Hotel Mercure Convention Centre di Ancol adalah hotel bintang empat yang berlokasi di dalam kawasan Ancol di Jakarta Utara, yang kini dikelola oleh Grup Accor dan dimiliki oleh Jakarta Setiabudi Internasional pimpinan Jan Darmadi.

Hotel dengan 436 kamar ini dirancang oleh tim arsitek dari Perentjana Djaja dan dibangun oleh Dimensi Engineering Contractors mulai 1973 dan selesai dibangun 1975 dan dibuka mulai akhir 1975, hotel dengan 436 kamar ini awalnya merupakan sebuah hotel kasino sebelum kasino dilarang di Indonesia sejak 1981.

Hotel Mercure Ancol
Difoto dari gondola Ancol. Foto oleh mimin SGPC

Iklan

Sejarah Mercure Convention Centre Ancol: Lahir disaat gencar pembangunan sarana hiburan Ibukota

Hotel Horison Ancol (1975-2003)

Di atas tanah seluas 3,1 hektar (31 ribu meter persegi) ini, sebuah hotel yang diprakarsai oleh 8 pengusaha lokal ternama – paling terlihat Ciputra dan Atang Latief – dibawah nama Metropolitan Realty Internasional, mulai dibangun pada tahun 1973, saat perjudian masih legal di Jakarta era Ali Sadikin. Saat itu, gubernur benar-benar getol membangun sarana-sarana umum dan hiburan di ibukota di tengah demam minyak.

Hotel baru tersebut dibangun di samping kasino Copacabana Ancol, dan berfungsi mengakomodir tamu-tamu kasino, walau juga memberi kesempatan pada pelancong bisnis dan wisatawan biasa untuk menginap, menurut advertorial di harian Sinar Harapan.

Hotel tersebut diberi nama Horison dan dibangun oleh Dimensi Engineering dan dirancang oleh tim arsitek Perentjana Djaja, menghabiskan biaya 4 milyar rupiah nilai 1976 (setara 198 milyar rupiah nilai 2020). Hotel Horison selesai dibangun pada Agustus 1975 dan melakukan trial operasi sejak 15 September 1975 dengan “cukup” 85 kamar. Baru pada November 1975, hotel dengan 350 kamar dibuka penuh.

Hotel Horison diresmikan operasionalnya oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada tanggal 15 April 1976, dengan membuka selubung prasasti dan ornamen ikan. Baru lima tahun hotel ini dibangun, manajemen hotel membuka Krakatau Convention Centre berkapasitas 3000 orang pada 1980, menyunat jumlah kamar menjadi 320. Namun keadaan berbalik arah bagi Hotel Horison.

Pemerintah Orde Baru, pada 1981, mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 9/1981 mengenai penertiban perjudian, yang melarang segala bentuk perjudian termasuk kasino, dan berlaku mulai 1 April 1981. Akibatnya, kasino Copacabana tutup dan Hotel Horison dalam keadaan sekarat, karena sepi tamu. Hanya 15 persen rata-rata dari 320 kamar yang terisi selama 1981 sampai 1986, era hotel termegah di Ancol tersebut mencapai titik nadirnya.


Iklan

Hotel Mercure Convention Centre d/h Hotel Horison Ancol, Jakarta, 1975
Hotel Mercure Convention Centre pada tahun 1975, saat masih bernama Hotel Horison
Foto: Majalah Cipta, Agustus 1975

Walau pihak hotel menambah fasilitas seperti jogging track, sauna dan pijat ala Jepang pada 1981 (sebelum atau setelah kasino diusir dari Indonesia) dan lapangan tennis pada 1982, toh tidak ada biaya untuk merawat fasilitas-fasilitas lain di hotel dan merubah orientasi dan imej hotel yang sulit beranjak dari hotelnya penjudi.

Baru pada November 1986, setelah 7 kali ganti general manager termasuk 4 general manager asing, Drs. Boediman Kusika ditunjuk menjadi General Manager merangkap Managing Director Hotel Horison Ancol. Perubahan mulai dilakukan. Pemegang saham dilarang mengintervensi manajemen hotel, mengubah etos kerja dan struktur penggajian karyawan hotel, bahkan sampai menerbangkan karyawannya ke luar negeri untuk magang, dan mengubah orientasi hotel menjadi hotel keluarga dan bisnis (sejenis resort) dengan memanfaatkan keuntungan sebagai hotel pinggir pantai. Bukti terlihat dari keberadaan sebuah klub musik, dan disiapkannya fasilitas-fasilitas ramah keluarga dan bisnis.

Manuver Boediman pun berbuah manis, per 1987 omzet melonjak empat kali lipat dari omzet 1986, sebesar nyaris 1 milyar rupiah. Tahun berikutnya, naik sepuluh kali lipat menjadi 10 milyar rupiah, dan hotel untung 1,2 milyar rupiah (setara 20,4 milyar rupiah nilai 2020). Puncaknya adalah profit 6,9 milyar rupiah dengan omzet 29,6 milyar rupiah (2020: Rp 344 milyar) pada 1991. Tingkat keterisian hotel mencapai 70-80 persen pada 1993 dan 1995.

Selain meningkatnya profit, jaminan kesejahteraan pegawai dan keterisian kamar, warisan Boediman lainnya adalah gedung tambahan, dan penghargaan. Penghargaan terbesar yang diraih oleh hotel ini adalah penghargaan Adhikarya Wisata dari Depparpostel di tahun 1990an.

Untuk meningkatkan ketersediaan kamar yang meningkat, Hotel Horison membangun gedung perluasan sebanyak 120 kamar dan 11 lantai sudah termasuk ground floor, mulai dibangun April 1990, selesai dibangun pada September 1991, dan diresmikan pada 18 April 1992. Desain kembali digodok oleh Perentjana Djaja dan dibangun oleh Dimensi Engineering. Dengan pembangunan 120 kamar tersebut, total jumlah kamar kala itu adalah 440 kamar, kini 436 kamar per Annual Report PT Jakarta Setiabudi International tahun 2017.

Pada tahun 2001, PT Jakarta Setiabudi International – pemilik Hotel Raddin Ancol alias tetangga Horison Ancol – mencaplok pemilik hotel PT Metropolitan Realty Internasional.

Hotel Mercure Convention Centre (2003-sekarang)

Dua tahun setelah akuisisi oleh PT JSI, mulai 12 Maret 2003, nama Hotel Horison Ancol pensiun dan berganti nama menjadi Hotel Mercure Marina Ancol, walau berganti nama lagi menjadi Mercure Convention Centre Ancol atas saran pihak Accor yang akhirnya menjadi bagian dari manajemen hotel. Sepanjang Maret sampai Oktober 2004, hotel ini ditutup untuk umum dalam rangka renovasi.

Dari hotel inilah beberapa peristiwa penting terjadi, mengingat peran hotel Mercure Convention Centre sedikit bergeser dari sekedar hotel keluarga dan bisnis menjadi tempat rapat beberapa instansi ternama dari pemerintah, instansi komersial lokal hingga internasional.


Iklan

Arsitektur Mercure Convention Centre Ancol yang penuh daya khayal

Mercure Ancol
Bersama dengan gedung perluasan. Foto oleh mimin SGPC

Hotel Mercure Convention Centre awalnya memang dirancang sebagai “sebuah oasis” yang mempertemukan hotel bisnis dan hotel peristirahatan. Hal ini wajar karena sebagai hotel yang menyediakan tak hanya balai sidang, Hotel Mercure berada di dalam Taman Impian Jaya Ancol dimana fasilitas hiburan seperti SeaWorld, Pantai Ancol, Dunia Fantasi hingga Ecopark Ancol, semuanya adalah obyek wisata ternama, yang mungkin tidak dipikirkan perancang Perentjana Djaja saat hotel ini masih bernama Hotel Horison.

Konstruksi eksterior hotel dengan luas lantai 27.500 meter persegi ini dibuat sedemikian rupa agar mendekati sifat alamiah sebuah semen, mempersonalisasikan karakteristik Hotel Mercure Convention Centre dengan falsafah kepribadian Indonesia, keramahtamahan dan suasana bahari Indonesia.

Interior lobi hotel digarap oleh tim dari PT Modern Interior, yang dengan luar biasanya memanfaatkan produk dan muatan lokal dari penjuru Indonesia dalam perancangan dan pelaksanaan interior Hotel Horison saat itu; renovasi menjadikan interior hotel Mercure Convention Centre terlihat lebih elegan dan simpel walau sebagian besar ornamen dari era Hotel Horison setidaknya masih bertahan.

Karena perpaduan antara suasana resort dan kebudayaan Indonesia yang kental, pada awal pembangunannya, Hotel Horison dipuji beberapa pihak baik dalam maupun luar negeri. Seorang tamu, pejabat Federasi Real Estat Dunia-FIABCI, mengatakan kepada tim pembuat advertorial Sinar Harapan bahwa “Hotel Horison penuh daya khayal, unik dan merupakan karya agung suatu perencanaan dan pemilihan lokasi yang matang serta menyeluruh”.

Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1950an hingga 1970an dapat anda baca di artikel ini


Iklan

Data dan fakta

Nama lamaHotel Horison Ancol
Nama lainHotel Mercure Ancol
AlamatJalan Pantai Indah Ancol Pademangan, Jakarta Utara, Jakarta
Arsitek (wing original dan gedung ekstensi)Perentjana Djaja
Pemborong (wing original dan gedung ekstensi)Dimensi Engineering Contractors
Lama pembangunan (wing original)1973 – 1975
Lama pembangunan (gedung ekstensi)1990 – 1991
Dibuka (wing original)15 April 1976
Jumlah lantai (wing original)7 lantai
Jumlah lantai (gedung ekstensi)11 lantai
Jumlah kamar436 (1991-sekarang)
320 (1975-1991)
Biaya pembangunan (wing original)Rp 4 milyar (1976)
Rp 198 milyar (inflasi 2020)
SignifikasiPariwisata (hotel utama pantai Ancol)
Referensi: Majalah Konstruksi #151 November 1990; Sinar Harapan 17/4/1976; Sinar Harapan 14/4/1976; Warta Ekonomi 27/4/1992

Referensi

  1. Majalah Konstruksi, September 1979 (iklan Dimensi Engineering)
  2. Web Resmi Perentjana Djaja
  3. Media Indonesia, 19 September 1993:
    1. M. Achsan Atjo. “Horison, Serasa di Rumah Sendiri”.
    2. M. Achsan Atjo. “Semula, Pelengkap Taman Impian”.
  4. ADVERTORIAL (1995). “Dari Hotel Judi ke Hotel Keluarga dan Bisnis”. Suara Pembaruan, 15 September 1995.
  5. Annual Report PT Jakarta Setiabudi Internasional (2017, 2016, 2004)
  6. Retnowati, Saptiwi Djati; Dwi Ratih; Yustono, Urip. “Perluasan Hotel Horison”. Majalah Konstruksi No. 151, November 1990.
  7. ADVERTORIAL (1976). “Hotel Horison: Titik Pertemuan Tata-Seni Budaya Asli dan Kehidupan Modern”. Sinar Harapan, 14 April 1976.
  8. A-3 (1976). “Gubernur Ali Sadikin: Izin Pembangunan Hotel Baru Untuk Sementara Dihentikan”. Sinar Harapan, 17 April 1976.
  9. Novri Hardi (1992). “Berpacu di Saat Lesu”. Warta Ekonomi, 27 April 1992
  10. Alberthiene Endah; Ciputra (2019). “Ciputra the Entrepreneur: The Passion of My Life.” Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 258

Lokasi

Google Translate:

Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Banyak tulisan gedung yang SGPC buat sebelum dijadwalkan terbit. Penasaran? Dukung kami via Trakteer.