Bagi anak metropolitan yang besar di Jakarta pada dasawarsa 1980an dan awal 1990an, Pasar Melawai Blok M juga merupakan pemain kunci di balik tren “ngeceng” yang mewarnai kawasan pertokoan dan perdagangan Melawai/Blok M. Berbeda dengan mal di kawasan Blok M yang berjaya di era 1980an; Aldiron Plaza, Melawai Plaza, dan Pasaraya, Pasar Melawai adalah pasar yang dikelola pemerintah melalui Perusda Pasar Jaya, badan usaha milik Pemprov DKI Jakarta.
Pasar tradisional ini punya dua generasi, pertama dibangun 1968 dalam rangka pembangunan kawasan perdagangan Blok M keseluruhan, sedang yang terakhir bertahan selama 28 tahun dari 1987 hingga 2005. Kini, lahan bekas Pasar Blok M menjadi bagian dari Blok M Square.
Pasar Melawai generasi pertama sepaket dengan pembangunan terminal Blok M
Pasar Melawai dibuka resmi oleh Gubernur DKI Ali Sadikin pada 18 Juni 1968, yang dibangun secara bertahap. Tahap pertama dibangun oleh sebuah komanditer bernama CV Waisja, sementara tahap keduanya yang dibangun oleh Nindya Karya diresmikan pada 9 Desember 1968. Terhitung biaya konstruksi keduanya mencapai total Rp. 115 juta nilai 1968. Pembangunannya juga termasuk pembangunan gerai Sarinah dan berbagai fasilitas umum. Pembangunan Pasar Melawai ini merupakan bagian dari revitalisasi terminal bus di Jakarta, karena terminal Blok M diresmikan pada hari yang sama.
Pasar tersebut dikabarkan oleh harian KOMPAS (19/6/1968) memiliki luas tanah 22.000 m2 yang dibagi ke beberapa penggunaan; parkir untuk 260 kendaraan (roda dua dan empat) seluas 7.997 m2, Sarinah seluas 4.940 m2, 14,5 persen (k/l 3.190 m2) untuk sirkulasi orang dan barang alias jalanan. Sisanya merupakan pertokoan tradisional ditambah dengan fasilitas umum. Berita yang sama juga menyebut bahwa diperkirakan bisa menampung 579 pedagang tidak termasuk kios. Perluasannya pada Desember 1968 menampung 152 kios dan 55 toko.
Namun, Pasar Melawai generasi lama tersebut tak bertahan lama; sepanjang 1979 dan 1983 pasar ini berkali-kali terbakar (22 Agustus 1979, toko baju, 2 blok terbakar; April 1983, 8 kios terbakar karena korsluiting; dan 21 Juni 1983, 76 toko dan kios). Kebakaran pada tengah malam 21 Juni 1983 tersebut adalah yang terganas dan paling merugikan dengan kerugian mencapai Rp. 1,4 milyar (1983). Pasar Melawai generasi lama tersebut dibongkar seiring dengan keputusan Perusda Pasar Jaya meremajakan pasar tersebut sekaligus mengakomodasi pedagang lain yang tidak tertampung pasar tersebut.
Pasar Melawai generasi kedua adalah pusat belanja remaja pengecengan
Perencanaan gedung baru Pasar Melawai telah dicanangkan sejak 1983 tepatnya sebelum kebakaran pada Juni 1983, namun urgensi untuk meremajakan pasar sebagai akibat dari kebakaran hebat memaksa pihak Pemda bergerak cepat. Mei 1984, Pemprov DKI mempersiapkan anggaran sebesar Rp. 1,9 milyar (1984) untuk membangun pasar berlantai 3 di sisi timur Aldiron Plaza. Dalam waktu bersamaan, didirikan los darurat serta taman bacaan di lantai dua pasar lama. Los darurat dibongkar selekasnya setelah gedung baru dioperasikan.
Namun, pada Oktober 1984 rencana berubah lagi. Dalam pemberitaan KOMPAS, disebut bahwa pembangunan Pasar Melawai Blok M akan memiliki 4 lantai. Proyek tersebut baru memulai konstruksinya pada pertengahan 1985 hingga selesai Mei 1987, dan diresmikan oleh Gubernur DKI R. Soeprapto pada 25 Juli 1987. Sementara operasional pasar secara lapangan sudah diadakan sejak 5 Mei 1987, dengan sambutan hangat dari masyarakat. Hasil peremajaan pasar yang dibangun oleh Waskita Karya itu menghabiskan biaya Rp. 10,5 milyar (1987). Sembilan bulan pasca-peresmian, tepatnya 14 April 1988, Matahari Department Store memulai kegiatannya di pasar ini.
Pasar Melawai Blok M dikenal unik saat itu karena merupakan pasar tradisional yang sangat modern di masanya, dengan penataan yang lebih rapi, penggunaan material yang lebih modern serta fasilitas seperti lift, eskalator, AC sentral dan parkir bawah tanah berkapasitas 500 kendaraan. Saat berdiri, pasar tradisional modern ini mengalokasikan lantai 1 (lantai dasar di semua sumber) untuk kosmetik, jam tangan, buku, serta kebutuhan sehari-hari, lantai 2 (lantai 1) untuk makanan, bumbu, apotik, kerajinan serta pakaian, lantai 3 (2) disiapkan sebagai pusat perdagangan koperasi dan Matahari Department Store, yang juga menempati seluruh lantai 4 (3) dengan total luas lantai 8.300 meter persegi. Hingga Mei 1989, terdapat 1.585 kios dan toko-toko yang buka di Pasar Melawai yang sejatinya dirancang untuk 1.179 kios dan toko.
Kombinasi tersebut dipandang cukup positif, mengingat saat itu muncul ketakutan bahwa pasar modern bisa membunuh pedagang-pedagang kecil. Strategi menempatkan tenant pasar tradisional di lantai terbawah memaksa pengunjung untuk mencari terlebih dahulu produk yang diperjualbelikan oleh pembeli tradisional sebelum menuju lantai tempat Matahari berada. Bahkan oleh Hermani Amir Singgih, Dirut Perusda Pasar Jaya era 1980an, kepada majalah Swasembada, Matahari adalah penyeimbang bagi pasar yang ideal.
Sayangnya, eksistensi Pasar Melawai Blok M ini hanya bertahan 28 tahun. Pada 29 Agustus 2005, pasar ini hancur akibat kebakaran yang terjadi pada jam 7.30 pagi, diawali dari sebuah kios makanan di lantai 2 (1). Kebakaran tersebut membuat 1.500 pemilik kios serta karyawan Matahari kehilangan tempat bekerjanya. Pasar tersebut dibongkar pada 2006, dan sebagai penggantinya, berdiri Blok M Square. Bagi kalangan anak ngeceng 1980an dan 1990an, salah satu gedung modern ini menjadi potongan sejarah yang manis.
Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1980an dapat anda baca di artikel ini
Data dan fakta
Alamat | Jalan Melawai IV Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jakarta |
Pemborong | Waskita Karya |
Lama pembangunan | pertengahan 1985 – Mei 1987 |
Diresmikan | 25 Juli 1987 |
Ditutup (kebakaran) | 29 Agustus 2005 |
Dibongkar | akhir/awal 2005 |
Jumlah lantai | 4 lantai 1 basement |
Jumlah unit | 1.585 kios |
Biaya pembangunan | Rp. 10,5 milyar (1987) Rp. 168,3 milyar (inflasi 2023) |
Signifikasi | Pop culture |
Referensi
- ph (1968). “Terminal bus Kebajoran dan Pasar Melawai diresmikan.” KOMPAS, 19 Juni 1968 hal. 2
- el (1968). “Pasar Blok M. Kebajoran diresmikan.” KOMPAS, 10 Desember 1968 hal. 2
- “Pasar Blok M terbakar.” KOMPAS, 23 Agustus 1979, hal. 3
- ij; pr (1983). “Kebakaran Pasar Blok M, kerugian ditaksir Rp. 1,4 milyar.” KOMPAS, 22 Juni 1983 hal. 1, 9
- pr (1984). “Peremajaan Pasar Blok M dimulai setelah lebaran.” KOMPAS, 30 Mei 1984, hal. 3
- tsp (1984). “Pasar Melawai Blok M akan dibangun empat tingkat.” KOMPAS, 21 Oktober 1984, hal. 12
- “Kios darurat Melawai segera dibongkar Mei.” Bisnis Indonesia, 20 April 1987, hal. 2
- cp (1987). “Pasar Melawai diresmikan minggu depan.” KOMPAS, 30 April 1987, hal. 3
- cp (1987). “Belum diresmikan, Pasar Melawai sudah mulai ramai.” KOMPAS, 11 Mei 1987, hal. 3
- Manongap H. Tampubolon (1987). “Pasar Melawai milik PD Pasar Jaya, saingi swalayan.” Suara Pembaruan, 4 Mei 1987 hal. 2
- Manongap H. Tampubolon; Anthon P. Sinaga (1987). “Kawasan Blok M harus menggambarkan wilayah yang teduh.” Suara Pembaruan, 24 Juli 1987 hal. 2
- Rn (1987). “Pembangunan pasar2 di DKI tidak dapat ditunda-tunda lagi.” Berita Buana, 27 Juli 1987 hal. 6
- we (1987). “Resmi digunakan, delapan pasar yang diremajakan.” KOMPAS, 28 Juli 1987, hal. 3
- “Toko Matahari akan buka cabang di Blok M.” Harian Ekonomi “Neraca”, 6 April 1988, hal. 7
- “Usaha eceran masih punya prospek luas.” Harian Ekonomi “Neraca”, 15 April 1988, hal. 8
- ANTARA (1989). “Kios Pasar Melawai ditutup karena pedagang nunggak cicilan.” Harian Ekonomi “Neraca”, 30 Mei 1989 hal. 4
- H.B. Supiyo; Radityo DM Ibrahim (1990). “Godfather” pengecer kecil.” Majalah SWAsembada No. 1/V, Februari 1990, hal. 30-33
- “Pasar Blok M terbakar.” Liputan 6 SCTV, 29 Agustus 2005, diakses 6 November 2023 (arsip)
- “Pasar Melawai jadi Blok M Square.” Detikcom, 6 Desember 2006, diakses 6 November 2023 (arsip)
- Daftar gerai Matahari per 31 Desember 2001, diarsip 3 September 2004
Tinggalkan Balasan