Graha Pena adalah sebuah gedung perkantoran setinggi 138 meter, atau 88 meter di luar antena radio, milik konglomerasi media Jawa Pos di Jalan Ahmad Yani No. 88, Surabaya. Gedung yang terkenal dengan bentuk pena di salah satu sudut gedung ini dirancang oleh FX Suwardi Legowo dari Sarana Rancang Bangun Persada dan dibangun oleh pemborong negara PT Pembangunan Perumahan selama setahun lebih lamanya.

Graha Pena adalah satu dari dua gedung kantor media di Surabaya yang dibahas oleh blog ini; gedung lainnya adalah milik harian sore rival, yaitu Surabaya Post, di pusat kota.

Kompleks Graha Pena Jawa Pos
Menonjol lewat bentuk penanya. Foto oleh mimin SGPC

Iklan

Sejarah Graha Pena: Semarak dengan loper koran dan hadiah

Sejarah awal dari Graha Pena Jawa Pos di Surabaya ini didasari alasan klasik. Kantor lama di Jalan Karah Agung No. 45, yang dirancang berkonsep office park, sudah kelebihan beban karena ditempati oleh puluhan anak perusahaan koran asuhan Dahlan Iskan ini. Dengan alasan inilah pihak Jawa Pos memutuskan membangun gedung tinggi baru di dekat Polda Jatim, selain untuk memodernisasi sistem kewartawanan Jawa Pos melalui operasional gedung 24 jam. Rencana ini sempat tertunda karena masih gantungnya rencana pelebaran Jalan Ahmad Yani, tetapi pada akhirnya proyek tersebut mau tidak mau harus jalan.

Pemancangan tiang pertama pembangunan Graha Pena Jawa Pos pun dilakukan pada 16 Desember 1996, dihadiri oleh pejabat Provinsi Jawa Timur termasuk Gubernur Basofi Soedirman, jajaran direksi Jawa Pos, masyarakat, dan para pedagang koran (loper koran). Dalam pemberitaan di harian Jawa Pos, peresmian itu diwarnai pelepasan balon berisi hadiah, dan pidato Gubernur Jatim yang sedikit humor soal loper koran dan pembangunan Graha Pena.

Pembangunan Graha Pena yang diborong oleh PT Pembangunan Perumahan berlangsung cukup lancar; 9 bulan kemudian, pada 30 Oktober 1997, Graha Pena tutup atap dalam sebuah seremoni yang kembali dihadiri oleh Gubernur Jawa Timur Basofi dan diwarnai dengan doorprize. Dengan kondisi gedung yang masih setengah jadi dan sedang memasang cladding kacanya, Jawa Pos sepertinya kurang sabar menempati kantor baru mereka. Terbukti dua minggu kemudian (19 November 1997) mereka secara terburu-buru pindah kantor ke lantai podium Graha Pena. Pengumuman pemindahan kantor redaksi tersebut terbit di harian Jawa Pos sehari kemudian, disusul penggantian nomor telepon.

Karena Jawa Pos mulai operasional di gedung yang sejatinya liftnya saja belum dipasang apalagi sebagian pemasangan eksterior dan mekanikal/elektriknya, beberapa celoteh muncul di dalamnya. Mulai dari beberapa figur daerah yang mencari lokasi Graha Pena, beberapa yang tertipu dengan belum selesainya pembangunan Graha Pena yang tinggal menyisakan cladding. Dengan tiadanya lift, beberapa orang penting mau tidak mau harus naik tangga ke kantor redaksi Jawa Pos di lantai 4.

Akhir bulan November 1997 diwarnai dengan pemasangan elemen pena pada bagian bangunan yang miring. Gedung yang biaya pembangunannya menghabiskan biaya Rp. 62 milyar ini diyakini sudah selesai dibangun per Januari 1998 melalui sebuah iklan Jawa Pos bulan Desember 1997, dan merupakan pionir kantor sewa yang dipungut dalam nilai tukar rupiah, saat kebijakan itu berlaku sejak Desember 1997 akibat dari krisis moneter yang menimpa Indonesia.


Iklan

Arsitektur dan struktur Graha Pena: Konsep itu lahir di atas kertas boarding pass

Graha Pena
Sebelum ada ekstensi, Desember 2008. Terlihat tonjolan bentuk pena yang dibuat miring. Foto oleh mimin SGPC

Seperti yang disinggung di bagian awal artikel ini, Graha Pena Jawa Pos memiliki tinggi 88 meter, dengan 76 meter bila dihitung dari permukaan tanah hingga atap bangunan. Ditambah dengan tinggi menara telekomunikasi di atasnya, Kantor pusat Jawa Pos ini memiliki tinggi total 138 meter. Gedung ini dirancang oleh tim arsitek Sarana Rancang Bangun Persada pimpinan Ir. FX Suwardi Legowo, dan strukturnya dilakukan oleh Benjamin Gideon & Associates.

Rancangan Graha Pena sengaja dibuat untuk mengakomodasi status pemilik gedungnya yang berjalan di bidang media. Saat perancangan dilaksanakan, FX Suwardi Legowo melakukan banding ke Jakarta untuk mencari inspirasi. Karena tidak ada obyek bangunan di Jakarta yang bisa dijadikan contoh, saat pulang ke Surabaya dengan pesawat, Suwardi mencoret-coret pas penerbangannya, menggambar konsep desain Graha Pena. Gedung ini terdiri dari dua bagian berdasarkan bentuk gedungnya, yaitu podium yang berlantai 5 sebagai kantor pusat Jawa Pos dan rumah cetaknya, dan gedung perkantoran sewa berlantai 15.

Untuk mengakomodasi elemen pena seberat 300 ton tersebut, perancang struktur menggunakan 33 jangkar beton pratekan (prestressing strand) yang diposisikan di tiga tendon. Pucuk elemen pena dan jangkar beton yang memiliki beban besar itu diberikan wedge, dan diteruskan ke core bangunan. Keberadaan elemen pena tersebut menegaskan Graha Pena sebagai kantor jurnalistik, sekaligus memberikan ruang kantor tambahan bagi gedung berlapis kaca tersebut.

Gedung setinggi 88 meter ini memiliki luas lantai kasar 25 ribu meter persegi dengan jumlah lantai mencapai 20 lapis sudah termasuk lantai dasar.

Selain ditempati perusahaan yang bernaung di bawah grup Jawa Pos, tenant ternama lain yang menempati gedung ini adalah cabang Surabaya dari jaringan radio Gen FM dan Hard Rock FM, berikut pemancarnya di atas gedung.

Graha Pena Extension

Pada tahun 2013-2014 (berdasarkan gambar Google Earth Historical Imagery) Jawa Pos membangun gedung perluasan Graha Pena yang memiliki luas lantai (asumsi) 19.100 meter persegi. Gedung tersebut digunakan untuk perkantoran sewa dan 3 lantai terbawahnya merupakan parkiran.


Iklan

Data dan fakta

AlamatJalan Raya Ahmad Yani No. 88 Gayungan, Surabaya, Jawa Timur
ArsitekIr. FX Suwardi Legowo (Sarana Rancang Bangun Persada, arsitektur)
Benjamin Gideon & Associates (struktur)
PemborongPembangunan Perumahan
Lama pembangunanDesember 1996 – Januari 1998
Jumlah lantai20 lantai
Tinggi gedung arsitektural88 meter
Tinggi gedung termasuk antena138 meter
Biaya pembangunanRp 62 milyar (1997, setara Rp 449 milyar rupiah nilai 2023)
Referensi: Jawa Pos 16/12/1996, 17/12/1996, 31/10/1997, 28/11/1997, 19/12/1997; Indonesia Design vol. 2 #10

Referensi

  1. ari (1996). “Pagi Ini Graha Pena Dipancangkan Loper”. Jawa Pos, 16 Desember 1996, hal 9
  2. mf (1996). “Opo Bedane Loper Karo Developer”. Jawa Pos, 17 Desember 1996, hal 9
  3. rit/rin/nov (1997). “Basofi Nyanyi di Topping Off Graha Pena”. Jawa Pos, 31 Oktober 1997, hal 9
  4. Jawa Pos, 20 November 1997, hal. 8 (pengumuman pindah alamat Redaksi Jawa Pos)
  5. Jawa Pos, 21 November 1997, hal. 10 (perubahan nomor telepon)
  6. Redaksi Jawa Pos (1997). “Kacanya Belum Penuh, AC-nya Sudah Dingin”. Jawa Pos, 23 November 1997, hal. 9
  7. beka (1997). “Beratnya 300 Ton, Miring, Nggak Apa-Apa”. Jawa Pos, 28 November 1997, hal. 9
  8. nov (1997). “Sewa Graha Pena Rp 50 Ribu/M2”. Jawa Pos, 19 Desember 1997, hal. 16
  9. Web resmi Graha Pena Jawa Pos, diakses 9 Juli 2020 (arsip 2013, arsip 2020)
  10. Web resmi Benjamin Gideon & Associates, diakses 9 Juli 2020 (arsip)
  11. Web resmi: Gen 103.1 FM, Hard Rock FM
  12. cht (2005). “Graha Pena Surabaya”. Majalah Indonesia Design Vol. 2, No. 10, 2005. Hal. 52-56

Lokasi

Google Translate:


Bagaimana pendapat anda......

  1. Al Amien Aditia Avatar
    Al Amien Aditia

    Menurutku Graha Pena bukan hanya di Surabaya, tetapi juga hadir di Jakarta (kantor beberapa anak usaha Jawa Pos Group), Palembang (kantornya Sumatera Ekspres Group), Batam (sebelumnya ditempati Batam Pos selama 2005-17), Padang (kantornya Padang Ekspres), Pekanbaru (kantornya Riau Pos), Semarang (sebelumnya ditempati Radar Semarang), Medan (kantornya Sumut Pos), Makassar (kantornya Fajar Group), Manado (kantornya Manado Post) serta Pontianak (kantornya Pontianak Post).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *