Iklan

Setiap Gedung Punya Cerita

Blog Sejarah Gedung-Gedung Indonesia

Gedung Slamet Bratanata Kementerian ESDM

Gedung Slamet Bratanata adalah nama resmi gedung kantor yang ditempati oleh Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan & Konservasi Energi Kementerian ESDM, sebuah cabang instansi yang bertugas mengawasi dan mengimplementasi pemanfaatan energi terbarukan di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Gedung tersebut berdiri di Jalan Pegangsaan Timur di Menteng, Jakarta Pusat, dekat dengan Pasar Cikini.

Gedung Slamet Bratanata Kementerian ESDM, 2017
Foto oleh mimin SGPC

Iklan

Awalnya, gedung ini merupakan kantor pusat asuransi Dharmala Manulife, patungan konglomerasi Grup Dharmala dengan asuransi asal Kanada, Manulife, sehingga otomatis gedung ini merupakan aset Dharmala Intiland (yang dalam waktu dekat membangun Menteng Prada, dekat dengan gedung ini). Sebelum gedung ini dibangun, berdiri kantor asuransi Dharmala Manulife yang dianggap sudah terlalu sempit untuk menampung operasional perusahaan.

Desain konsep gedung dirancang oleh salah satu firma asal Singapura bernama DPC Development, dan disempurnakan oleh PT Jatimmakmur Ekabuana, mulai akhir 1992 dan selesai September 1993. Sementara pembangunan dilakukan oleh Frankipile Indonesia untuk pondasi dan pemborong negara Pembangunan Perumahan selama setahun penuh pada 1994, buntut dari terlambatnya mobilisasi alat pondasi oleh Frankipile Indonesia. Dharmala menghabiskan biaya investasi 14 juta dolar AS atau setara Rp. 30,5 milyar rupiah (1994).

Walau dalam perjalanan hidup gedung ini diwarnai cerainya Dharmala dengan Manulife sejak 2002, dan Intiland berganti dari bayang-bayang Dharmala pada 2007, hubungan gedung ini dengan Manulife tetap erat, hingga pada Agustus 2008, Manulife Indonesia memutuskan keluar dari gedung berusia 13 tahun kala itu dan pindah ke Sampoerna Strategic di pusat bisnis Jakarta.

Akibat kosongnya Wisma Manulife, Intiland menjual gedung Wisma Dharmala Manulife dan ditebus dengan mahar Rp. 104,5 milyar (setara Rp. 165,3 milyar nilai 2020) di tahun 2010. Tidak diketahui siapa pembelinya, dan belum diketahui sejarah bagaimana Dirjen Energi Baru Terbarukan & Konservasi Energi Kementerian ESDM akhirnya berkantor di bekas Wisma Manulife – menjadikan gedung ini salah satu kantor Kementerian ESDM, bersama dengan kantor Ditjen Migas di Kuningan, Ditjen Minerba di Tebet dan kantor utama di Medan Merdeka Selatan.

Sejak 22 Oktober 2019, Gedung Ditjen EBTKE berganti nama menjadi Gedung Slamet Bratanata. Nama barunya diambil dari nama Menteri ESDM di era Kabinet Ampera Presiden Soeharto, Slamet Bratanata. Empat tahun sebelumnya, Kementerian ESDM memasang panel surya berkapasitas 40 kilowatt peak di atap gedung EBTKE.


Iklan

Terbantu oleh lahannya yang berbentuk segitiga

Melihat lahannya yang berbentuk segitiga, dan keberadaan rel elevated di sebelahnya, maka tidaklah mengejutkan bila bentuk tapak gedungnya berupa konsolidasi kotak bangunan dan berorientasi diagonal. Alasan yang disampaikan oleh insinyur PT Jatimmakmur, Ir. Hans Rusli IAI, adalah untuk mencegah segala bentuk gangguan kebisingan di Jalan Pegangsaan Timur dan lalu lalang kereta api. Selain itu, keuntungan tambahan gedung berorientasi diagonal adalah posisinya yang tidak langsung menghadap sinar matahari.

Gedung Slamet Bratanata
Foto oleh mimin SGPC

Bentuk gedung yang tak simetris disebabkan oleh masalah fungsional yaitu sulitnya akses jalan. Rencana arsitek untuk memasukkan jalan masuk utara dan jalan masuk Gang Ampium tidak bisa dilaksanakan karena sulitnya lahan, sehingga pintu masuk hanya bisa melalui Jalan Pegangsaan Timur. Secara eksterior desainnya berciri pascamodernisme dengan ciri permainan jendela kaca dan curtain wall, dan setback (undakan bangunan). Teras setback konon akan dihijaukan tetapi dalam praktiknya menjadi tempat memasang unit luar AC.

Secara struktur gedung, pondasi menggunakan kombinasi steel sheet pile dan bored pile dengan struktur utama pemasangan temboknya berupa precast. Gedung Slamet Bratanata menyediakan ruang perkantoran seluas 10.441 meter persegi (bersih).

Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1990an dapat anda baca di artikel ini


Iklan

Data dan fakta

Nama lamaWisma Dharmala Manulife
Wisma Manulife Indonesia
AlamatJalan Pegangsaan Timur No. 1 Menteng, Jakarta Pusat, Jakarta
ArsitekDPC Development (Singapura) (arsitektur)
Jatimmakmur Ekabuana (architect of record)
PemborongPembangunan Perumahan (struktur dan finishing)
Frankipile Indonesia (pondasi)
Lama pembangunanJanuari 1994 – Desember 1994
Jumlah lantai8 lantai
1 mezzanin
Biaya pembangunanRp. 30,5 milyar (1994)
Rp. 282 milyar (inflasi 2023)
Referensi: Majalah Konstruksi No. 210, September 1995, Berita Yudha 28/10/1994

Sumber

  1. Aria/M. Ridwan (1995). “Wisma Dharmala Manulife: Mengatasi lingkungan dengan permainan bentuk dan letak massa”. Majalah Konstruksi No. 210, September 1995.
  2. “Indonesia Declines to Intervene In Manulife Bankruptcy Dispute”. Wall Street Journal, 19 Juni 2002.
  3. Ragil Nugroho/Adisti Dini I. (2013). “Garis Tangan Gondokusumo di Properti”. Kontan, 19 Januari 2013.
  4. Annual Report Intiland 2008
  5. Annual Report Intiland 2010
  6. Humas Ditjen EBTKE (2019). “Gedung Ditjen EBTKE Kini Bernama Gedung Slamet Bratanata“. Kementerian ESDM, 28 Oktober 2019. Diakses 8 November 2019. (arsip)
  7. Humas Ditjen EBTKE (2019). “Narasi Tunggal: Pasang PLTS Atap, Tagihan Listrik Lebih Hemat“. Kementerian ESDM, 8 Agustus 2019. Diakses 8 November 2019. (arsip)
  8. “Dharmala Intiland Kembangkan Sayap.” Berita Yudha, 28 Oktober 1994, hal. 5

Lokasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *