Plaza PP adalah gedung berlantai 8 di bilangan Tahi Bonar Simatupang yang merupakan kantor pusat kedua PT Pembangunan Perumahan, sebuah pemborong milik negara yang kini memiliki beberapa anak bisnis terkait seperti PP Presisi, PP Properti dan PP Urban. Ini merupakan gedung kantor pusat BUMN kontraktor pertama yang SGPC bahas; untuk gedung sejenis, lihat kantor pusat Nindya Karya, Hutama Karya, Waskita Karya dan Wika Tower.
Plaza PP dibangun karena kondisi gedung PT PP lama yang berdiri di sekitar Bundaran Hotel Indonesia sudah dianggap tidak mampu menampung kegiatan perseroan pemborongan negara yang semakin besar. Gedung lama tersebut dibongkar pada tahun 1990 untuk membangun Plaza Permata. Pembangunan gedung bergaya fungsional di Jalan T.B. Simatupang itu dimulai pada tanggal 6 Juni 1990 hingga rampung pada 25 Mei 1991 ( versi Media Indonesia. Majalah Konstruksi (163, November 1991) menyebutkan konstruksi Plaza PP berlangsung dari Agustus 1990 hingga selesai pada April 1991) .
Plaza PP resmi dibuka pada 23 Agustus 1991 oleh Menteri PU Radinal Moochtar. Dalam sambutannya, Moochtar optimis dengan masa depan BUMN perborongan. Menurut Menkeu Nasrudin Sumintapura, kepada KOMPAS, soal pindahnya PT PP ke Plaza PP, “kini nilai ekonomis sudah mengalahkan nilai nostalgia”. Pembangunan gedung ini menghabiskan biaya 15 milyar rupiah, 50 persen diantaranya dari pinjaman bank.
Walau gedung ini dibangun dan dimiliki oleh PT PP, mereka hanya merancang struktur dan mekanik/listriknya sendiri, sementara desain gedung seluas 12.500 meter persegi ini dirancang oleh tim arsitek dari Perentjana Djaja. Menilik desainnya, legiun kotak kaca ini bergaya pascamodern. Warna yang digunakan pada lapis kacanya berwarna biru karena faktor warna korporasi PT PP. Secara struktural, gedung tersebut memiliki pondasi tiang pancang dan struktur utama rangka beton bertulang dengan tembok geser untuk core.
Lanskap kompleks Plaza PP menjadi titik plus dalam perencanaannya. Mengingat lokasinya berada di kawasan yang dianggap hijau dan resapan air, luas gedungnya sendiri hanya seperlima luas lahan, yang kebanyakan digunakan untuk lahan parkir dan taman. Lahan parkirnya sendiri juga dipenuhi dengan pohon, mengurangi dampak negatif dari “pembetonan lahan resapan” seperti yang biasanya dituduhkan oleh fanatik pecinta lingkungan.
Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1990an dapat anda baca di artikel ini
Data dan fakta
Alamat | Jalan T.B. Simatupang No. 57 Pasar Rebo, Jakarta Timur, Jakarta |
Arsitek | Perentjana Djaja (arsitektur) Pembangunan Perumahan (struktur dan mekanik/listrik) |
Pemborong | Pembangunan Perumahan |
Lama pembangunan | Juni 1990 – Mei 1991 |
Diresmikan | 23 Agustus 1991 |
Jumlah lantai | 8 lantai |
Biaya pembangunan | Rp 15 milyar (1991) Rp 174 milyar (inflasi 2023) |
Referensi
- Retnowati, Saptiwi Djati; Dwi Ratih (1991). “Plaza PP: Berusaha Tidak Mengubah Wajah Lingkungan”. Majalah Konstruksi No. 163, November 1991.
- PSC (1991). “Nama dan Peristiwa: Nasrudin Sumintapura Resmikan Gedung PP di Jakarta”. KOMPAS, 27 Agustus 1991.
- Wat (1991). “BUMN Butuh Kesempatan untuk Tingkatkan Profitabilitas.” Media Indonesia, 27 Agustus 1991, hal. 3
Tinggalkan Balasan