Ini merupakan gedung ketiga dari kota Surakarta yang SGPC bahas, dan jaraknya cukup dekat dengan Hotel Sahid Jaya yang kami bahas awal Januari lalu. Hotel ini juga salah satu pionir bangunan tinggi modern di kota yang juga kuat dengan budaya Jawa-nya. Hotel Novotel Solo merupakan bagian dari jaringan hotel Accor dari Perancis di bawah nama Novotel dan dimiliki oleh Grup Sun Motor, sebuah jaringan dealer.

Hotel Novotel Solo
Foto oleh SIIAP Rent Car Solo/Panoramio

Iklan

Hotel ini sudah direncanakan paling awal sekitar 1991-92, menurut perancangnya Atelier 6 kepada awak media Majalah Konstruksi, dimana seorang ibu-ibu pebisnis yang ingin membangun sebuah hotel dengan 60, selanjutnya nambah menjadi 80 kamar. Namun, setelah beberapa konsultasi dan pertimbangan hong shui Tiongkok dan Jawa, maka dipastikan dibangun hotel bintang empat berlantai 8, dengan jumlah kamar sebanyak 142 buah.

Konstruksinya, dilaksanakan oleh Nusa Raya Cipta untuk struktur dan Adicipta Grabuanatama untuk eksterior dan interiornya, dimulai dengan pemancangan pondasi pada bulan Oktober 1995 hingga selesai keseluruhan di bulan Juni 1997, bersamaan dengan soft opening Hotel Novotel Surakarta. Sun Motor menanamkan investasinya sebesar kurang lebih Rp. 45 milyar (termasuk harga tanah, nilai 1997) untuk hotel ini.

Art Deco a la Wong Surakarta

Seperti yang dijelaskan di paragraf sebelumnya, Hotel Novotel Solo dirancang oleh Adhi Moersid dan Yahya Abdurrahman dari Atelier 6 sementara strukturnya ditangani oleh PT Ridwan & Wardhana. Secara konsep desain, menurut tim arsitek kepada majalah Konstruksi, mengusung filosofi feminim yang terlihat gagah di luar tetapi feminim di interior. Eksterior gagah tersebut mengadopsi gaya arsitektur art deco khas Surakarta yang ditemukan di rumah-rumah pedagang batik Laweyan.

Tetapi, argumen dari Ananda Moersid, anak dari Adhi, agaknya lebih mendalam. Ia lebih menekankan inspirasi pada arsitektur di hunian kedaton alias kediaman pribadi Sultan beserta istri dan permaisurinya yang sarat taman dan ruangan besar serta menganut gaya arsitektur Art Deco. Hunian sejenis diklaim juga ditemukan di Jalan Dr. Raiman alias Coyudan (ditulis Jalan Secoyudan) dimana pemilik rumah mereka-reka doktrin Art Deco sesuai selera. Posisinya yang agak ke dalam dan orientasinya ke dalam berguna untuk menjaga privasi tamu.

Per Maret 2023, Novotel Solo memiliki 145 kamar yang terbagi ke dalam tiga kategori kamar (superior, executive dan superior family), sebuah suite dan apartemen. Seperti halnya hotel-hotel bintang empat lainnya, ia menyedakan hanya restoran Andrawina (internasional dan nusantara), bar Saraswati, kolam renang, sasana kebugaran dan 7 ruang rapat termasuk ballroom berkapasitas maksimal 1.000 orang, semuanya berlokasii di sayap hotel.


Iklan

Data dan fakta

AlamatJalan Slamet Riyadi No. 272 Banjarsari, Surakarta, Jawa Tengah
ArsitekIr. Adhi Moersid dan Ir. Yahya Abdurrahman (Atelier 6, arsitektur)
Ridwan & Wardhana (struktur)
Grahacipta Hadiprana (interior)
PemborongNusa Raya Cipta (struktur)
Adicipta Grabuanatama (eksterior dan interior)
Lama pembangunanOktober 1995 – Juni 1997
Jumlah lantai8 lantai
Jumlah kamar145 kamar
Biaya pembangunanRp. 45 milyar (1997)
Rp. 325,7 milyar (inflasi 2023)

Referensi

  1. Saptiwi Djati Retnowati (1997). “Hotel Novotel Solo, berangkat dari gaya Art Deco Laweyan.” Majalah Konstruksi No. 256, Agustus 1997, hal. 47-57
  2. Halaman di Agoda dan halaman resmi Novotel Solo, diakses 4 Maret 2023
  3. Ananda Feria Moersid (2012). “Kagunan: Karya Arsitektur Adhi Moersid.” Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hal. 38-43

Lokasi

Google Translate:


Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *