Mayapada Tower merupakan kompleks perkantoran yang dikelola dan dimiliki oleh Grup Mayapada milik Dato’ Sri Tahir di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Saat didirikan, kedua gedung ini dimiliki oleh perusahaan yang berbeda.
Mayapada Tower I
Wisma Bank Dharmala adalah gedung pertama yang dipegang oleh Grup Mayapada sejak pertengahan 2000an dan berganti nama menjadi Mayapada Tower. Gedung ini awalnya dikembangkan oleh PT Putra Surya Perkasa (kini sudah pailit) dan lebih dikenal di masanya sebagai kantor pusat dari Bank Dharmala, milik Grup Dharmala yang berkantor di seberang jalan, yaitu Intiland Tower karya Paul Rudolph. Wisma Bank Dharmala dengan desain pascamodernisme dirancang oleh T & T International asal Jepang, bersama dengan cabangnya di Indonesia, Tata Nusa Tiara Internasional.
Gedung berlantai 20 ini sebenarnya sudah direncanakan sejak akhir 1980an, saat meledaknya kebutuhan ruang kantor. Pada minggu keempat November 1989, pembangunan gedung ini secara simbolis dipancang pertama oleh Hendro dan Trijono Gondokusumo, masing-masing Komisaris Utama Grup Dharmala dan Presiden Direktur Putra Surya Perkasa. Namun, untuk konstruksi atasnya baru bisa digarap oleh Decorient Indonesia dari Maret 1990 hingga September 1991 – setelah pada bulan Maret tahun 1990 meneken kontrak pembangunan gedung ini dengan pihak Putra Surya Perkasa.
Ketika gedung tersebut dibuka untuk umum pada Januari 1992, ditengah overstok kantor, 70 persen dari 24.500 meter persegi luas lantai bersih Wisma Bank Dharmala sudah terisi, dan per 1994 sudah mencapai 92 persen.
Belum diketahui kapan Wisma Bank Dharmala beralih kepemilikan dari Putra Surya Perkasa ke Grup Mayapada. Sejak tahun 2005, Wisma Bank Dharmala berganti nama menjadi Mayapada Tower I dan merenovasi total isi bangunan baik dari interior dan eksterior bangunan, membuat bentuk mengotak di sudut ujung atas gedung dan cladding menjadi biru.
Perkantoran dengan luas lantai total 35 ribu meter persegi ini memiliki dua bangunan: gedung perkantoran itu sendiri dan gedung parkir berlantai 12 dengan kapasitas 700 mobil – yang sebenarnya dibangun agak terlambat. Menurut salah satu pejabat Tata Nusa Tiara Internasional yang diwawancara Majalah Konstruksi, rancangan Mayapada Tower I masih berdasarkan kebutuhan pasar dengan luas tenant yang luwes (fleksibel, red.), baik dari kebutuhan ruang sampai desainnya yang saat itu merupakan mode di blantika arsitektur nasional. Secara struktur, pondasi menggunakan frankipile dan struktur atas masih menggunakan open-frame (rangka terbuka) dengan shear wall untuk corenya. Finishing gedung berupa curtain wall dan panel precast berwarna perak metalik.
Mayapada Tower II
Menara Bank Bali yang memiliki luas kotor 36 ribu meter persegi ini merupakan kantor pusat dari Bank Bali, menggantikan gedung lamanya di Jalan Hayam Wuruk No. 85 yang dianggap mulai tidak memadai operasional bank yang semakin membesar. Gedung yang awalnya dioperasikan oleh PT Bali Interland ini memang dioperasikan jua sebagai kantor sewa, selain menjadi kantor pusat Bank Bali.
Menara Bank Bali merupakan gedung yang dirancang dan dibangun sendiri oleh Shimizu Indonesia (design & construct), dengan Tritunggal Kania Utama sebagai pendamping desain arsitektur dan struktur, sementara mekanik dan elektrik digarap spesialis. Pembangunan berlangsung dari November 1990 dan selesai sekitar akhir 1992, Bank Bali baru resmi pindah ke gedung ini mulai 9 September 1993.
Desain yang diusung Menara Bank Bali masih merupakan pengejawantahan citra Bank Bali, dengan atapnya yang meruncing dengan bagian tengahnya diberi celah – atau dalam bahasa wartawan Infopapan, “seperti sebuah gunung berkawah di tengahnya”. Lantai basement yang diberi taman dan air mancur sebagai unsur alam, dan lantai dasar yang merupakan aktivitas perbankan Bank Bali. Belakangan keseluruhan unsur tersebut sudah hilang semenjak perubahan kepemilikan gedung.
Secara struktur bangunan masih bisa disebut “biasa saja” karena menggunakan pondasi bored pile berkedalaman 22-32 meter. Struktur utama bangunan menggunakan pelat lantai konvensional. Finishing menggunakan lapis kaca warna hijau yang diimpor dari Belgia, dengan granit impor Italia yang sewarna, untuk kemudahan perawatan dan memperkuat kesan mewah gedung ini.
Sejak selesai dibangun, Bank Bali berkantor pusat di gedung ini hingga pada 2002, bersama dengan 4 bank swasta pasien BPPN lain dilebur menjadi Bank Permata yang selanjutnya tetap berkantor pusat di gedung ini, sekaligus mengubah nama gedung ini menjadi Gedung PermataBank, selanjutnya PermataBank Tower, setidaknya sampai 2013.
Pada 28 Desember 2009, Bank Permata mulai menjajaki penjualan kepemilikan PermataBank Tower ke pihak ketiga yang tidak disebut namanya, dan penjualan difinalisasi pada 23 Maret 2010, dengan imbal balik Bank Permata menyewa ruang kantor selama dua tahun dan ditebus dengan imbalan USD 44,3 juta, atau Rp. 403 milyar (USD 50,8 juta/Rp. 728 milyar nilai 2019). Pihak ketiga tersebut adalah Grup Mayapada – hal ini dipertegas di web resmi gedung ini.
Imbal balik tersebut berakhir pada 22 Maret 2013, tetapi empat hari sebelumnya Bank Permata sudah pindah ke World Trade Centre II, dan menyewa 21 ribu meter persegi ruang kantor di sana.
Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1990an dapat anda baca di artikel ini
Data dan fakta
Mayapada Tower I
Nama lama: | Wisma Bank Dharmala Mayapada Tower |
Alamat: | Jalan Jenderal Sudirman Kav. 28 Setiabudi, Jakarta Selatan, Jakarta |
Arsitek: | T & T International Consultants (arsitektur) Tata Nusa Tiara Internasional (architect of record) Policipta Multidesain d/h Mecosys Enicon (kelistrikan) |
Pemborong | Decorient Indonesia |
Lama pembangunan: | Maret 1990 – September 1991 |
Jumlah lantai: | 20 lantai 2 basement |
Tinggi gedung (CTBUH) | 94,5 meter |
Biaya pembangunan | USD 23 juta (1991) / Rp 45 milyar (kurs 1991) Rp 523 milyar (inflasi 2020) |
Mayapada Tower II
Nama lama | Bank Bali Tower Gedung Bank Bali Gedung PermataBank PermataBank Tower |
Alamat | Jalan Jenderal Sudirman Kav. 27 Setiabudi, Jakarta Selatan, Jakarta |
Arsitek | Shimizu Corporation (perancang) Tritunggal Kania Utama (pendamping perancang arsitektur, struktur dan kelistrikan) |
Pemborong | Shimizu Corporation |
Lama pembangunan | November 1990 – November 1992 |
Jumlah lantai | 26 lantai 1 basement |
Biaya pembangunan | USD 36 juta (1993) / Rp 74,4 milyar (kurs 1993) Rp 749 milyar (inflasi 2019) |
Referensi
Mayapada Tower I
- Dwi Ratih; Djati Retnowati, Saptiwi (1992). “Wisma Bank Dharmala: Dengan Selasar Tertutup Sepanjang Sisi Bangunan”. Majalah Konstruksi No. 167, Maret 1992
- Website resmi Policipta Multidesain
- Website resmi Mayapada Tower I
- Prospektus PT Putra Surya Perkasa. Jawa Pos, 22 Februari 1994
- “DKI Tambah Satu Gedung Perkantoran Modern.” Harian Ekonomi “Neraca”, 4 Desember 1989, hal. 5
- Urip Yustono (1990). “Kontrak pembangunan gedung “Bank Dharmala.” Majalah Konstruksi No. 145, Mei 1990, hal. 37
- Vera Trisnawati (1990). “Bank Dharmala: Tampil dengan gaya post modern.” Majalah Konstruksi No. 143, Maret 1990, hal. 56-57
Mayapada Tower II
- Dwi Ratih; Djati Retnowati, Saptiwi (1993). “Bank Bali Tower: Penekanannya Pada “Solid Basic Foundation”.” Majalah Konstruksi No. 177, Januari 1993.
- Media Indonesia, 3 September 1993 (iklan)
- Prospektus PermataBank 2013, halaman 395
- Dina Mirayanti Hutauruk (2013). “Bank Permata Resmi Pindah Kantor ke WTC II”. Okezone, 18 Maret 2013.
- Nina Dwiantika (2013). “Permata jual gedung demi efisiensi.” Kontan, 4 Juli 2013.
- Website resmi PermataBank
- Website resmi Mayapada Tower II
- Yusran Edo Fauzi (1993). “Bank Bali Bermain Warna Material.” Majalah Bisnis Properti, Oktober 1993, hal. 77-80
Tinggalkan Balasan