Wisma Indocement adalah sebuah gedung perkantoran sewa berlantai 23 yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat. Gedung tersebut dimiliki oleh Serasi Tunggal Mandiri; awalnya gedung tersebut dikembangkan oleh anak usaha Grup Salim bernama PT Perwick Agung. Ia dirancang oleh tim arsitek Palmer & Turner dari Hong Kong bersama dengan Perentjana Djaja, dan dibangun oleh PP Taisei mulai Desember 1983 hingga September 1985.

Foto oleh mimin SGPC

Iklan

Sejarah Wisma Indocement: Terinspirasi Wisma Metropolitan yang tidak lahir kembar

Sejarah dan catatan arsitektur Wisma Indocement mayoritas disarikan dari majalah Southeast Asia Building (SEAB), majalah berbahasa Inggris yang meliputi arsitektur dan bangunan di negara-negara Asia Pasifik.

Semua bermula dari pengelola Perwick Agung yang – menurut pihak Perentjana Djaja pada awak berita SEAB – terpukau dengan Wisma Metropolitan (World Trade Centre Jakarta) yang dengan desain ora neko-neko, bisa menyediakan ruang perkantoran yang sangat efisien dan lega. Perlu diketahui bahwa Wisma Metropolitan juga menjadi kantor dari beberapa perusahaan Grup Salim seperti Indocement dan Bogasari. Masih tidak terpusatnya operasional perusahaan milik Liem Sioe Liong tersebut – mengutip statemen bule di Perwick Agung kepada SEAB – menjadi latar belakang dari pembangunan gedung ini.

Konstruksi gedung berlantai 24, dua basement dengan tinggi 100 meter – berarti misterinya sudah terjawab – dibangun oleh PP Taisei mulai Desember 1983 hingga September 1985, setelah di paruh awal 1983 hingga Juli tahun itu Total Bangun Persada, afiliasi Salim, memancang pondasinya. Gedung tersebut diresmikan penggunaannya pada 23 September 1985. Wisma Indocement awalnya akan dibangun sebagai menara kembar seperti Wisma Metropolitan; namun senasib dengan proyek Wisma Sudirman c.q. Gedung BRI I, banjir perkantoran pada kurun 1986 di Jakarta memaksa Salim mengubur keinginan tersebut.

Kepemilikan Perwick Agung terhadap Wisma Indocement bertahan tujuh tahun. Indocement, perusahaan semen milik Grup Salim, mencaplok kepemilikan Perwick Agung secara penuh pada 1992, dalam rangka mengkonsolidasi aset kelompok Grup Salim kala itu. Tiga tahun kemudian, nama Wisma Indocement sempat diindonesiakan menjadi Wisma Indosemen. Krisis moneter memaksa Grup Salim menjual gedung berkelir putih dengan kaca riben itu ke perusahaan independen Serasi Tunggal Mandiri, dengan tebusan Rp. 160 milyar (2003) pada November 2003.


Iklan

Arsitektur Wisma Indocement juga menonjolkan sisi bebas kolom dan memaksimalkan ruang kantornya

Wisma Indocement dirancang oleh tim arsitek dari Palmer & Turner bersama dengan Perentjana Djaja, yang berkolaborasi untuk perancangan Wisma Metropolitan. Secara garis besar, gedung ini memiliki 24 lantai atas tanah (tidak termasuk lantai selasar/mezanin), dan sebuah gedung anneks berlantai 3, yang sama-sama memiliki 2 ruangan bawah tanah dengan ketinggian total 100 meter dan luas lantai total 27.133 m2, 18.384 m2 ruang untuk perkantoran yang artinya rasio penggunaan ruang kantornya 68 persen.

Walau desain arsitekturnya terkesan biasa-biasa saja, tim arsitek setidaknya sudah membuat beberapa variasi. Sudut gedungnya, terbuat dari beton dan lapis keramik putih, dibuat membulat dan diberikan kaca disebelahnya untuk membedakannya dengan pencakar langit karya P&T lainnya di Jakarta yang tidak lain Wisma Metropolitan dan Hotel Mandarin Oriental.

Sisi tembok besar yang menghimpiti jendela dan lengkungan tersebut adalah 4 pasang tembok geser, yang dijembatani oleh balok sepanjang 18,75 meter yang fungsinya struktural sebagai pemikul beban dan didistribusikan ke tembok geser tersebut, maupun arsitektur untuk peneduh. Pondasi yang digunakan merupakan pondasi bored pile, dengan struktur atas menggunakan beton bertulang biasa.

Wisma Indocement dikenal banyak merupakan kantor pusat dari Indocement Tunggal Prakarsa, pemberi nama dan perusahaan semen milik Grup Salim. Selain Indocement, gedung ini juga ditempati beberapa perusahaan afiliasi Grup Salim seperti Nikko Sekuritas, Elshinta TV, dan Indolife Pensiontama.


Iklan

Data dan fakta

Nama lamaWisma Indosemen
AlamatJalan Jenderal Sudirman Kav. 70-71 Setiabudi, Jakarta Selatan, Jakarta
ArsitekPalmer & Turner (arsitektur)
Perentjana Djaja (architect of record)
PemborongPP Taisei (struktur)
Total Bangun Persada (pondasi)
Lama pembangunanawal 1983 – September 1985
Diresmikan23 September 1985
Jumlah lantai24 lantai
2 basement
Tinggi gedung (Southeast Asia Building)100 meter
Referensi: Southeast Asia Building 12/1985

Referensi

  1. “Wisma Indocement: Created for functionalism.” (Wisma Indocement, diciptakan sebagai bangunan fungsional). Southeast Asia Building, Desember 1985, hal. 13-28
  2. Arsip laman resmi Palmer & Turner, diarsip 1 September 2012
  3. “Architects of Asia”. Mulgrave, Australia: Images Australia. Halaman 105. “P&T Group….. Selected Projects. ….. Indocement, Jakarta.”
  4. Arsip laman resmi Perentjana Djaja, diarsip 1 Mei 2017
  5. Abdul Rahman & Tim Redaksi Prospek (1992). “Langkah Brilian Taipan Liem”. Majalah Prospek, 4 Juli 1992, hal. 70-73
  6. Arsip laman resmi Total Bangun Persada, diarsip 10 Februari 2019
  7. Arsip laman resmi Indocement Group, diarsip 21 Mei 1997
  8. Vivi Irma Safitri (2019). “Laporan Praktik Kerja Lapangan Pada PT Serasi Tunggal Mandiri” (laporan PKL). Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. (arsip)
  9. HP (1995). “Bersaing di Tengah Gempuran Gedung Baru”. Majalah Properti Indonesia No. 23, Desember 1995, hal. 88-90
  10. Fitri Oktarini (2003). “Wisma Indocement dijual Rp 160 milyar“. Tempo, 19 November 2003.

Lokasi

Google Translate:


Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *