Gedung BRI I adalah gedung perkantoran yang berlokasi di utara Bundaran Semanggi, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Gedung ini sudah menjadi kantor pusat Bank Rakyat Indonesia sejak 1985. Ia awalnya dibangun sebagai gedung perkantoran niaga yang dikembangkan oleh Metropolitan Development sebagai Wisma Sudirman.
Gedung BRI I dirancang oleh tim arsitek dari Perentjana Djaja bersama dengan Beca Carter untuk arsitektur dan struktur dan dibangun oleh Jaya Konstruksi selama dua tahun. Sebagai bagian dari kompleks kantor pusat BRI, gedung ini berdiri tegak bersama Gedung BRI II yang dibangun melalui kerjasama dengan pengembang lain.
Penelusuran kilat
Sejarah Gedung BRI I: Simbiosis mutualisme Metropolitan Development dan Bank Rakyat Indonesia
Gedung BRI I awalnya bernama Wisma Sudirman yang rencananya akan dibangun sebagai menara kembar oleh pengembang PT Metropolitan Development. MetDev awalnya bermaksud membangun mal, tetapi berubah rencana karena pada awal 1980an, kebutuhan mall kembang kempis, sementara kantor di Jakarta sedang bagus-bagusnya.
Pada 1984, Bank Rakyat Indonesia (BRI) ditawari Wisma Sudirman oleh Metropolitan Development, yang disebut oleh majalah SWA (No. 2/VI, Mei 1990) mengalami masalah keuangan imbas perang penawaran ruang kantor. Kebetulan saja BRI juga sedang mencari gedung baru untuk kantor pusat sejak 1984, karena kantor pusat lama di Jalan Veteran No. 8 – ring 1 Gambir – yang berada di atas tanah militer (Markas Besar Angkatan Darat RI) sudah mengalami kelebihan beban sehingga tidak lagi dianggap representatif untuk citra baru BRI, bahkan ada juga divisi kantor pusat yang berpencar.
Selain kantor pusat di Jalan Veteran, beberapa biro BRI seperti bidang pendidikan berada di Jalan Gatot Subroto dan bidang logistik di Jalan Abdul Muis. Selama 1985 menjelang perpindahan ke gedung ini, BRI menyewa ruangan kantor seluas 2.800 m2 di Gedung Papan Sejahtera. Di tengah itu, sempat ada usulan untuk membangun kantor pusat baru di lahan Dana Pensiun BRI di Jalan Gatot Subroto.
Tawaran dari Metropolitan Development itu dimanfaatkan segera oleh BRI. Setelah Kementerian Keuangan memberikan pinjaman kepada BUMN bank tersebut, Wisma Sudirman akhirnya laku dengan harga Rp. 33 milyar (Rp. 641 milyar nilai 2022 inflasi), sekaligus menggugurkan wacana membangun kantor pusat di tanah Dapen BRI di Gatot Subroto (kini Menara Mulia).
Penandatanganan kesepakatan jual-beli gedung antara Metropolitan Development dan BRI terealisasi pada 15 Desember 1984. Menurut Ciputra dalam biografinya Ciputra the Entrepreneur, penjualan gedung tersebut disebut “sangat lumayan.”
Sebagai gedung yang desain arsitektur dan pemborongnya digarap penuh tangan-tangan handal anak bangsa, pembangunan dilakukan oleh pemborong nasional Jaya Konstruksi dimulai Januari 1983 dan selesai pada Desember 1985, dan diresmikan Menkeu Radius Prawiro pada 16 Desember 1985, tepat HUT Bank Rakyat Indonesia ke-90.
Arsitektur Gedung BRI I berbentuk dua trapesium bergeser agar terkesan ramping
Desain Gedung BRI I dilakukan oleh tim arsitektur dari PT Perentjana Djaja, yang merancang desain Wisma Metropolitan 1 dan 2 (WTC 5 dan 6), dan Gedung Danareksa (kini Gedung Kementerian BUMN). Desain dua trapesium seperti tergeser sedikit bila dilihat dari udara, menurut tim arsitek, agar memberi kesan ramping.
Selain ramping, desain tersebut sengaja dirancang agar memberi cahaya masuk ke dalam gedung. Posisi gedung yang menghadap barat-timur, juga menjadi keuntungan tersendiri karena bisa mengurangi cahaya masuk dan menghemat penggunaan AC, sekaligus menawarkan pemandangan kota yang indah.
Gedung bergaya internasional memiliki kedua core di sisi barat dan timur untuk aksesibilitas dan memaksimalkan ruang kantor. Kanopi gedung kala itu terdiri dari air mancur, pot bunga dan kanopinya tersusun dari balok geometris. Dan balok geometris tersebut, kata pengarah proyek dari Perentjana Djaja, memberikan kesan “suatu ruangan yang menyuguhkan kesejukan dan jauh dari hiruk pikuk Jalan Jenderal Sudirman”.
Secara struktur gedung setinggi 95 meter tersebut menggunakan konstruksi beton bertulang dan pondasinya menggunakan bore pile, di atas tanah keras. Finishing gedung secara eksterior menggunakan tegel keramik berwarna putih dan jendela aluminium dan kaca warna (tinted glass). Belakangan akibat renovasi, kulit gedung didominasi oleh komposit aluminium dan kaca biru ringan. Gedung ini diklaim sudah memenuhi kode Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung Tahun 1981.
Dengan dibelinya Wisma Sudirman oleh BRI, lobi dan ruang pertemuan pun harus diubah. Lobi gedung yang awalnya merupakan lobi, termasuk kantor kas bank, menjadi kantor cabang khusus. Selain lobi, lantai 20 ditetapkan sebagai lantai ruang pertemuan dan 21 sebagai ruang serbaguna sehingga harus didesain ulang. Gedung BRI I memiliki luas lantai total 29.400 meter persegi, dengan luas netto 18.790 m2.
Sayangnya, sejak pertengahan 2000an Gedung BRI I mengalami perubahan drastis pada wajah gedungnya untuk menyesuaikan citra baru BRI.
Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1980an dapat anda baca di artikel ini
Data dan fakta
Nama lama | Gedung Bank Rakyat Indonesia Wisma Sudirman |
Nama lain | Sentra BRI 1 |
Alamat | Jalan Jenderal Sudirman Kav. 44-46 Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jakarta |
Arsitek | Perentjana Djaja (struktur dan arsitektur) Beca Carter (struktur dan arsitektur) |
Pemborong | Jaya Konstruksi (kontraktor utama) Caisson Dimensi (pondasi) |
Lama Pembangunan | Januari 1983 – Desember 1985 |
Diresmikan | 16 Desember 1985 |
Tinggi gedung | 94,6 meter |
Jumlah lantai | 22 lantai |
Biaya pembangunan | Rp. 34 milyar (1985) Rp. 612 milyar (inflasi 2023) |
Referensi
- NN (1985). “Arsitektur gedung BRI Pusat ditangani konsultan nasional”. Majalah Konstruksi, Desember 1985
- NN (1983). “Gedung Perkantoran “Wisma Sudirman”.” Majalah Konstruksi, Januari 1983
- “MB/I-2” (1985). “Perbankan Diminta Lebih Memberikan Tekanan pada Azas Kesejahteraan: Gedung Kantor Pusat BRI Diresmikan”. Sinar Harapan, 17 Desember 1985.
- H.B. Supiyo; Amal Taufiq; V. Elisawati et. al. (1990). “Bisnis ‘Tingkat Tinggi’.” SWAsembada No. 2/VI, Mei 1990, hal. 34-37
- Pudyarso; Djoko Suharno (1985). “Mengenal Gedung Baru Kantor Pusat BRI.” Warta BRI No. 108, Desember 1985, hal. 62-64
- Kamardy Arief (2018). “Transformasi BRI: Sebuah Memoar.” Jakarta: Arsyamitra Satya Andaru, hal. 82-85 (kontribusi pembaca SGPC Fadhil Ramadhan)
- Tim Penyusun Bank Rakyat Indonesia (1995). “Seratus Tahun Bank Rakyat Indonesia 1895-1995”. Jakarta: Humas PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), hal. 98
- Alberthiene Endah; Ciputra (2019). “Ciputra the Entrepreneur: The Passion of My Life.” Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 259
Leave a Reply