Iklan

Setiap Gedung Punya Cerita

Blog Sejarah Gedung-Gedung Indonesia

Gedung Kementerian BUMN

Gedung Kementerian BUMN adalah gedung perkantoran berlantai 22 di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, yang sesuai namanya merupakan kantor dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Gedung yang awalnya merupakan kantor dari BUMN PT Danareksa dan Garuda Indonesia ini dibangun dalam rangka pengembangan proyek kawasan Gedung Bursa Efek Jakarta di tahun 1980an.

Secara historis Gedung Kementerian BUMN merupakan tahap kedua dari Gedung Danareksa yang berlokasi di sebelahnya. Ia dirancang oleh tim arsitek dari Perentjana Djaja – yang di masanya juga merancang Wisma Metropolitan 2, Wisma Indocement dan Gedung BRI 1 – dan dibangun oleh BUMN karya PT Pembangunan Perumahan mulai 1982 hingga rampung di pertengahan tahun 1986.

Penelusuran kilat

Gedung Kementerian BUMN bersama dengan monumen IKADA, 2018
Bersama Monumen IKADA. Foto oleh mimin SGPC

Iklan

Sejarah Gedung Kementerian BUMN: Lanjutan pembangunan kompleks Bursa Efek Jakarta

Kala pembangunan Gedung Bursa selesai dilaksanakan, pihak perancang sudah memberi isyarat kepada wartawan Majalah Konstruksi bahwa pembangunan kompleks Bursa Efek di Jalan Medan Merdeka Selatan ini belum usai, dan telah direncanakan pembangunan gedung berlantai 22, yang sedianya digunakan sebagai pusat keuangan (Financial Centre).

Gedung tersebut bernama Gedung Danareksa yang pembangunannya dimulai pada tanggal 31 Mei 1982 dalam upacara penanaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama oleh Menteri Keuangan Ali Wardhana. Bila dihitung dari peletakan batu pertama, pemancangan seharusnya berlangsung sampai Juli 1983. Penjelasan pondasinya bisa dibaca di subbagian Arsitektur dan Struktur untuk gedung ini.

Gedung Danareksa, begitu nama awal gedung dengan ketinggian 89 meter ini, memang awalnya dirancang untuk menjadi perkantoran para pialang saham seperti yang disinggung pihak perancang kepada pewarta Majalah Konstruksi, harapan yang sama juga diutarkan pewarta majalah Uang & Efek pada Mei 1986 yang mewartakan penyewaan Gedung Danareksa.


Iklan

Gedung yang kelak dibongkar untuk membangun Gedung Kementerian BUMN
Gedung yang dibongkar untuk pembangunan Gedung Kementerian BUMN. Gedung ini sebelumnya adalah rumah jabatan Gubernur de Javasche Bank dan Wakil Presiden Republik Indonesia
Foto: Toky/Majalah Konstruksi ed. November 1980

Rencana tersebut sedikit meleset, karena saat Gedung Danareksa masih berusia satu tahun, maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia boyongan ke Gedung Danareksa dari kantor lamanya di Jalan Juanda mulai Juli hingga Agustus 1987, menempati 10 lantai dengan tagihan sewa istimewa USD 13,5/meter persegi, disusul beberapa BUMN lain dan lembaga dunia seperti Asian Development Bank. Danareksa menempati 2 lantai per Agustus 1989.

Pewarta Majalah Tempo menemukan bahwa walau “Menara Dolar”, begitu julukan yang diberi pewarta Majalah Tempo untuk Gedung Danareksa yang menjadikan gedung ini bahan berita, dengan tarif sewa bersahabat bagi kantong broker saham sekitar 15 USD/meter persegi, toh mereka ogah pindah ke Gedung Danareksa karena bakal menyedot laba bersih mereka. Gedung berlantai 22 itu diresmikan penggunaannya pada 6 Juni 1987, dan menghabiskan biaya Rp. 20 milyar nilai 1987.


Iklan

Akuisisi oleh pemerintah: dari Garuda Indonesia hingga Kementerian BUMN

Tiga tahun usai Garuda boyongan, maskapai penerbangan milik negara tersebut sepertinya ingin mengelola sepenuhnya Gedung Danareksa demi melancarkan digitasi sistem reservasi tiket pesawatnya, serta pemasangan neon logo “Garuda Indonesia” yang kerap kali terhambat di tangan manajemen gedung.

Pada bulan Agustus 1989, saat ditanyakan awak media Harian Ekonomi Neraca, pihak Kementerian Keuangan sudah mendukung rencana Garuda itu, tetapi harus memikirkan proses akuisisinya. Pada 31 Mei 1990, Kementerian Keuangan resmi mengesahkan rencana akuisisi Gedung Danareksa oleh Garuda Indonesia. Kurang dari beberapa hari kemudian, tepatnya 3 Juni 1990, sistem reservasi yang bernama ARGA/ADEGA II (Automated Reservation Garuda/Automated Departure Garuda) di gedung ini mulai difungsikan.

Penandatanganan akta pembelian Gedung Danareksa oleh Garuda Indonesia, sekaligus mengganti namanya menjadi Kantor Pusat Garuda Indonesia atau Gedung Garuda Indonesia, dilaksanakan pada 30 Juli 1990, dengan tebusan Rp 60 milyar (1990, setara Rp 776 milyar nilai 2023) – Mayoritas media massa Indonesia, dalam konteks krisis Garuda Indonesia, memulai jalan sejarah Gedung Danareksa dengan kantor pusat Garuda. Berkat penjualan itu, Danareksa pindah kantor ke Atrium Setiabudi dan selanjutnya Plaza Bapindo sebelum kembali ke Ring 1 Gambir dengan menempati bekas Gedung Bursa.


Iklan

Krisis keuangan yang menjerat Garuda Indonesia sejak krisis moneter dan restrukturisasi menjadi ironi, bila peristiwa sebelum Juli 1990 ikut direkam. Tahun 2007, gedung rancangan Perentjana Djaja ini dibeli balik Danareksa – pemilik awal – dari Garuda atas permintaan pemerintah dan diberikan cuma-cuma ke Kementerian Negara BUMN. Maka Garuda mau tak mau harus meninggalkan gedung yang mereka tempati selama 20 tahun.

Sejak Kemneg BUMN masuk inilah nama gedung berubah lagi menjadi Gedung Kementerian BUMN. 7 tahun kemudian, Kementerian BUMN berencana menjual lagi gedung ini dengan alasan efisiensi, namun rencana ini memicu polemik yang akhirnya menjadi bahan empuk berita bohong dan disinformasi di media sosial beberapa tahun kemudian. Gedung Kementerian BUMN akhirnya tak jadi dijual, beber pihak Kementerian BUMN pada 31 Desember 2014, karena alasan keamanan.

Setelah kontroversi tersebut, Gedung Kementerian BUMN akhirnya dipermak ulang pada akhir 2018 dengan rancangan dari Alien Design Consultant (tanpa pendampingan dari Perentjana Djaja, arsitek lama gedung ini) dan pemborong Wika Gedung, memakan waktu 6 bulan dan diresmikan 5 Mei 2019, mengakhiri 32 tahun tampang sederhana, simpel dan formal Gedung Danareksa/Garuda Indonesia/Kementerian BUMN rancangan Perentjana Djaja, dan diganti dengan nuansa tech penuh kitsch dari Alien Design.


Iklan

Arsitektur dan struktur Gedung Kementerian BUMN: Pondasi teknologi lokal

Gedung Kementerian BUMN dari Gedung Perpustakaan Nasional Medan Merdeka Selatan, 2017
Dari posisi ini bisa dilihat bahwa gedung Kementerian BUMN diangkat. Foto oleh mimin SGPC

Gedung bergaya internasional ini awalnya dirancang memiliki 30 lantai atas kebutuhan Danareksa, tetapi pemerintah DKI menyarankan Gedung Kementerian BUMN dibangun 22 lantai, agar tidak menyaingi ketinggian Kantor Gubernur DKI Jakarta dan Monumen Nasional. Walaupun itu, bangunan dengan luas lantai sekitar 23 ribu meter persegi ini bukannya tidak punya fitur-fitur spesial dari perancangannya.

Dari segi perencanaan lanskap bangunan, Gedung Kementerian BUMN memiliki nilai plus berupa tamannya, alih-alih lapangan parkir, agar ada suasana hijau di dalam lokasi. Selain taman, Gedung Kementerian BUMN juga memiliki lantai dasar yang diangkat agar terlihat seperti di atas bukit, dan tapak bangunannya ditengahkan, menaikkan nilai jual gedung ini dari segi lanskap dan estetika.

Gedung Kementerian BUMN dilengkapi dengan gedung annex sebanyak 4 lantai sebagai penghubung dengan Gedung Bursa. Sementara lapangan parkirnya disembunyikan di bawah taman.

Secara desain, Gedung Kementerian BUMN terlihat sangat kokoh, kekar, formal, sesuai dengan citra moneter yang harus kokoh, melanjutkan citra desain Gedung Bursa sebagai pusat pasar modal Indonesia. Finishing bangunan menggunakan keramik berwarna putih buatan Artistika Inkernas, jendela warna cokelat (smoked).


Iklan

Secara struktur, Gedung Kementerian BUMN menggunakan struktur atas konstruksi beton bertulang ditopang 4 struktur kolom silinder dan 1 core, bebas kolom dan tulangan lantai diberi pratekan. Pondasinya menggunakan tiang pancang pratekan dalam, mengingat lokasi lahan di sekitar Kebon Sirih didominasi tanah lembek, laporan Majalah Konstruksi edisi Juni 1986 menyebut kedalaman tanah keras mencapai 40 meter.

Foundation wedge joint (Titik pasang pondasi) Johan H. Simanjuntak untuk pondasi Gedung Kementerian BUMN
Wedge joint rancangan Johan H. Simanjuntak untuk pondasi Gedung Kementerian BUMN.
Foto: Majalah Konstruksi, Mei 1983

Penyambung pondasi yang digunakan menggunakan sistem wedge joint JHS buatan Ir. Johan Hasiholan Simanjutak, yang dibuat untuk mengurangi kebutuhan impor sambungan pancang Hercules buatan Swedia, dan memiliki kelebihan tak diduga seperti lebih kaku dan sederhana dibandingkan pancang Hercules (no. paten Inggris GB8230628.3/GB2115467).

Baik pemakaian mosaik asli Indonesia dari Artistika maupun pondasi wedge-joint tersebut membantah klaim salah satu sumber anonim di Harian Ekonomi Neraca pada Agustus 1989 yang mengklaim seluruh bahan bangunan yang digunakan membangun Gedung Kementerian BUMN sepenuhnya diimpor.

Gedung Kementerian BUMN pasca-renovasi, 2019
Dipaksa ikut zaman dan menjadi jelek.
Foto oleh mimin SGPC

Pasca-oplas pada Desember 2018 lalu, Gedung Kementerian BUMN akhirnya dipaksa “mengikuti zaman”. Tidak lagi menggunakan lapis keramik Artistika, dan tak lagi berjendela cokelat yang menjadi simbol arsitektur era 1980an, Gedung Kementerian BUMN kini berlapis kaca berwarna biru, lapis aluminium dan crown-nya yang kental nuansa “kawaii” dengan nuansa arsitektur yang sangat murahan, mainstream dan membosankan, ciri umum dari aristektur Indonesia di zaman Dilanowcy.


Iklan

Data dan fakta

Nama lamaGedung Danareksa
Gedung Garuda Indonesia
Kantor Pusat Garuda Indonesia
AlamatJalan Medan Merdeka Selatan No. 13 Gambir, Jakarta Pusat, Jakarta
Arsitek
(desain awal)
Perentjana Djaja
Arsitek
(renovasi)
ALIEN Design Consultants
Pemborong
(desain awal)
Pembangunan Perumahan
Pemborong
(renovasi)
WIKA Gedung dan Bangunan
Lama pembangunan
(desain awal)
Mei 1982 – Mei 1986
Lama pembangunan
(renovasi)
Juli – Desember 2018
Jumlah lantai22 lantai
Tinggi gedung (Majalah Konstruksi Juni 1986)89 meter
Biaya pembangunanRp. 20 milyar (1987)
Rp. 331 milyar (inflasi 2024)
Referensi: Majalah Konstruksi Juni 1986; Bisnis Indonesia 8/6/1987

Referensi

  1. NN (1986). “Gedung Danareksa, seolah-olah berdiri di atas bukit”. Majalah Konstruksi, Juni 1986.
  2. (1986). “Penyewaan Gedung Danareksa 22 Lantai”. Uang & Efek, Juni 1986.
  3. Max Wangkar; Biro Tempo Jakarta (1987). “Menara Dolar”. Tempo, 20 Juni 1987.
  4. DS (1990). “Gedung Danareksa Dibeli Garuda”. KOMPAS, 1 Agustus 1990.
  5. Kementerian BUMN Pindah ke Gedung Garuda Oktober“. Tempo.co, 5 Juli 2007. (Arsip)
  6. Sumber-sumber berita untuk penjualan Gedung Kementerian BUMN sbb:
    1. Royke Sinaga; Ella Syafputri (editor) (2014). “Gedung BUMN Dijual Demi Efisiensi“. ANTARA, 15 Desember 2014. (Arsip)
    2. Heru Andriyanto (2014). “Penjualan Gedung BUMN Adalah Ironi Sejarah“. BeritaSatu, 17 Desember 2014. (Arsip)
    3. Christie Stephanie (2014). “DPR Protes Rencana Rini Soemarno Jual Gedung BUMN“. CNN Indonesia, 16 Desember 2014. (Arsip)
  7. Aribowo Sasmito (2018). “[SALAH] Gedung Kementerian Pun Akan Dijual“. Masyarakat Anti Fitnah Indonesia, 12 Mei 2018. (Arsip)
  8. Septian Deny (2014). “Masuk Kawasan Ring I, Gedung Kementerian BUMN Tak Dijual“. Liputan 6 SCTV, 31 Desember 2014. (Arsip)
  9. Instagram resmi perusahaan
  10. Yudho Winarto (2019). “Gedung Kementerian BUMN Kini Menjelma Jadi Perkantoran Modern“. KONTAN, 5 Mei 2019. (Arsip)
  11. NN (1983). “Sistem sambungan tiang pancang beton dengan baji”. Majalah Konstruksi, Mei 1983.
  12. DS (1987). “Garuda Pindah ke Gedung Baru”. KOMPAS, 21 Juli 1987.
  13. Wahzary Wardaya; Pramayanti Meitisari; Neda Tanaga et. al. (2009). “Creating Value: 32 Tahun Danareksa.” Jakarta: Danareksa. Halaman 37, 77-78, 85-86, 101
  14. ANTARA (1982). “Dibangun Gedung PT. Danareksa Berlantai 22 di Merdeka Selatan.” Suara Karya, 1 Juni 1982, hal. 3
  15. “Danareksa resmikan gedung baru, seluruh ruang sudah tersewa.” Bisnis Indonesia, 8 Juni 1987, hal. 2
  16. “Pemerintah setuju Garuda beli Gedung Danareksa – Menteri Sumarlin: Syarat Jual-Beli masih dipikirkan.” Harian Ekonomi “Neraca”, 12 Agustus 1989, hal. 1
  17. “Garuda membeli Gedung Danareksa Rp. 62,3 milyar.” Harian Ekonomi “Neraca”, 31 Mei 1990, hal. 1
  18. “Melalui ARGA/ADEGA II, Garuda tingkatkan lagi pelayanannya.” Harian Ekonomi “Neraca”, 2 Juni 1990, hal. 1 dan 10
  19. “Garuda mulai operasikan sistem reservasi baru.” KOMPAS, 4 Juni 1990, hal. 2

Lokasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *