi alasan untuk memberi bumbu mistis Menara Saidah. Namun, satu kekurangan serius bagi penulis adalah ketiadaan sumber berupa peta, karena inilah bukti terkuat untuk mematahkan alasan itu.

Beruntung, penulis membeli peta Jakarta tahun 1979 dan 1994 dari seorang pedagang barang bekas online, dengan maksud berikut, dan meneliti dengan saksama pola peta pemakaman dan lokasi Menara Saidah. Tidak ada bukti adanya pemakaman di kompleks Menara Saidah.

Peta daerah sekitar Menara Saidah pada tahun 1979 (Falk-Verlag)
Peta daerah sekitar Menara Saidah 15 tahun kemudian (Indo Bhuwana)
Titik merah adalah Menara Saidah

Memang tidak ada, bukan? Namun, penulis meyakini, fakta ini tak akan menghentikan kaum milenial untuk tetap ke Menara Saidah demi mencari nyali dan kemistisannya, bahkan stasiun televisi pernah ke sana hanya untuk membuktikan misteri itu. Rumor supranatural yang ternyata bisa dibantah lewat logika, masih lebih menjual ketimbang menjual fakta sejarah Menara Saidah seperti yang dilakukan oleh blog ini, dan penulis akan mengupayakan mendapat sumber-sumber baru terkait gedung ini.

Mungkin inilah alasan anak-anak Ensiklopedi Bebas di Facebook menentang keras upaya penulis memberi fakta baru kepada orang-orang di sana. Penulis dianggap merasa sok tahu, padahal penulis memanfaatkan sumber dari media cetak di masanya. Atau memang, mereka ingin mempertahankan klaim mistis mereka, atau penulis memang belum datang ke pihak terkait gedung ini, tetapi penulis agak pesimis dengan kemungkinan bertemu dengan pihak yang sebelumnya terlibat, hanya demi membongkar tabir dibalik rumor-rumor mistis gedung ini.

Setiap Gedung Punya Cerita

Kunjungilah Trakteer SGPC untuk mendapatkan konten-konten akses dini dan eksklusif, serta mendukung blog ini secara saweran. Bila anda perlu bahan dari koleksi pribadi SGPC, anda bisa mengunjungi TORSIP SGPC. Belum bisa bikin e-commerce sendiri sayangnya….


Bagaimana pendapat anda……

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *