Setiap Gedung Punya Cerita

Blog Sejarah Gedung-Gedung Indonesia

Iklan

Tempo Pavilion

Tempo Pavilion adalah kompleks perkantoran yang berdiri di Jalan H.R. Rasuna Said, Jakarta Selatan, yang terdiri dari dua gedung yaitu Tempo Pavilion 1 dan 2. Ia dikelola oleh salah satu anggota Tempo Scan Pacific, dan merupakan salah satu gedung paling senior se-Rasuna Said.

Tempo Pavilion 1

Tempo Pavilion I
Gedung berusia muda ini….. info sejarahnya susah didapat. Foto oleh mimin SGPC

Berbeda dengan kakaknya yang bernama Tempo Pavilion 2 (lihat di bawah), Tempo Pavilion 1 yang sebelumnya bernama Bina Mulia 2 sangat jarang dibahas media-media arsitektur atau media massa lain. Gedung berlantai delapan dengan satu ruang bawah tanah ini selesai dibangun di tahun 1989 dan menjadi kantor pusat Tempo Scan Pacific – perusahaan obat kelas besar – bersama dengan Bina Mulia 1 di tahun yang sama, tepatnya 13 November 1989 hingga pindah ke Tempo Scan Tower (bekas Bina Mulia 3) pada tahun 2012. Mulai 1990 hingga pertengahan 1990an, Philips menyusul berkantor di gedung ini.

Gedung Tempo Pavilion 2 dirancang oleh tim arsitektur dari Grahacipta Hadiprana bersama dengan John O. Lummis, seorang arsitek Amerika yang juga bekerja di Peru, dengan penampilan arsitektur a la Intiland Tower, Kantor Gubernur Jawa Tengah dan KBRI Kuala Lumpur. Ia memiliki 8 lantai dengan 1 besmen parkir dengan luas lantai total 9.533 meter persegi (kasaran di Google Maps, belum tentu benar). Kontraktornya adalah Dextam sendiri.


Iklan

Tempo Pavilion 2

Gedung berlantai 11 ini jauh lebih banyak dibahas dibanding adiknya. Ia dibangun oleh Hadiprana yang juga mengembangkan gedung untuk Grup Tempo Scan Pacific yang berlokasi di Jalan HR Rasuna Said ini, bersama dengan Wijaya Karya. Desain Tempo Pavilion II dirancang oleh Ir. Nurrochman Siddharta dari Atelier 6 serta strukturnya digodok oleh tim dari PT Decimal. Versi buku “Indonesian Accents” karangan Tan Hock Beng, gedung ini adalah kerjasama Hadiprana dan Atelier 6; namun di majalah Cipta dan Karya Arsitektur Arsitek Indonesia Vol. 2 menyebut peran penuh tim dari Atelier 6.

Pemberitaan Kompas tertanggal 25 Juni 1984 mengabarkan bahwa pada 1983 Gedung Bina Mulia I memberi kontribusi pada stok perkantoran Jakarta bersama 6 gedung lain seperti Ficorinvest (Graha Binakarsa, sudah dihancurkan 2018), Kavling 14 (sekarang BPJS Ketenagakerjaan), Papan Sejahtera Building (sekarang Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi), Atrium Mulia, Plaza Bumi Daya (sekarang Graha Mandiri) dan Manggala Wanabhakti. 32 tahun kemudian gedung ini direnovasi dan diganti claddingnya menjadi krem dan lapis kaca biru khas kekinian abad 21 – walau secara desain keseluruhan tidak mengalami perubahan – secara diam-diam – dan berganti nama menjadi Tempo Pavilion.

Tempo Pavilion II
Feminim, karena sejarahnya sebagai kantor perusahaan kosmetik. Foto oleh mimin SGPC.

Tempo Pavilion II ingin mengesankan citra feminim

Gedung yang kini bernama Tempo Pavilion II ini memiliki desain yang dijabarkan oleh arsitek, bersifat feminim. Maksudnya, feminimnya dimasukkan ke dalam denah interior gedungnya. Eksterior Tempo Pavilion II berbentuk tropis dengan teras dan overstack di 5 lantai awal, dan memiliki gedung tingginya yang memiliki lantai total 11, yang dilapisi keramik dan kaca hitam. Memang awalnya gedung tingginya yang berlantai 11 dibuat seserasi gedung 5 lantai, namun diubah untuk memaksimalkan ruang kantor, saat pembangunan gedung baru mencapai tahap tiang pancang. Gedung ini memiliki luas lantai 7.000 m2.

Saat dibangun sebagai kantor dan showroom kecantikan Revlon di Indonesia, interior gedung ini, sebagai pengejawantahan konsep feminim, memanfaatkan lapis aluminium keemasan dan kayu plitur. Sayang, ada dugaan lapis lobi gedung ini berubah selepas gedung ini direnovasi oleh pihak Tempo Scan Pacific selaku pemilik baru gedung ini. Tidak diketahui penjelasan struktural gedung berlantai 11 ini.

Secara kritik arsitektur, wartawati Femina, Erlita Rachman, secara jitu membaca konsep arsitektur yang diusung oleh Atelier 6. Menurutnya, permainan elemen dan tekstur dinding (yang dominan warnanya putih dan berkaca riben hitam kala itu) memberi kesan akrab dengan manusia di lingkungan sektor selatan Rasuna Said, menjadikan gedung Bina Mulia I (ia menyebutnya Gedung Revlon) sebuah gedung sederhana dan cantik.


Iklan

Data dan fakta

Nama lamaBina Mulia I
House of Revlon
AlamatJalan H.R. Rasuna Said Kav. 10 Setiabudi, Jakarta Selatan, Jakarta
ArsitekIr. Nurrochman Siddharta (Atelier 6) (arsitektur)
Decimal Engineering Consultant Jakarta (struktur)
Pemborong (J.O.)Grahacipta Hadiprana
Wijaya Karya
Lama pembangunan1982 – 1983
Jumlah lantai11 lantai
Tinggi gedung (Majalah Cipta No. 66)43,5 meter
Referensi: Majalah Cipta #66 1985, Ikatan Arsitek Indonesia 1984

Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1980an dapat anda baca di artikel ini

Referensi

  1. DP (1984). “Bisnis Perkantoran di Kawasan Segi Tiga Emas.” KOMPAS, 25 Juni 1984, hal. 1
  2. Atelier 6 (1985). “House of Revlon.” Majalah Cipta No. 66/1985.
  3. Ikatan Arsitek Indonesia (1984). “Buku Ke-2 Karya Arsitektur Arsitek Indonesia.” Jakarta: Ikatan Arsitek Indonesia. Halaman 54-55.
  4. Erlita Rachman (1994). “‘Koridor’ Rasuna Said, Jalur Wisata Arsitektur di Jakarta.” Femina No. 25/XXII, 30 Juni 1994, hal. 103-106
  5. Arsip halaman resmi Dextam, diarsip 31 Mei 2008
  6. “Philips – Ralin investasikan dana US$ 65 juta di RI.” Harian Ekonomi “Neraca”, 2 Juli 1990, hal. 4
  7. Halaman resmi Tempo Scan Pacific, diakses 10 Desember 2023 (arsip)
  8. Tan Hock Beng (1999). “Grahacipta Hadiprana: Indonesian Accents.” Singapura: Page One Publishing. Hal. 210-211

Lokasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *