Setelah dua tahun sebelumnya membahas Hotel Indonesia yang masyhur, sekarang mimin bahas tetangganya yang satu pemilik tetapi memiliki sasaran pengunjung yang berbeda sama sekali. Ia adalah Hotel Inna Wisata, yang saat ditutup merupakan hotel bintang III di kawasan elit Bundaran Hotel Indonesia.

Hotel yang dahulu bisa jadi kantoran. Foto: Handout Hotel Indonesia, Kaleidoscope: Indonesia, 1985

Iklan

Tetapi sejarah hotel ini agaknya unik, karena awalnya berdiri bukan sebagai hotel, melainkan sebagai sebuah asrama bagi pegawai Hotel Indonesia dengan nama Wisma Karya Wisata. Asrama tersebut dibangun dari tahun 1964 hingga selesai sekaligus dibuka pada tahun 1966, yang seharusnya bisa menampung 480 dari kurang lebih 1.000 pegawai dan pejabat HI.

Asrama tersebut menyediakan 240 kamar yang mengisi semua empat lantai tiga blok Wisma Karya Wisata yang simpelnya bernama Gedung A, B dan C. Semua kamar menampung 2 orang, 2 kasur dan 1 kamar mandi; konfigurasi yang ternyata menguntungkan PT Hotel Indonesia Internasional karena suatu hari nanti akan mudah dialihfungsikan menjadi penginapan yang menghasilkan uang. Ia juga menyediakan fasilitas seperti kantin untuk karyawan HI di dekat gedung A.

Versi Berita Yudha (6/8/1994), karena banyak karyawannya yang sudah berkeluarga, kamar-kamar yang kosong mulai dipertimbangkan untuk diniagakan sebagai penginapan. Pada bulan Oktober 1966 (versi Harian Ekonomi Neraca, 2/8/1990, Arifin Pasaribu menyebutnya akhir 1968) gedung C wisma dialihfungsikan menjadi sebuah hotel dengan nama Hotel Karya Wisata, menyediakan 71 kamar, turun 9 kamar karena dijadikan mini bar dan lobi yang lebih kecil juga.

Tambahan tersebut diperlukan untuk mengakomodasi luberan tamu yang tak bisa diakomodasi tetangganya, hotel bersejarah karya Abel Sorensen bernama HI. Tetapi, pada kurun 1971 hingga 1977 160 sisa unit hunian di blok A dan B wisma dialihfungsikan menjadi kamar hotel dan dibangun gedung kantor berlantai sembilan dengan luas lantai sekitar 9.615 m2 (hitungan cacah Google Maps) yang rampung sekitar 1976.

Alihfungsi tersebut rampung pada tahun 1977, sekaligus meresmikan operasi di bawah nama Hotel Wisata Internasional sejak 1 Agustus 1977. Danisworo dari Encona Engineering merancang baik renovasi hotel serta gedung kantor tersebut; tetapi kami tidak menemukan informasi pemborongnya.


Iklan

Di titik ini, Hotel Inna Wisata – nama lain Hotel Wisata Internasional sejak 2000an sampai tutup – per 1990 menyediakan 216 kamar yang terbagi ke tiga kategori – deluxe, superior dan executive. Sementara bekas wisma A, B dan C diganti namanya menjadi Gedung Alpha, Beta dan Gamma; gedung perkantorannya tidak hanya digunakan untuk kantor melainkan bisa difungsikan sebagai restoran (Restoran Marunda) dan ruangan rapat sebanyak 20 buah. Penambahan ruangan tersebut terealisasi sekitar 1989-1990 dalam rangka renovasi.

Namun, nasib hotel ini sebenarnya sudah terancam sejak pertengahan 1989. Dalam wawancara majalah SWA (Juni 1989) dengan Wim Tambayong, Dirut PT Hotel Indonesia Internasional, mereka berencana merombak Hotel Wisata menjadi sebuah hotel mewah dengan pertokoan mewah.

Argumennya adalah karena keberadaan hotel berbintang 3 di kawasan elit, dimana disana berdiri hotel-hotel mewah seperti Hotel Indonesia sendiri, Hotel Grand Hyatt (saat itu dalam tahap konstruksi), Mandarin Oriental serta Hotel President, dianggap tidak senilai dengan harga tanahnya.

Pada 4 Februari 1992, Hotel Indonesia Internasional, pengelola HI dan Hotel Inna Wisata, menandatangani kesepakatan dengan sebuah perusahaan bernama Indopatria Pertiwi untuk membangun kawasan multiguna baru berupa hotel bintang lima, apartemen dan mal. Sayangnya, rencana pertama ini tidak terwujud sehingga hidup Hotel Inna Wisata bertahan hingga 12 tahun lagi.

Kontrak kerjasama dengan Grup Djarum untuk revitalisasi Hotel Indonesia terwujud; sejak 30 April 2004 hotel tersebut tidak lagi menerima tamu dan dibongkar. Kini di atas bekas Hotel Inna Wisata berdiri sayap barat Mal Grand Indonesia.


Iklan

Data dan fakta

Nama lamaWisma Karya Wisata
AlamatJalan M.H. Thamrin Menteng, Jakarta Pusat, Jakarta
ArsitekDanisworo (Encona Engineering, arsitektur, perkantoran)
Lama pembangunan1964-1966 (Gedung A, B, C)
1973-1976 (Perkantoran)
Dibongkar2005
Jumlah lantai (Gedung A, B, C)4 lantai
Jumlah lantai (Perkantoran)9 lantai
Jumlah kamar216 kamar

Referensi

  1. Azwir Tanjung (1994). “Dari degung sampai Kroncong ada di Hotel Wisata Internasional.” Berita Yudha, 6 Agustus 1994, hal. 8
  2. “13 Tahun Hotel Wisata.” Harian Ekonomi “Neraca”, 2 Agustus 1990, hal. 3
  3. “Gebrakan renovasi Hotel Wisata Internasional.” Harian Ekonomi “Neraca”, 31 Maret 1989, hal. 3
  4. “Indopatria bangun Wisata Hotel US$ 200 juta.” Harian Ekonomi “Neraca”, 5 Februari 1992, hal. 1
  5. Arsip halaman resmi Hotel Wisata Internasional, diarsip 29 Januari 1997
  6. Curricullum vitae Danisworo per 1975 dalam proposal perumahan murah Perumnas Jawa Tengah-DIY, Perumnas 1975. Diakses via Kementerian PUPR pada 1 Januari 2023 (arsip)
  7. Arifin Pasaribu (2014). “Hotel Indonesia: Gagasan Bung Karno, Cagar Budaya Bangsa Dibangun Dengan Dana Pampasan Perang Jepang.” Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Halaman 65-71
  8. Saraswati A.R. (1989). “Rencana besar kelompok HII.” Majalah SWA No. 3/V, Juni 1989, hal. 42-44
  9. naw; osa (2004). “Hotel Indonesia Ditutup, Ribuan Karyawan Di-PHK.” KOMPAS, 1 Mei 2004, hal. 18

Lokasi

Google Translate:


Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *