PT Dirgantara Indonesia adalah badan usaha milik negara yang bergerak di bidang kedirgantaraan dan pertahanan terutama dalam merancang dan merakit pesawat terbang dan helikopter. Ia berkantor pusat di Kota Bandung dan memiliki fasilitas produksi di dua tempat di Jawa Barat – Bandung sendiri serta di Tasikmalaya. PTDI berdiri sebagai evolusi dari Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio (LIPNUR) dibawah nama IPTN (Industri Pesawat Terbang Nurtanio, atau Industri Pesawat Terbang Nusantara sejak 1985-2000).
Tulisan ini khusus membahas evolusi pabrik PTDI di Bandung. Sejak reorganisasi Lipnur menjadi IPTN serta peresmian pabrik pertamanya pada 23 Agustus 1976, kawasan industri IPTN/PTDI yang mengepung Bandara Husein Sastranegara/Lapangan Terbang Bandung telah berkembang sebanyak dua kali – yaitu pada 1980 dan 1986. Keseluruhan perencanaan awal kawasan produksi PTDI di Bandung digarap oleh PT APARC, dan sebagian gedung-gedung pendukung oleh Adhi Moersid dari Atelier 6.
Kawasan Produksi I (1979)
Tahap pertama dari pengembangan fasilitas produksi PT Dirgantara Indonesia diawali dari pembangunan hanggar servis pesawat dan gedung kantor operasional di sisi Jalan Pajajaran No. 154, dihimpit oleh terminal penumpang Bandara Husein Sastranegara, Jalan Pajajaran sendiri serta hanggar lama eks Lipnur. Proyek tersebut dibangun oleh PT Pembangunan Perumahan dari Maret 1978 hingga rampung keseluruhan Februari 1980. Ia diresmikan penggunaannya pada 14 Desember 1979 oleh Menteri Riset & Teknologi B.J. Habibie.
Proyek yang menyediakan 6.000 sumber daya manusia tersebut hanya menghabiskan Rp. 4,85 milyar (1979, setara Rp. 168,7 milyar rupiah nilai 2023).
Proyek ini memiliki luas lahan 4 hektar sudah termasuk apron, dan memiliki luas lantai kasar 11.600 m2 untuk perkantoran lima lantai dan dua mesanin serta unit hanggar seluas 6.000 m2. Ketika didirikan, IPTN baru merakit CASA C-212 Aviocar dan helikopter BO-105.
Kawasan Produksi II dan IV (1986)
Di atas bekas sebuah lapangan golf AURI, pada tanggal 14 Desember 1979, segera setelah pengembangan Kawasan Produksi I di Jalan Pajajaran dilaksanakan peletakan batu pertama proyek Nurtanio II yang dilaksanakan oleh B.J. Habibie. Tidak seperti Kawasan Produksi I, proyek Nurtanio II terbagi ke Kawasan Produksi II dan IV dan meliputi lebih banyak gugus kerja perakitan pesawat terbang serta operasional IPTN/PTDI.
Khusus bagian ini, SGPC hanya membahas bagian operasional perakitannya. Terdiri dari delapan bangunan untuk KP II dan tiga sisanya bagian dari KP IV. Pembangunan KP II berlangsung sejak April 1980 dengan dibangunnya fasilitas General Workshop (sekarang Aerostructure) hingga selesai sekitar 1986 bersamaan dengan peresmian KP II dan IV. Kontraktor yang menangani beragam dari nama kelas kakap seperti Handara Graha, Pembangunan Perumahan, Adhi Karya, Catur Yasa hingga Dimensi Engineering Contractors.
Sedangkan KP IV, yang terdiri dari pusat perawatan dan pengujian mesin pesawat (sekarang terpecah ke General Electric Nusantara Turbines dan Propulsi dan Universal Maintenance Centre), baru mulai dibangun awal 1984 hingga selesai bersamaan dengan KP II pada 1986; keduanya diresmikan Presiden Soeharto pada tanggal 23 Agustus 1986. Kedua proyek tersebut menempati tanah seluas 59,5 hektar dengan biaya konstruksi Rp. 100 milyar (1984, setara Rp. 3,5 triliun nilai 2023).
Diantara beberapa fasilitas produksi yang ada, gedung yang bisa disebut sangat menonjol adalah Pusat Teknologi beserta Pusat Komputer dan gedung Aerostructure (d/h General Workshop) berikut kantornya.
Pusat Teknologi beserta pusat komputernya dibangun mulai Januari 1982 hingga selesai keseluruhan sekitar 1985 andai tiada aral melintang; ia berdiri menjulang dengan delapan lantai dan merupakan pusat pengembangan teknologi PTDI.
Sementara Gedung Aerostructure/General Workshop adalah yang terluas dengan luas 60.345 m2 (pencacahan Google Maps, sudah termasuk vekas Sub-Assembly I) yang difungsikan untuk perakitan pesawat, dan gedung kantornya memiliki panjang 642,5 meter dengan luas lantai 23.360 m2.
Gedung-gedung penunjang kawasan PT Dirgantara Indonesia
Diantara fasilitas produksi BUMN kedirgantaraan nasional PT Dirgantara Indonesia yang ada, Gedung Pusat Manajemen dan Pusat Kegiatan Sosial Nurtanio (PKSN) merupakan gedung yang paling terkenal dan menonjol dibanding fasilitas lainnya. Ia dibangun serempak bersama dengan proyek Nurtanio II.
Gedung Pusat Manajemen diborong oleh Wijaya Kusuma Contractors. Kala selesai dibangun, seperti diwartakan Majalah Konstruksi pada Oktober 1982, gedung bergaya brutalist itu menjadi pusat sentral telepon dan kantor operasional PTDI/Nurtanio. Ia menyediakan 10 lantai dengan luas kasar sekitar 21.000 m2 dan tinggi 35,5 meter.
Desain arsitektur yang dirancang oleh Adhi Moersid dari Atelier 6 ini mengedepankan visi teknologi tinggi sebuah pesawat terbang, sesuai dengan penempat tunggal gedung PTDI. Majalah Konstruksi menyebut bentuknya mirip dengan Wisma Hayam Wuruk. Secara struktur, pondasi menggunakan bore pile, strukturnya rangka dan dinding geser beton bertulang frame, lantai dan atap beton bertulang, dan dinding pengisi batu bata yang tembok luarnya difinishing dengan cat.
Diharapkan gedung ini rampung pada Februari 1984, namun karena ada aral yang melintang, dikabarkan pada bulan Juni 1984, proyek Gedung Pusat Manajemen baru direncanakan selesai pada Juni 1985; kemungkinan untuk tanggal ini penyelesaian berlangsung tepat waktu.
Sementara Pusat Kegiatan Sosial Nurtanio dengan dua lantai dan luas sekitar 13.500 m2 dibangun oleh PT Murthy Kurnia Utama dari 1 Mei 1981 hingga Februari 1983 bila tiada aral melintang. Gedung tersebut difungsikan sebagai kantin, auditorium berkapasitas 1.000 manusia serta kantor bank. Selain PKSN, disebelahnya lagi terdapat pusat kesehatan yang diperkirakan selesai September 1982 setelah menjalani konstruksi oleh PT Catur Yasa sejak akhir Agustus 1980.
Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1980an dapat anda baca di artikel ini
Data dan fakta Gedung Pusat Manajemen PTDI
Alamat | Jalan Pajajaran No. 154 Cicendo, Bandung, Jawa Barat |
Arsitek | Ir. Adhi Moersid (Atelier 6) |
Pemborong | Wijaya Kusuma Contractors (struktur bangunan) Jaya Konstruksi (manajemen konstruksi) |
Lama pembangunan | Juli 1981 – Juni 1985 |
Tinggi gedung | 35,5 meter |
Jumlah lantai | 10 lantai |
Biaya pembangunan | Pembangunan Nurtanio II: Rp 100 milyar (1984) Rp 3,5 triliun (inflasi 2023) |
Referensi
- “Nurtanio “ujung tombak” teknologi maju.” Majalah Konstruksi No. 8/VIII, Juni 1984, hal. 28-31
- NN (1982). “CM Koordinir 60 Kontraktor Nasional dalam Pembangunan Nurtanio II”. Majalah Konstruksi No. 10/VI, Oktober 1982, hal. 6-40G
- Medial Syukur (1995). “Adhi Moersid: Mencatat Masa Dengan Karya.” Majalah Properti Indonesia No. 13, Februari 1995, hal. 104-109
- “Perusahaan Industri Pesawat Terbang Nurtanio: Private Profit-Making Enterprise.” Majalah Konstruksi No. 4/IV, April 1980, hal. 8-47
- rb; ds (1976). “Makin diperlukan, alat angkutan cepat dan aman.” KOMPAS, 24 Agustus 1976, hal. 1
- pat; rat (1979). “Diresmikan, hanggar baru Nurtanio-I.” KOMPAS, 15 Desember 1979, hal. 5
- “Presiden Soeharto: Pengembangan industri penerbangan bukan untuk pamer.” Berita Yudha, 26 Agustus 1986, hal. 7
- Halaman resmi PT Dirgantara Indonesia, diakses 24 Maret 2024 (arsip)
Leave a Reply