Setiap Gedung Punya Cerita, mulai 18 Januari hingga 28 Januari 2022 akan membahas empat dari lima gedung walikota di Jakarta. Kantor Walikota Jakarta Timur telah SGPC bahas terlebih dahulu, sehingga untuk dua minggu ke depan, mimin bahas empat sisanya yang belum dibahas. Pertama adalah Kantor Walikota Jakarta Pusat.
Berlokasi di atas tanah bekas pemakaman Belanda, kantor Walikota Jakarta Pusat dibangun dalam rangka pembangunan sarana-sarana pelayanan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di masa pemerintahan Ali Sadikin. Namun, Kantor Walikota Jakarta Pusat merupakan gedung walikota representatif terakhir yang dibangun karena sulitnya mencari lahan di Jakarta Pusat. Sebelumnya Kotamadya Jakarta Pusat berpusat di Jalan Pegangsaan Barat.
Rencana pembangunan kantor walikota Jakarta Pusat sudah direncanakan sejak 1969. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah menjajagi beberapa lahan potensial untuk kantor walikota yang menaungi Kecamatan Gambir, Sawah Besar, Kemayoran, Senen, Cempaka Putih, Menteng, Tanah Abang dan Johar Baru tersebut. Kandidat tersebut terdiri dari lahan eks Kodam Jayakarta (sekarang parkiran timur Masjid Istiqlal) dan Gedung Bappenas. Rencana pertama di lahan parkir Masjid Istiqlal tidak dilakukan, sementara rencana menjadikan Gedung Bappenas sebagai Kantor Walikota Jakarta Pusat, dikabarkan oleh harian KOMPAS, ditolak Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Baru pada tahun 1976 Pemda DKI Jakarta memperoleh lahan bekas pemakaman Belanda di Jalan Tanah Abang I, seluas 3,5 hektar yang diperuntukkan sebagai kantor walikota.
Direncanakan bahwa kawasan Kantor Walikota Jakarta Pusat tidak hanya difungsikan sebagai kantor (sisi barat), tetapi juga difungsikan sebagai pusat aktivitas masyarakat di sisi timur. Sebagai bagian pengembangan Walikota Jakarta Pusat, bekas pemakaman Belanda mulai direvitalisasi dan menjadi Museum Taman Prasasti, dibuka pada 9 Juli 1977. Tidak diketahui kapan gedung induk Walikota Jakarta Pusat mulai dibangun, tetapi gedung tersebut, berlantai 8 dengan luas lantai 10.500 m2 dan menghabiskan biaya Rp. 2,6 milyar (1980), sudah mulai ditempati sejak 7 Januari 1980.
Gedung tersebut akhirnya diresmikan penggunaannya oleh Menteri Dalam Negeri Amirmachmud pada 23 Juni 1980. Namun, tak semua suku dinas mendapatkan jatah ruang kantor di kompleks tersebut, karena gedung pelayanannya – terkini berlantai 5 – baru dibangun beberapa tahun kemudian, dan terakhir terjadi pada tahun 2014 dengan dibangunnya sebuah masjid dan gedung inspektorat (foto Google Earth). Beberapa fasilitas seperti kolam renang, perpustakaan, kantor Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), auditorium juga dibangun sesuai rencana; pada tahun 2010an gedung lama Perpustakaan dan KONI dibongkar dan dibangun gedung Perpustakaan dan KONI yang lebih modern dan tinggi.
Arsitektur dan struktur
Dari segi desain, gedung induk Walikota Jakarta Pusat dirancang oleh tim arsitek dari Direktorat Tata Bangunan dan Pemugaran DKI Jakarta dan Arkonin, dengan gaya arsitektur modern yang tidak banyak ditujukan buat caper ke majalah-majalah arsitektur nasional masa kini. Perancangannya disesuaikan dengan kebutuhan suku dinas Jakarta Pusat yang mencapai 1.000 pegawai saat gedung tersebut dibangun pada tahun 1980, tetapi unggul dari segi ketinggian dibanding suku dinas Jakarta lain yang saat itu hanya diberi jatah gedung berlantai 4.
Eksterior gedung induk maupun gedung pelayanan berlantai 5, yang didominasi lintangan jendela riben dipoles, awalnya, dengan keramik kecil berwarna putih. Sayangnya, penampilan eksterior gedung induknya sekarang tertutup panel aluminium dan diberi atap genteng. Gedung setinggi 33 meter ini dibangun dengan struktur beton bertulang dengan pondasi Frankipile.
Gedung Walikota Jakarta Pusat bersama arsiteknya, Arkonin, menerima penghargaan dalam Kongres IAI perdana di Balai Kota Jakarta pada 11 Oktober 1980, bersama dengan lima karya bangunan terbaik rancangan arsitek Indonesia lainnya bersama dengan Atelier 6 (Gedung Datascrip), Perentjana Djaja (Gedung Pede), Gubah Laras (Pusat Grafika Indonesia), Encona Engineering (PPM Manajemen) dan Han Awal & Partners (Unika Atmajaya Gedung I.J. Kasimo).
Data dan fakta (gedung induk)
Alamat | Jalan Tanah Abang I No. 1 Gambir, Jakarta Pusat, Jakarta |
Arsitek | Dinas Tata Bangunan dan Pemugaran DKI Jakarta Arkonin |
Pemborong | Jaya Konstruksi |
Selesai dibangun | 1980 |
Diresmikan | 23 Juni 1980 |
Jumlah lantai | 8 lantai |
Tinggi gedung (Konstruksi) | 33 meter |
Biaya pembangunan | Rp. 2,6 milyar (1980) Rp. 79,4 milyar (inflasi 2021) |
Referensi
- “Gedung Walikota Jakarta Pusat yang mempunyai “Musium Kuburan.”” Majalah Konstruksi, Mei 1980, hal. 42-56
- pr (1980). “Peresmian Kantor Walikota Jakarta Pusat.” KOMPAS, 24 Juni 1980, hal. 3
- Mk (1974). “Sebagian Kantor Markas Kodam V Jaya Jadi Kantor Walikota Jakarta Pusat.” KOMPAS, 4 November 1974, hal. 2
- pur (1974). “Markas Kodam V/Jaya Akhir Tahun 1975 Dipindahkan.” KOMPAS, 2 November 1974, hal. 3
- Halaman resmi Museum Taman Prasasti, diakses 16 Desember 2021 (arsip)
Leave a Reply