Hotel Satelit adalah hotel bintang 3 yang pernah beroperasi di Jalan Mayjend Sungkono di Dukuh Pakis, Surabaya. Hotel dengan 156 kamar tersebut berlantai 11 dan diplester dengan cat berwarna biru kehijauan dan pastel, dengan atriumnya memiliki ketinggian seluruh jumlah lantai hotel.
Proyek hotel ini awalnya dimiliki oleh kelompok kuras WC bernama PT Tinja. Ya, benar, PT Tinja, milik Drs. Wahyu Susilo dari Surabaya. Sukses menguras penampungan ekskresi manusia inilah yang membuat pemilik perusahaan tersebut berkecimpung ke dalam dunia real estate, dan hotel berlantai 11 tersebut adalah debutnya dalam pembangunan real estate di Mayjend Sungkono. Hotel Satelit merupakan tahap pertama dari proyek real estate PT Tinja.
Sayangnya Hotel Satelit adalah satu-satunya proyek yang berhasil dibangun saat itu. Proyek tersebut mulai dibangun 1 Oktober 1994 dengan pemancangan pondasi perdana, dan selesai di akhir tahun 1995, dan mulai beroperasi pada awal tahun 1996 – bersamaan dengan hotel-hotel lain seperti Mercure Grand (sekarang Verwood), Ibis Rajawali (sekarang Arcadia) dan Sheraton Tunjungan Plaza. Sekitar Rp. 9 milyar dianggarkan untuk pembangunan Hotel Satelit.
Tidak banyak informasi yang didapat mengenai sejarah operasional Hotel Satelit. Di tahun 2003, seorang penghuni hotel tewas bunuh diri di salah satu kamar Hotel Satelit ini, diduga karena motif utang.
Beberapa orang mengatakan bahwa hotel ini memiliki ballroom.
Hotel Satelit tutup per tahun 2016 menurut foto Google Street View dan tidak ada penjelasan dibalik tutupnya hotel berbintang tiga tersebut, dan belakangan, seperti halnya bangunan terbengkalai lain di Indonesia, menjadi lokasi uji nyali kalangan Dilanowcy.
Hotel Satelit sudah tutup. Pesan alternatif hotel lain di Surabaya disini
Data dan fakta
Alamat | Jalan Mayjend Sungkono No. 136 Dukuh Pakis, Surabaya, Jawa Timur |
Lama pembangunan | Oktober 1994 – akhir 1995 |
Dibuka | 19 Januari 1996 |
Tutup | ~tahun 2016 |
Jumlah lantai | 11 lantai |
Jumlah kamar | 156 |
Biaya pembangunan | Rp. 9 milyar (1994) Rp. 83,4 milyar (inflasi 2021) |
Signifikasi | Pop culture (populer sebagai tempat menguji nyali) |
Referensi
- dwi (1996). “Lima Hotel Lagi Diresmikan”. Jawa Pos, 17 Januari 1996, hal. 9
- nov (1994). “Satellite Inn Inves Rp 30 M”. Jawa Pos, 3 Oktober 1994, hal. 5
- sid (2003). “Tak Mampu Membayar Utang, Hendra Bunuh Diri“. Liputan 6 SCTV, 16 Maret 2003. Diakses 20 April 2021 (arsip)
Leave a Reply