Denpasar, ibukota dan kota terbesar di Provinsi Bali yang berpenduduk hampir 1 juta jiwa (data Badan Pusat Statistik). Sebuah kota yang sarat dengan budaya, dan merupakan salah satu motor pariwisata Bali, karena dekat dengan Kuta dan Jimbaran, dan tak hanya itu, Sanur sebagai salah satu tempat wisata top di Pulau Seribu Pura menjadi bagian dari kota Denpasar.
Sebenarnya Denpasar tidak kalah kayanya soal arsitektur, tetapi berbeda dengan daerah lain, karena batasan hukum spasial disini, maka Denpasar tidak memiliki gedung-gedung tinggi. Di balik keterbatasan tersebut, SGPC menemukan bahwa sebenarnya bangunan yang tak signifikan tersebut menyimpan banyak kisah yang sayang bila tidak ditutur kembali sehingga lahirlah proyek SPEED. SPEED bukan soal kecepatan mobil, melainkan upaya blog ini mendata sejarah pembangunan di kota Denpasar.
Berikut merupakan gedung-gedung yang SGPC telah temukan jalan sejarahnya berdasarkan berita-berita/artikel di koran maupun majalah. Jenis gedung di Denpasar yang banyak terdata dan dibahas oleh SGPC terdiri dari tiga jenis: kantor terutama kantor bank dan kantor pemerintah, hotel-hotel terutama jenis resort, serta pusat belanja dan ruko/rukan.
Hotel-hotel terutama resort di Sanur SGPC akan tambahkan lain hari, karena jumlahnya cukup banyak. Beberapa gedung mimin SGPC angkut sebagai artikel tersendiri. Karena besarnya lingkup sejarah gedung-gedung di Denpasar akan sangat banyak dan beragam, akan dipecah ke beberapa bagian sesuai dengan jenis gedungnya, yang bagian ini adalah untuk kantor niaga seperti bank BUMN maupun swasta dan telekomunikasi.
Perubahan pada artikel ini akan terjadi secara rutin mengingat mimin blog ini harus ke Denpasar demi menggali arsip. Jika SGPC menemukan salah satunya, akan ditambah lain hari.
Penelusuran kilat
- 1970-1988, bank daerah dan BUMN pesta membangun
- 1975: Gedung BBD/Bank Mandiri Jalan Veteran No. 2
- November 1978: Asuransi Buana Putra, Jalan Gadung No. 53
- Desember 1978: Asuransi Bumiputera, Jalan Diponegoro No. 111
- Mei 1980: Bank Ekspor-Impor Indonesia/Bank Mandiri Jalan Udayana No. 11
- Agustus 1980: Kantor Pusat Bank Sri Partha Jalan W.R. Supratman No. 27X
- April 1982: Kantor Pusat Bank BPD Bali Jalan Raya Puputan Renon
- Mei 1982: BNI 1946 Jalan Gajah Mada No. 20
- 1983: Puskud Bali Dwipa, Jalan Rampai No. 34
- 1985: Gedung Telkomsel Renon Jalan Raya Puputan
- 1988: Bank Dagang Negara/Bank Mandiri Jalan Gajah Mada No. 3
- Gedung Warisan Paket Oktober 1988 (1989-1998)
- Pasca Krisis Moneter (1998-sekarang)
- Referensi
1970-1988, bank daerah dan BUMN pesta membangun
Dengan tumbuhnya Denpasar sebagai salah satu pusat perputaran uang daerah, otomatis semakin banyak sarana-sarana yang diperuntukkan sebagai perkantoran perusahaan, terutama bank. SGPC cukup banyak mendata kantor-kantor bank yang ada di ibukota Pulau Dewata ini, mulai dari kantor wilayah hingga setingkat kantor cabang. Tidak hanya itu, kota ini juga mendapat sarana telekomunikasi yang lebih baik untuk menunjang perekonomian di daerah.
Di sub bagian ini, kantor bank akan mendominasi jalan sejarah, karena cukup sulit untuk mencari catatan sejarah untuk kantor-kantor usaha maupun gedung perkantoran seperti yang biasa terlihat di Jakarta.
1975: Gedung BBD/Bank Mandiri Jalan Veteran No. 2
Di tahun 1970an, tidak banyak gedung-gedung kantor secara individu yang terlihat. Catatan SGPC, mulai 17 Maret 1975, Bank Bumi Daya (BBD) pindah kantor dari Jalan Gajah Mada No. 112-114 (sekarang adalah pertokoan) ke Jalan Veteran No. 2, di gedung berlantai dua yang kini ditempati penerusnya Bank Mandiri.
Akan tetapi, gedung yang anda lihat saat ini bukan gedung yang ditempati BBD sejak 1975, melainkan gedung yang sama sekali baru. Gedung baru tersebut diresmikan oleh Menteri Koordinator bidang Ekonomi, Keuangan, Industri dan Pengawasan Pembangunan, Radius Prawiro, pada tanggal 28 Juli 1989. Gedung seluas 1.600 m2 tersebut dibangun dengan biaya Rp. 1,12 milyar (1989, setara Rp. 15,6 milyar nilai 2023).
Di tembok gedung, terdapat plat IMB yang bertanda “2003” di dekat pintu masuk, sehingga ada indikasi gedung ini telah menjalani tahap renovasi.
November 1978: Asuransi Buana Putra, Jalan Gadung No. 53
Jauh ke dalam daerah dekat SMA Negeri 1 Denpasar, tepatnya di Jalan Gadung, berdiri sebuah gedung berlantai 2 yang secara kaidah arsitekturnya nol tetapi tetap mencatatkan keberadaannya di media massa. Asuransi Buana Putra yang kini sudah bubar sejak 2002-an ini meresmikan gedung tersebut pada 10 November 1978 yang diwarnai gunting pita dan pelepasan 56 ekor merpati.
Gedung yang biaya konstruksinya mencapai 16 juta rupiah (1978, sama dengan Rp. 636 juta rupiah nilai 2022) ini lokasinya tidak jelas karena ketiadaan data. Untuk sementara, SGPC asumsikan lokasi kantor asuransi ini di Jalan Gadung No. 53, yang sekarang merupakan sebuah rumah tinggal, karena desainnya mirip.
Desember 1978: Asuransi Bumiputera, Jalan Diponegoro No. 111
Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera adalah satu-satunya asuransi jiwa bersama (alias mutual) yang eksis di tanah air, berdiri sejak 1912 dan menyediakan jasa asuransi kesehatan dan jiwa bagi para nasabah yang juga bisa memegang kepemilikan saham di perusahaan tersebut. Sayangnya asuransi tersebut mati suri di abad 21 oleh krisis keuangan yang juga diwarnai konflik antar pemilik saham yaitu masyarakat Indonesia yang buka polis disini.
Mari kita ke sejarah regionalnya. Dari tahun 1973 hingga 1978, AJB Bumiputera sudah berhasil menggaet 51 ribu pemegang polis baru di wilayah Bali dan Nusa Tenggara, dan dalam waktu bersamaan asuransi tertua dan mutual ini butuh gedung baru yang lebih representatif. Di Jalan Diponegoro No. 111 (117 lama), yaitu di lahan seluas 1.500 m2, berdiri sebuah gedung berlantai 3, luas lantai 1.150 m2 dengan gaya arsitektur modern yang dibangun oleh PT Macadam yang merupakan anak usaha AJB Bumiputera yang sekaligus membangun kantor Bumiputera di beberapa kota (Jakarta, Surabaya, Semarang).
Sayangnya, tidak ada catatan mengenai data lebih dalam dari kantor wilayah Bumiputera tersebut. Presdir AJB Bumiputera saat itu IK Suprakto mengatakan bahwa biaya pembangunannya “sama dengan besar premi yang diterima AJB Bumiputera kanwil Bali Nusra selama sebulan,” dan selesai tepat waktu, yang berarti selesai dibangun di tahun 1978. Gedung itu dipelaspas (diupacarai secara Hindu) pada tanggal 30 November 1978 dan diresmikan seminggu berikutnya, yaitu 9 Desember 1978 oleh Gubernur Bali I.B. Mantra.
Per 2022, gedung ini masih dipegang AJB Bumiputera, namun eksterior hadap jalan sudah berubah total.
Mei 1980: Bank Ekspor-Impor Indonesia/Bank Mandiri Jalan Udayana No. 11
Baru di dasawarsa 1980an bank-bank, terutama bank pemerintah, berpesta membangun gedung kantor baru.
Bank Ekspor-Impor Indonesia (BEII) memulai tren tersebut dengan membuka kantor cabang barunya di Jalan Udayana No. 11 pada 10 Mei 1980. Gedung ini bukan sembarang gedung berlantai dua, karena di belakang layar ada nama Robi Sularto dari Atelier 6 sebagai arsitek gedung ini.
Udo Kultermann, profesor arsitektur di Universitas Washington St. Louis, Missouri, AS, mengatakan bahwa gedung ini merupakan perpaduan gaya arsitektur tradisional yang sudah diteliti secara mendalam, dengan kebutuhan modern sebuah gedung bank. Seperti halnya kantor BBD Jalan Veteran, kantor BEII Udayana kini ditempati Bank Mandiri selaku penerus BEII.
Agustus 1980: Kantor Pusat Bank Sri Partha Jalan W.R. Supratman No. 27X
Di tahun yang sama, tepatnya 19 Agustus, Gubernur Bali I.B. Mantra meresmikan penggunaan kantor pusat bank pasar Maskapai Andil Indonesia (MAI) Bank Sri Partha (BSP) di Jalan W.R. Supratman No. 27X. Sayangnya, berbeda dengan kantor BEII di Jalan Udayana, detail gedung BSP ini minim, sementara perluasannya SGPC bahas di bagian berikutnya.
April 1982: Kantor Pusat Bank BPD Bali Jalan Raya Puputan Renon
Sementara tahun 1982 diwarnai peresmian dua gedung yang sama-sama selesai dibangun di tahun tersebut. Mereka adalah kantor pusat Bank Pembangunan Daerah Bali di Niti Mandala, dan Bank Negara Indonesia 1946 di Jalan Gajah Mada.
Bank Pembangunan Daerah Bali berkantor pusat di gedung berlantai 3 dengan desain arsitektur sarat dengan ukiran bergaya tradisional Bali sejak 1982. Gedung ini dibangun mulai Juli 1980 hingga selesai dibangun sekitar April 1982, tepatnya 9 April 1982 setelah gedung ini disucikan (dipelaspas) oleh pihak bank. Pembangunannya menghabiskan biaya Rp. 838 juta (setara Rp. 20,4 milyar nilai 2022) untuk membangun gedung ini.
Mei 1982: BNI 1946 Jalan Gajah Mada No. 20
Sebulan kemudian, kantor cabang pembantu BNI 1946 di Jalan Gajah Mada No. 20 sudah selesai dibangun, tepatnya 9 Mei 1982 saat gedung itu diserahterimakan dari kontraktornya, PT Pembangunan Perumahan. Konstruksi gedung tersebut berlangsung selama 16 bulan, alias mulai pada Januari 1981. Saat dibangun hingga direlokasi ke Gatot Subroto Barat, gedung ini menjadi kantor cabang utama BNI di Denpasar. Ia diresmikan oleh Menteri Keuangan Ali Wardhana pada 12 Juni 1982.
Konstruksi bangunan berlantai 4 ini menghabiskan biaya Rp 628 juta (1982, setara Rp. 15,3 milyar nilai 2022) sudah termasuk biaya instalasi listrik dan telepon. Tidak diketahui secara pasti perancang gedung BNI Cabang Gajah Mada Denpasar ini, namun salah satu mitra dekat Setiap Gedung Punya Cerita yang merupakan dosen jurusan arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana, mengklaim gedung ini adalah rancangan seorang arsitek lulusan ITS Surabaya.
BNI Cabang Gajah Mada disebut-sebut merupakan bangunan pertama di kotamadya Denpasar yang dilengkapi dengan lift – tetapi, karena Sanur bagian dari Denpasar, BNI Cab. Gajah Mada sebenarnya bukanlah yang pertama dengan lift.
1983: Puskud Bali Dwipa, Jalan Rampai No. 34
Setahun setelah kantor-kantor bank kelas kakap milik negara itu, berdiri sebuah gedung berlantai tiga di utara Pasar Kreneng yang sederhana dan tidak banyak mencuri perhatian. Gedung tersebut adalah kantor Pusat Koperasi Unit Desa Bali Dwipa yang dibangun dari tanggal 15 Oktober 1982 hingga selesai dibangun April 1983 dengan biaya Rp. 72.402.000 (1983, setara Rp. nilai 2022), 83 persen alias 60 jutanya didanai oleh Kementerian Koperasi. Cepat berarti.
Gedung ini sebenarnya sudah melebar ke samping di belakangan hari.
1985: Gedung Telkomsel Renon Jalan Raya Puputan
Satu-satunya gedung bukan kantor bank yang dibahas sejarahnya di artikel ini adalah bekas Gedung Telkom di Renon, yang awalnya adalah satu dari empat kantor Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) Wilayah Telekomunikasi VIII selain gedung yang sekarang milik Telkom di lokasi yang sama (dekat dengan BNI Renon), kantor sentral telekomunikasi di Jalan Kaliasem dan gedung kantor di Jalan Teuku Umar seberang Mall Level 21.
Gedung Telkomsel Renon dibangun sebagai perluasan kantor pelayanan telekomunikasi untuk daerah Bali, yang per April 1985 memiliki kapasitas telepon 16.500 nomor. Gedung ini dibuka resmi oleh Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Achmad Tahir pada 13 Juni 1985.
Majalah bulanan Gema Telekomunikasi menyebutkan bahwa pembangunan gedung dengan luas lantai kasar 3.226 ini dibangun mulai 19 Februari 1983 dan selesai pada 12 Juni 1984. Versi Bali Post menyebutkan pembangunan dimulai 12 Februari 1983, menghabiskan biaya Rp 586 juta (setara Rp 11 milyar nilai 2022).
Telkom Indonesia menempati bangunan ini dari 1985 hingga memutuskan menyerahkan gedung ini kepada anak perusahaannya dan tenant lama gedung ini yaitu Telkomsel. Gedung ini sempat menjadi kantor Telkomsel sampai pindah ke eks gedung Bank Harapan Santosa di Jalan Diponegoro Denpasar sekitar tahun 2009. Medio 2015-2016 Gedung Telkom Renon dirombak total dan kembali menjadi kantor Telkomsel, dengan pemborong PP Precast.
1988: Bank Dagang Negara/Bank Mandiri Jalan Gajah Mada No. 3
Menjelang lahirnya kebijakan liberalisasi perbankan alias Paket Oktober 1988, sebuah gedung baru milik Bank Dagang Negara (BDN) berdiri di ruas timur Jalan Gajah Mada Denpasar. Gedung tersebut berlantai 3 dan 1 basement, dengan luas lantai 3.156 meter persegi dengan gaya arsitektur khas Bali modern.
Bersamaan dengan BDN cabang Singaraja, kantor cabang Gajah Mada Denpasar dengan biaya konstruksi 1,5 milyar rupiah (1988, setara Rp. 22,6 milyar nilai 2022) itu diresmikan oleh Gubernur Bank Indonesia Adrianus Mooy pada 30 Juli 1988. Sekarang gedung ini juga ditempati oleh Bank Mandiri selaku penerus BDN.
Gedung Warisan Paket Oktober 1988 (1989-1998)
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan pada bulan Oktober 1988 mengeluarkan kebijakan deregulasi di bidang perbankan berupa kebebasan membuka kantor-kantor cabang baru, pembukaan bank baru serta memperkenalkan regulasi baru berupa rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio) dan batas pinjaman (legal lending limit).
Ternyata, kebijakan ini berimbas pada menjamurnya bank-bank swasta di kota-kota besar Indonesia, termasuk di Denpasar. Sayangnya, data SGPC mengenai kantor-kantor bank masih banyak yang berlubang karena hambatan-hambatan yang tak diduga.
Tidak heran bahwa di medio 1989-97, atau setahun usai keluarnya kebijakan tersebut, mulai bermunculan kantor-kantor bank swasta baik nasional maupun regional bak cendawan. Mulai dari Bank Internasional Indonesia yang membuka operasionalnya di Rukan Duta Permai Blok D-E (sekarang Bank Panin) pada 26 Juni 1989, disusul dengan Bank Danamon yang memulai operasionalnya di gedung berlantai 3 bergaya a la bangunan Bank Danamon di daerah lain di Jalan Gunung Agung No. 1A mulai 19 Januari 1990.
Selanjutnya adalah Bank Bali sejak 11 September 1990 (berdasarkan iklan peresmian kantor Bank Bali Dewi Sartika pada 1994, disebut Bank Bali punya kantor di Jalan Sulawesi No. 1A) dan Bank Niaga yang buka cabang di Jalan Melati No. 29 mulai 5 November 1990, yang diresmikan operasionalnya sebulan kemudian (19 Desember 1990).
Tidak puas dengan kantornya di kompleks Duta Plaza, BII membangun kantor baru di seberang kantor Bank Ekspor-Impor Indonesia Jalan Udayana. Gedung berlantai 3 tersebut – kemungkinan, berdasarkan iklan – adalah rancangan dari Paraga Arta Mida dan dibangun oleh kontraktor kecil Prambanan Dwipaka asal Surabaya, diresmikan pemakaiannya oleh Gubernur Bali I.B. Oka pada 26 Juli 1991.
Tahun 1992 bank-bank baru yang buka cabang di Denpasar terdiri dari Bank Central Asia (BCA) dan Bank Modern. BCA menempati sebuah gedung berlantai tiga di Jalan Hasanuddin No. 58, berdiri di atas bekas gedung NV Gabungan Impor Ekspor Bali alias GIEB, bergaya arsitektur campuran internasional dan Bali alias pascamodern. Operasional di gedung tersebut diresmikan oleh Gubernur Bali Ida Bagus Oka pada 24 Maret 1992.
Tak lama berselang, mulai Juni 1992, Bank Modern menggelar operasional di Jalan M.H. Thamrin No. 49, di sebuah ruko dekat Denpasar Theatre sekarang, yang diresmikan oleh Gubernur yang sama pada September 1992 di Hotel Sahid Kuta. Krisis moneter membuat bank milik Grup Modern tersebut stop operasional setelah enam tahun lamanya, dan sejak era reformasi, kantor tersebut pernah ditempat oleh toko topi Istana Topi, dan mulai 2019, Grup Modern kembali membuka kantornya disini sebagai kantor penyalur mesin fotokopi Ricoh.
Disusul dengan Bank Lippo pada tanggal 22 Agustus 1992 yang juga meresmikan gedung berlantai 3 di Jalan M.H. Thamrin No. 77, yang difungsikan sebagai kantor cabang utama. Sejak peleburan dengan Bank Niaga pada 2008, kantor Bank Lippo tersebut telah beralihguna menjadi kantor CIMB Niaga.
Giliran Bank Dagang Nasional Indonesia dan CIC Bank membuka kantornya di Denpasar pada tahun 1993.
Pertama adalah CIC dan kedua adalah BDNI, sama-sama di Jalan Dipenogoro, namun kami lebih tahu alamat eks BDNI yaitu di Jalan Diponegoro No. 57, atau bekas sebuah bioskop. Dalam peresmian operasional bank milik grup Gajah Tunggal itu pada 26 Juni 1993, Sultan Yogyakarta, Hamengkubuwono X yang dalam kapasitasnya sebagai presiden komisaris kehormatan BDNI mengeluarkan kekhawatirannya soal perubahan struktur sosial sebagai efek dari meningkatnya arus investasi.
Sayangnya, sejak BDNI dibubarkan karena efek krisis moneter 1998, gedung tersebut kosong dan akhirnya dibongkar di tahun 2007-an untuk membangun dealer sepeda motor Yamaha. Sementara CIC pindah ke Teuku Umar di sebuah rukan (eks ABN Amro/Bank Ekonomi/HSBC/ANZ/DBS) dan kini menempati rukan lain di Teuku Umar juga sebagai J-Trust Bank.
Setahun berselang, pada tahun 1994 dua bank buka kantor/gedung baru di Denpasar.
Pertama adalah Bank Negara Indonesia 1946, yang menjadi bank BUMN pertama yang bangun kantor baru sejak pesta era 1980an. Gedung berlantai 3 di Jalan Raya Puputan, kawasan Niti Mandala Renon itu sudah ditempati BNI 1946 sejak 4 April 1994.
Kedua adalah Bank Bali, yang berkantor di sebuah gedung sederhana berlantai 4 dengan gaya arsitektur Bali juga. Gedung yang beralamat di Jalan Dewi Sartika Kav. 88 itu diresmikan oleh Gubernur Bali pada 8 Agustus 1994. Gedung dengan luas lantai 2.000 meter persegi ini juga sempat akan difungsikan sebagai kantor beberapa perusahaan yang mau menyewa di gedung ini. Bank Bali melebur ke beberapa bank lain dan menjelma menjadi Permata Bank sejak 2002.
Di tahun 1995, giliran Bank Umum Nasional (Bunas) yang membuka kantor baru, di Jalan P.B. Sudirman yang sekompleks dengan kawasan Grand Sudirman, proyek rukan Grup Ongko yang juga pemilik Bunas. Gedung berlantai 3 tersebut mangkrak pasca bubarnya Bunas akibat dari krismon 1998.
Pada tahun 1997, Bank Sri Partha memperluas kantor pusatnya menjadi bangunan berlantai empat dengan luas lantai 9.000 m2 yang diresmikan oleh Gubernur Bali Ida Bagus Oka pada 17 Agustus 1997. Sayangnya, sejak Bank Sri Partha menjadi Bank Andhara dan selanjutnya OK! Bank, gedung ini menyusul Gedung Bunas mangkrak, belum ada peminatnya.
Bagaimana dengan gedung-gedung perkantoran nonbank di periode yang sama?
Hanya ada dua gedung kantor niaga non-bank di Denpasar yang tercatat oleh SGPC dibangun di periode yang sama dengan era mania bank tahun 1988-1997. Sejauh ini keduanya rampung di tahun 1992.
Pertama adalah kantor biro wisata Golden Kris di Jalan Bypass I Gusti Ngurah Rai No. 7, berhimpitan dengan sebuah Alfamart. Ia mulai digunakan oleh perusahaan tersebut sejak awal 1992. Kantor Golden Kris tersebut berlantai empat dan memiliki luas lantai 1.700 m2 yang oleh majalah Travel Indonesia “pasti memiliki ruang cukup untuk ekspansi.”
Kedua adalah Gedung PLN di Niti Mandala Renon, Jalan Letda Tantular No. 1. Gedung tersebut berlantai tiga dengan luas lantai prakiraan 9.488 m2 (cacah Google Maps). Gedung dengan biaya konstruksi Rp. 6,4 milyar nilai 1992 (setara Rp. 73 milyar nilai 2024) tersebut ditempati oleh Kantor Wilayah XI Perusahaan Listrik Negara sejak 3 Desember 1992, dan diresmikan pemakaiannya oleh Direktur Utama PLN Dr. Ir. Zual pada 29 Desember 1992.
Pasca Krisis Moneter (1998-sekarang)
Dengan krisis moneter 1997-98 yang membuat banyak bank-bank runtuh, menyebabkan beberapa gedung-gedung bank ditinggal penghuninya yang menjadi pasien Badan Penyehatan Perbankan Nasional.
Namun, beberapa bank-bank asing, nasional dan lokal perlahan mulai membuka cabang barunya disini. Ada bank yang cabangnya mulai beranak-pianak, terutama bank-bank pemerintah di dasawarsa 2010an, sehingga tidak ada artinya SGPC akan membahas itu. Dengan masifnya pemakaian aplikasi perbankan di akar rumput, suatu hari bank-bank itu mulai meng-KB operasionalnya.
Dari catatan SGPC, ada dua gedung kantor pasca-krismon yang layak diangkat, yaitu kantor Bank Mandiri di Jalan Surapati No. 15-17 dan Kantor Cabang Pembantu BCA di Renon. Gedung di Renon sudah digunakan sejak 2017 dan terlihat menonjol dengan desain khas Bali-nya, tak jauh dari kakaknya yang ada di Jalan Hasanuddin No. 58.
Kantor Bank Mandiri di Jalan Surapati No. 15-17 lain lagi, ini bukan bangunan sembarangan karena arsitek di belakang gedung yang bernama “Menara Mandiri” namun tingginya tidak se-menjulang gedung bernama “Menara” lainnya karena batasan peraturan daerah, adalah Airmas Asri, dan strukturnya dibuat oleh Wiratman & Associates.
Gedung berlantai 3 itu dibangun oleh Wika Gedung dan baru selesai di awal tahun 2022, dan diresmikan oleh Gubernur Bali I Wayan Koster pada 3 Juni 2022. Secara konsep desain, kantor wilayah ini menonjolkan konsep kerja bersama/kolaborasi antar unit kerja bank, dan digitasi perbankan yang menjadi obsesi insan usaha di Indonesia akhir-akhir ini.
Referensi
- Iklan Bank Bumi Daya. Bali Post, 17 Maret 1975
- “Gedung BPD yang baru”. Bali Post, 10 April 1982.
- “Gedung BNI 1946 Bernilai Rp 600 Juta Lebih Selesai Dibangun”. Bali Post, 10 Mei 1982.
- Situs resmi BNI (diarsip 5 Maret 2020).
- “Pemimpin BI Cabang Denpasar: Bank-Bank di Bali Cukup Berperan.” Bali Post, 12 Mei 1980
- “Gedung Bank Seri Partha Diresmikan.” Bali Post, 20 Agustus 1980
- “Diresmikan, Gedung Baru Kantor Pusat BSP: Gubernur Ajak Perbankan Membangun Bali.” Bali Post, 18 Agustus 1997, hal. 11
- Udo Kultermann (1986). “Architecture in South-East Asia 2: Indonesia“. MIMAR: Architecture in Development No. 21, Juli-September 1986, hal. 45-52 (arsip)
- r218 (1985). “Menparpostel Achmad Tahir Resmikan Gedung Witel VIII”. Gema Telekomunikasi No. 205, Juni 1985
- “Menteri Resmikan Gedung Baru Perumtel di Denpasar”. Bali Post, 14 Juni 1985
- fen (1994). “Gubernur Bali Resmikan Bank Bali Building”. Republika, 10 Agustus 1994.
- Departemen Mutu Bank Bali (1992). “Pilar-Pilar Bank Bali”. Jakarta: Medcompro Utama.
- Iklan Bank BNI. Bali Post, 4 April 1994
- Iklan Pemberitahuan Bank Umum Nasional. Jawa Pos, 16 Mei 1995
- “BDN Denpasar dan Singaraja Miliki Gedung Baru, Gubernur BI: Tantangan pembangunan masih berat.” Bali Post, 30 Juli 1988
- Iklan Bank Danamon. Bali Post, 19 Januari 1990
- “Bank Danamon Targetkan 100 Kantor Cabang.” Bali Post, 20 Januari 1990
- “Gedung BCA” (keterangan foto). Bali Post, 24 Maret 1992
- “Sabtu ini, Kantor Cabang Modern Bank Akan Diresmikan Gubernur.” Bali Post, 12 September 1992, hal. 13
- Iklan Modern Bank. Bali Post, 11 Oktober 1993, hal. 9
- Iklan Peresmian Bank Bali Building Dewi Sartika. Bali Post, 8 Agustus 1994, hal 5
- Halaman resmi Wika Gedung, diakses 28 Oktober 2022 (arsip)
- Putu Pande Selamet Budi Saputra (2022). “Gubernur Bali Resmikan Kantor Menara Mandiri Denpasar.” inbisnis dot id, 4 Juni 2022. Diakses 28 Oktober 2022 (arsip)
- Putu Pande Selamet Budi Saputra (2022). “Bank Mandiri Buka Gedung Menara Mandiri Denpasar.” inbisnis dot id, 4 Juni 2022. Diakses 28 Oktober 2022 (arsip)
- “Gedung Baru Puskud “Bali Dwipa”. Bali Post, 28 April 1983
- Abdul Rahman; Danang Kemayan Jati; Amal Taufiq (1990). “Pertarungan Bebas Antarbank.” Majalah SWA No. 12/V, Maret 1990, hal. 12-14
- “Gedung AJ Buana Putra Diresmikan.” Bali Post, 13 November 1978
- “Gedung Baru Asuransi “Bumi Putera” Dipelaspas.” Bali Post, 2 Desember 1978
- “Tumbuhkan Kepercayaan pada Asuransi: Perlu Biaya Pembayaran yang Sederhana.” Bali Post, 11 Desember 1978
- “CIC Bank Diresmikan, perbankan jangan saling bajak naker.” Bali Post, 12 Juni 1993
- “Sri Sultan khawatir, Bali alami pergeseran kultur akibat berjubelnya investor.” Bali Post, 27 Juni 1993
- “Menteri Radius resmikan Gedung Baru BBD: Perbankan harus mampu menjadi konsultan nasabah.” Bali Post, 29 Juli 1989, hal. 1 dan 10
- “BII buka cabang di Denpasar, Perbankan di Bali menggembirakan.” Bali Post, 27 Juni 1989 hal. 6 dan 10
- Iklan ucapan selamat peresmian Bank Internasional Indonesia cab. Denpasar. Bali Post, 27 Juni 1989 hal. 5
- “Kantor cabang utama BII Denpasar diresmikan; Kebijaksanaan pengetatan rupiah belum ada tanda dilonggarkan.” Bali Post, 27 Juli 1991, hal. 13
- Iklan ucapan selamat peresmian gedung baru BII cab. Denpasar. Bali Post, 27 Juli 1991, hal. 10
- “Bank Niaga Denpasar diresmikan, praktek bank dalam bank sulitkan dunia perbankan.” Bali Post, 20 Desember 1990, hal. 7
- Iklan peresmian Bank Lippo Cabang Utama Denpasar. Bali Post, 24 Agustus 1992, hal. 10
- “Lippo Bank konsentrasi ke “retail banking.” Bali Post, 25 Agustus 1992, hal. 7
- “Daftar tunggu permintaan listrik di Bali 35 Mega Watt.” Bali Post, 30 Desember 1992, hal. 2
- Pengumuman pindah kantor PLN Kanwil XI Bali. Bali Post, 3 Desember 1992, hal. 12
- “Golden Kris opens new office” (Golden Kris buka kantor baru). Majalah Travel Indonesia Vol. 14 No. 2, Februari 1992, hal. 18
Tinggalkan Balasan