Universitas Katolik Indonesia Atmajaya Semanggi

Kini SGPC kembali ke kota metropolitan Jakarta dengan membahas salah satu kampus paling prestisius yang dibangun di tengah kota Jakarta, yaitu kampus Universitas Atmajaya di Semanggi, Jakarta Pusat.

Universitas Atmajaya
Gedung I.J. Kasimo dan Karol Wojtyla. Foto oleh mimin SGPC

Universitas Katolik Indonesia “Atmajaya” (Unika Atmajaya) didirikan oleh para cendekiawan Katolik pada tanggal 1 Juni 1960 sebagai realisasi dari gagasan yang dikeluarkan dalam rapat uskup-uskup se-Jawa 8 tahun sebelumnya (Juni 1952). Ketika dibentuk, Unika Atmajaya baru memiliki Fakultas Ekonomi dan Ilmu Administrasi dan kampusnya menumpang di Sekolah Santa Theresia Menteng dan sekolah Ursulin Lapangan Banteng Utara.

Unika Atmajaya menempati kampus di dekat simpang Semanggi sejak 1967. Dalam laporan harian Sinar Harapan pada awal tahun 1976, lahan kampus di Semanggi awalnya akan dijadikan kampus sebuah universitas swasta lain bernama “M.H. Thamrin” oleh Gubernur DKI Jakarta Soemarno awal 1960an, tetapi mundur karena syarat mendirikan bangunan bertingkat.

Nah, ketika Unika Atmajaya baru berusia 2 tahun, pihak universitas mulai menggodok rencana induk untuk kampus di Semanggi untuk memenuhi syarat yang dibuat Pemda DKI, yaitu kompleks perguruan tinggi yang sarat menara untuk ruang kuliah dan laboratorium, dan sisanya merupakan taman. Hingga saat ini, sudah ada 14 gedung yang dibangun di pojok timur laut Simpang Semanggi.

Awalnya, kompleks ini akan memiliki auditorium raksasa berkapasitas 2.000 orang namun dibatalkan menyusul realisasi pembangunan tetangganya yaitu Balai Sarbini pada 1970.

Gedung I.J. Kasimo

Gedung tinggi pertama yang dibangun di tanah Unika Amtajaya adalah Gedung I.J. Kasimo atau awalnya bernama Gedung C. Saat awal dibangun, gedung ini dimanfaatkan sebagai Fakultas Kedokteran yang baru dibentuk pada Desember 1967, sekarang FK Unika Atmajaya bertempat di Pluit dan gedung C kini ditempati oleh beberapa fakultas dan jurusan seperti Ilmu Administrasi, Hukum dan Psikologi, serta Pascasarjana.

Gedung C Universitas Atmajaya pada tahun 1970an. Gedung dengan balkon lebar dan fasilitas tangga darurat tertutup di sisi kiri gedung. Foto Jakarta tempo dulu 1970an.
Sosok Gedung C Universitas Atmajaya Semanggi “tempo dulu.” Foto tidak diketahui, sumber Majalah Cipta, 1981.

Pembangunannya dimulai melalui penuangan cor semen pertama oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada 15 Maret 1971, bersamaan dengan pelantikan pengurus baru yayasan Atmajaya. Konstruksinya sendiri dilakukan oleh PT Konstrukta mulai tahun 1971 hingga 1973, memakan waktu 2,5 tahun dan biaya konstruksi sekitar Rp. 57.320 per meter persegi (Rp. 330 juta nilai 1973).

Gedung C diresmikan pada tanggal 25 Juni 1973, bersamaan dengan dimulainya konstruksi RS Atmajaya di Pluit yang diarahkan secara terpisah oleh Guberur Ali Sadikin. Dalam sambutan peresmian proyek kampus senilai Rp. 500 juta (1973, setara Rp. 50 milyar nilai 2024) ini, Ali Sadikin mengungkapan rasa bahagianya akan perkembangan pesat lembaga-lembaga pendidikan swasta ditengah kesulitan pemerintah mengembangkan pendidikan negeri.

Tampilan awal bangunan seluas 5760 m2 itu dirancang oleh tim arsitek Han Awal & Partners sementara RBW Consulting Engineers menangani struktur gedungnya. Secara desain eksterior, gedung C lama memiliki 9 lantai, tinggi 42 meter dengan bentuk kotak, dengan dinding asbes yang ditopang rangka baja.

Seperti halnya gedung-gedung sekolah kampus lain, Gedung C lama memiliki balkon yang berfungsi sebagai peneduh, dan dengan “punggung” untuk tangga darurat. Secara struktur, ia punya dua inti gedung yang tersambung oleh balok penghubung sebagai pemikul gempa dan dua portal (masing-masing 6 kolom) yang memikul beban dari penghuni gedung.

Sayangnya, penampilannya sudah berubah total, seperti dicabutnya glasal eternit dan penutupan sebagian balkon di lantai teratas, serta penambahan jumlah lantai menjadi 11 (atau estimasi SGPC sekitar 53 meter) dan luasnya menjadi sekitar 6.336 m2 dengan rata-rata luas per lantai 576 m2 per Majalah Cipta.

Infokilat

AlamatJalan Jenderal Sudirman No. 51 Setiabudi, Jakarta Selatan, Jakarta
ArsitekHan Awal & Partners (arsitektur)
RBW Consulting Engineers (struktur)
PemborongPT Konstrukta
Lama pembangunan1971 – 1973
Jumlah lantai11 lantai
Tinggi gedung (Majalah Cipta Feb. 1975, 9 lantai)42 meter
Tinggi gedung (saat ini, estimasi SGPC)53 meter
Biaya pembangunanRp. 330 juta (1973)
Rp. 33,1 milyar (inflasi 2024)

Gedung Karol Wojtyla

Berada di sebelah gedung G adalah gedung B, yang populernya bernama Gedung Karol Wojtyla (dibaca voy-tila). Gedung tinggi kedua di kampus Semanggi Unika Atmajaya ini juga dirancang oleh Han Awal & Partners dengan strukturnya ditukangi oleh kerjasama operasional Jata Nurman dan Limaef, melanjutkan doktrin pembangunan kampus sarat menara dan taman. Ia memiliki 14 lantai dengan ketinggian sekitar 65 meter (estimasi SGPC, dari ketinggian lantai 1 8 meter dan tinggi lantai 2-14 4 meter) dengan luas lantai keseluruhan 11.388 m2.

Universitas Atma Jaya
Gedung B, Karol Wojtyla. Foto oleh mimin SGPC

Berbeda dengan gedung C, gedung B dirancang dengan gaya arsitektur menjurus ke pascamodernisme, walau sebagian elemen, terutama di 6 lantai terbawah, membebek desain gedung C. Dalam merancang gedung ini, arsitek Han Awal mendapat masukan dari seseorang bernama Ir. Nana Mardio, dalam sebuah seminar mengenai arsitektur tropis di Universitas Gajah Mada.

Dalam kesempatan itu Mardio mengeluhkan bahwa bangunan modern di Indonesia sedang kehilangan konteks dengan iklim dan lingkungan Indonesia. Han Awal, seraya mengingat pernyataan Soekarno soal identitas arsitektur Indonesia dan menanggapi keluhan Mardio, menyematkan atap genteng di Gedung B.

“Pada dasarnya, kami mengupayakan sesuatu yang kontekstual, baik terhadap bangunan yang telah ada pada kompleks tersebut [terkait dengan gedung C – SGPC], dengan iklim yang tropis dan mengupayakan pula sesuai dengan konteks lokal, Jalan Jenderal Sudirman.”

Han Awal kepada Majalah Konstruksi, ca. Agustus 1989

Pembangunan Gedung B, dilakukan oleh Dimensi Engineering Contractors, dimulai 2 November 1987 dan berlangsung sekitar 1,5 tahun lebih, dan diserahterimakan kepada Unika Atmajaya pada tanggal 6 Juni 1989 untuk digunakan mulai semester ganjil 1989.

Pada tanggal 12 Oktober 1989, Paus Yohanes Paulus II meresmikan penggunaan Gedung B Unika Atmajaya sekaligus menyematkan nama asli pemimpin tertinggi Gereja Katolik asal Polandia tersebut pada gedung berlantai 14. Pembangunannya menghabiskan biaya Rp. 4,5 milyar rupiah.

Gedung B ditempati oleh rektor Unika Atmajaya serta badan administrasi, Fakultas Ekonomi dan laboratorium untuk kursus bahasa dan komputer. Di lantai 1 dan 14 masing-masing digunakan sebagai auditorium hall B dan Kapel St. Albertus Magnus.

Infokilat

AlamatJalan Jenderal Sudirman No. 51 Setiabudi, Jakarta Selatan, Jakarta
ArsitekHan Awal & Partners (arsitektur)
Jata Nurman (struktur)
Limaef (struktur)
PemborongDimensi Engineering Contractors
Lama pembangunanNovember 1987 – Juni 1989
Diresmikan12 Oktober 1989
Jumlah lantai14 lantai
Tinggi gedung (estimasi dari Majalah Konstruksi #137)65 meter
Biaya pembangunanRp. 4,5 milyar (1989)
Rp. 65 milyar (inflasi 2024)

Gedung-gedung penunjang

Terdapat beberapa gedung-gedung penunjang yang dibangun di kampus Universitas Katolik Indonesia (UKI) Atmajaya yang berada di sela-sela Gedung B dan C. Termasuk Gedung Y yang sebenarnya merupakan bangunan tinggi.

Diasumsikan semua gedung yang tercatat disini merupakan karya dari biro arsitek Han Awal & Partners.

Gedung G (1970)

Berdiri di sela-sela gedung C dan B yang lebih tinggi adalah gedung G. Ketika dibangun pada tahun 1970 oleh pemborong gurem CV Dian, gedung ini sempat dimanfaatkan sebagai gedung penghubung antar menara, ruang ekstrakurikuler serta ruang kegiatan mahasiswa, dan ruang kuliah sementara bagi beberapa fakultas. Pembangunannya menghabiskan biaya 26,4 juta rupiah nilai 1970 (Rp. 22.000/m2 dengan luas lantai k/l 1.200 m2 atau sekitar 3,7 milyar nilai 2022)

Karena perkembangan kampus dan perubahan peruntukan, fungsi ruang kegiatan gedung G relatif tak berubah, tetapi jumlah lantainya menjadi 4 lapis, difungsikan sebagai kantor senat mahasiswa, kantor biro kemahasiswaan dan karir, laboratorium dan ruang kuliah.

Gedung D (1970)

Gedung D atau gedung Djajaseputra merupakan salah satu bangunan lain yang dibangun bersamaan dengan gedung C dan G, awalnya digunakan sebagai aula sementara berkapasitas 1.200 orang dan juga ruang kuliah bersama yang cukup besar. Gedung ini memiliki luas 1.950 m2 dengan dua lantai, yang diperkirakan dibangun bersamaan dengan Gedung G. Saat ini, penggunaan Gedung D semakin beragam seperti lab komputer dan kantor organisasi kemahasiswaan.

Gedung E (1981)

Gedung E atau Gedung Leo Sukoto adalah perpustakaan resmi Universitas Kristen Indonesia Atmajaya yang berlantai 3. Secara penampilan, gedung ini mirip dengan gedung K1, K2 dan K3. Ia diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Tjokropranolo pada 13 Maret 1981.

Gedung K1, K2 dan K3 (1982)

Gedung K terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu K1, K2 dan K3, dengan penampilan yang sama. K1 dan K3 (Gedung Paul Cho) berlantai 3 sementara K2 berlantai 4. Penggunaannya lebih banyak ditujukan sebagai laboratorium dan workshop Fakultas Teknik dan lembaga-lembaga penelitian seperti Pusat Kajian Pengembangan Masyarakat (PKPM) dan Pusat Kajian Bahasa dan Budaya (PKBB).

Andaikata aral tidak melintang dalam pembangunannya, ketiga gedung ini diselesaikan bertahap dari 1981 untuk K1 dan 1982 untuk K2. Baik peresmian gedung K1 dan peletakan batu pertama gedung K2 dilaksanakan oleh Gubernur DKI Jakarta Tjokropranolo pada 13 Maret 1981.

Gedung Y (2000)

Gedung tinggi ketiga yang dibangun di kampus Atmajaya Semanggi adalah gedung parkir. Resminya bernama Gedung Yustinus, catatan mengenai gedung ini amat jarang untuk ukuran blog SGPC, yakni selesai dibangun di tahun 2000 dan dibangun oleh kontraktor swasta lain Multibangun Adhitama Konstruksi (Multikon).

Lantai 3-12 dipakai untuk menampung ribuan kendaraan bermotor dosen, mahasiswa dan tamu, sementara lantai basement 1, 2, lantai 1 dan 2 ditempati oleh Fakultas Teknobiologi, dan lantai 13, 14 dan 15 masing-masing difungsikan sebagai kantor Yayasan Atmajaya dan auditorium.

Referensi

  1. “Kompleks Universitas Atmajaya Jakarta.” Majalah Cipta No. 1/1975, Februari 1975, hal. 8-18
  2. Muhammad Zaki; Dwi Ratih (1989). “Gedung B Unika Atmajaya: Mencoba menyatu dan kontekstual dengan lingkungannya.” Majalah Konstruksi No. 137, September 1989, hal. 41-46
  3. Atmadji (1976). “Di Sela2 Kemegahan Bangunan Kampus di Jakarta.” Sinar Harapan, 26 Maret 1976, hal. 8
  4. Alex Wuisan (1971). (tanpa judul, keterangan foto). KOMPAS, 17 Maret 1971, hal. 8
  5. “Kampus UNIKA Atmajaya Akan Diresmikan.” KOMPAS, 22 Juni 1973, hal. 2
  6. ams (1973). “Gedung FK Atmajaya dan RS Pluit Mulai Dibangun.” KOMPAS, 26 Juni 1973, hal. 1
  7. Halaman resmi Universitas Atmajaya:
    1. Arsip Sejarah Unika Atmajaya, 10 Juni 2012
    2. Arsip Sejarah Unika Atmajaya, 1 Juli 2001
    3. Peta denah Unika Atmajaya, diakses 15 Juni 2022 (arsip)
  8. Arsip halaman resmi Multikon, diarsip 17 Januari 2007
  9. “Sebanyak 99,2% buku2 ilmiah di Jakarta masih bahasa asing.” Berita Yudha, 14 Maret 1981 hal. 6

Lokasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *