Kantor PDAM Surya Sembada Surabaya

Kantor PDAM Surya Sembada Surabaya adalah gedung kantor era 90an yang berdiri di tanah dekat persimpangan Jalan Mayjen Dr. Prof. Moestopo (Dharmahusada) dan Gubeng Masjid, berseberangan dengan Stasiun Kereta Api Gubeng, yang sesuai nama dan peruntukannya adalah kantor dari Perusahaan Daerah Air Minum Surya Sembada yang melayani air bersih untuk Surabaya, Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik.

PDAM Kota Surabaya
Foto oleh mimin SGPC

Iklan

Gedung yang berdiri di lahan seluas 21.297 m2 itu dirancang oleh tim arsitek dari Encona Engineering dan dibangun oleh gabungan kontraktor Duta Graha Indah dan Summa Surya Perkasa. Pembangunan kompleks berlantai lima, empat dan dua itu dimulai pada tanggal 29 Oktober 1990, dengan upacara pemancangan tiang pondasi pertama oleh Wailkota Surabaya dr. H. Poernomo Kasidi. Sebelumnya, PDAM Surabaya berkantor di Jalan Basuki Rahmat.

Konstruksi gedung bergaya pascamodern tersebut berjalan lancar, apa adanya dan tidak banyak sandiwara selama 18 bulan. Konstruksi Kantor PDAM Surabaya rampung pada bulan April 1992 dan di akhir bulan itu juga disebutkan pegawai PDAM memulai kegiatannya dari gedung ini. Saat didirikan, gedung ini bisa menampung 1.695 pegawai perusahaan daerah air minum. Gedung tersebut diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Rudini pada 5 Mei 1992, bersamaan dengan pelantikan Wakil Gubernur Jawa Timur bidang ekonomi dan peresmian sebuah incinerator.

Mengenai arsitekturnya, Kantor PDAM Surya Sembada Surabaya karya tim arsitek Encona Engineering (Sekretariat Negara, Wisma Mandiri II), seperti yang sudah disinggung sebelumnya, menganut gaya arsitektur pascamodern, yang disebut oleh tim dari Kementerian Pekerjaan Umum “dirancang dengan prinsip arsitektur modern, dengan sentuhan lokal pada atapnya, yang dilakukan secara cermat dan hati-hati sehingga tidak terasa berbentrokan” (kontras dengan gedung Hanurata Graha).

Tetapi, tidak semua orang menyukai keberadaan gedung ini, semisal kritik dari kritikus arsitektur Johan Silas yang menganggap desainnya “tumpul ke arah arsitektur kota yang khas” karena “tidak jelasnya dasar dan sasaran yang dituju” dalam kritikannya di Surabaya Post (23 April 1992). Sementara Josef Prijotomo di koran yang sama (14 Juli 1992) menganggap keterlibtan Encona hanya memperkuat dominasi Jakarta dalam ranah arsitektur Surabaya.

Kompleks ini terbagi ke dalam empat bangunan, yaitu gedung A (5 lantai, 8.395 m2, Rp. 3,092 milyar nilai 1992), gedung B (4 lantai, 3.225 m2, Rp. 2,645 milyar – keseluruhan adalah nilai 1992), gedung C (4 lantai, 4.825 m2, Rp. 1,637 milyar) dan gedung D (3 lantai, 1.975 m2, Rp. 2,916 milyar). Gedung A, B dan C digunakan sebagai kantor dan ruang pelayanan, dan khusus untuk gedung A, lantai lima digunakan sebagai ruangan serbaguna.

Sementara gedung D yang lebih sedikit lantainya dimanfaatkan untuk kegiatan sosial seperti gudang, kantin, kesehatan dan musholla. Total luas lantainya 18.240 m2 dengan ruang efektif untuk perkantoran 12.500 m2. Dengan luas lahan yang lebih luas dari luas lantai, maka lahan yang tidak digunakan dimanfaatkan sebagai parkir untuk 250 kendaraan roda empat, dan ratusan sepeda motor.


Iklan

Data dan fakta

AlamatJalan Mayjen Dr. Prof. Moestopo No. 2 Tambaksari, Surabaya, Jawa Timur
ArsitekEncona Engineering (arsitektur)
PemborongDuta Graha Indah
Summa Surya Perkasa
Lama pembangunanOktober 1990 – April 1992
Diresmikan5 Mei 1992
Jumlah lantai5 lantai
Biaya pembangunanRp. 3,092 milyar (gedung A, 1992, setara Rp. 33,4 milyar nilai 2023)
Rp. 2,645 milyar (gedung B, 1992, setara Rp. 28,6 milyar nilai 2023)
Rp. 1,637 milyar (gedung C, 1992, setara Rp. 17,7 milyar nilai 2023)
Rp. 2,916 milyar (gedung D, 1992, setara Rp. 31,5 milyar nilai 2023)
Rp. 10,5 milyar (keseluruhan termasuk tata pekarangan, 1992, setara Rp. 113,5 milyar nilai 2023)

Referensi

  1. al; el (1990). “Tingkat Kebocoran Tinggi, Layanan Air Berkurang.” Jawa Pos, 30 Oktober 1990, hal. 2
  2. jef (1992). “Akhir April PDAM tempati gedung baru.” Jawa Pos, 2 April 1992, hal. 2
  3. Foto peresmian Gedung PDAM Surabaya. Jawa Pos, 6 Mei 1992, hal. 2
  4. Johan Silas (1992). “Surabaya: Wajah yang baru dan yang lama.” Surabaya Post, 23 April 1992
  5. Josef Prijotomo (1992). “Dunia arsitektur Surabaya tak bisa tandingi Jakarta.” Surabaya Post, 14 Juli 1992
  6. Ikatan Arsitek Indonesia (1997). “Karya Arsitektur: Arsitek di Indonesia”. Jakarta: Ikatan Arsitek Indonesia. Halaman 140-141

Lokasi

Google Translate:


Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *